Para Pembesar Negeri Bak Bromocorah



Abi Ihya Ulumuddin
(Al-Mu’tashim edisi 121 tahun ke XI Januari 2007)

”dan demikianlah jadikan pada tiap-tiap negeri para pembesarnya sebagai bromocorah (penjahat-penjahat) agar mereka melakukan maker dalam negeri itu. Dan mereka tidak melakukan maker kecuali maker itu menimpa dirinya sendiri, sedang mereka tidak menadarinya”
(QS Al-An’am : 123)

 Analisis Ayat.
(Qoryatin) artnya daerah tempat berkumpulnya banyak orang; seperti ibu kota. Kadangkala lafadz itu digunakan untuk menyebut sebuah negara dan bangsa (sya’ab wa ummah).
(akabiro) bentuk jamak dari akbar artinya para pembesar, pemimpin, elit politik,pejabat tinggi dan semacamnya.
(mujrimiha) jamak dari kata (mujrim) artinya para perusuh, bromocorah, penjahat, pelanggar hukum dan pelaku dosa.
(liyamkuru) artinya agar mereka melakukan maka ada beberapa definisi tentang makar yaitu rekayasa untuk memalingkan orang lain dari tujuanya, melakukan ucapan dan perbuatan secara indah demi mengalihkan orang kepada kesesatan atau kerja keras untuk mengadakan kerusakan secara diam-diam.

Konteks Ayat.
Untk menjauhkan masyarakat dari agama islam. Dahulu tokoh-tokoh kafir mendirikan pos-pos informasi di jalan-jalan kota Mekah, setiap pos terdiri dari empat pemuda. Pos informasi ini di maksudkan untuk strategi memalingkanmasyarakat Quraisy beriman dari Rasulullah. Setiap kali orang lewat di depan pos itu maka penjaganya akan menginformasikan, “hai fulan takutlah kamu akan orang itu (maksudnya Rasululloh). Dia itu dukun, pendusta dan penyihir. Pos-pos itu hanya untuk rekayasa menjegal kebenaran dan keadilan yang di bawa oleh ajaran islam. Cukup hebat memang makar yang di lakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy

Penjelasan Ayat.
Merupakan sunatullah bahwa ada masyarakat elit dan masyarakat alit (rakyat kecil, bhs jawa.red) kaitanya dengan keimanan kepada ajaran agama islam. Masyarakat alit lebih mendominasi. Keluguan yang ada dalam masyarakat alit membuatnya lebih terbuka menerima ajaran yang kebenarannya bisa dipastikan tanpa reserve. Kita lihat masyarakat manakah yang pertama kali menerima ajaran Rosulullah? Tidak lebih mereka seperti Zaid bin Haritsah, Bilal bin Robah, Ibnu Ummi Maktum dan lain-lain adalah para kawulo alit. Ihwal ini bukan saja terjadi pada periode Rosululloh, namun juga terjadi pada periode Rosul-Rosul terdahulu. Periode Nabi Nuh Alaihissalam misalnya, dalam firman Allah disebutkan : ”mereka berkata, apakah kami akan beriman kepadamu (wahai Nuh), padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina dina?” (QS Asy Syu’aro 111).
Berbeda dengan masyarakat alit, masyarakat elit terlihat tidak cukup terbuka dalam menerima kebenaran. Masyarakat elit dalam hal ini adalah para pembesar, pemimpin, elit politik, pejabat tinggi, dan semacamnya. Dengan berbagai alasan serta rekayasa yang dilakukan, mereka mencanangkan target untuk mendiskreditkan pembawa aspirasi kebenaran dan keadilah. Di sisi lain, mereka juga dengan berbagai dalih mengalihkan bahkan meyakinkan para pengikutnya untuk tidak sekali-kali simpati apalagi menerima kebenaran dan keadilan. Untuk mencapainya, mereka melakukan rekayasa dengan membungkus kejelekan dan kejahatan dengan berbagai simbol, slogan, dan perilaku yang dikemas manis dan menarik.
Mengapa masyarakat elit seperti Abu Jahal, Walid bin Mughiroh, Utbah bin Robiah, dan Abu Lahab tempo dulu tampak ewuh pakewuh (serba salah serta risih,red) dengan ajaran agama islam? Kalau dilihat dari mereka memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dan wawasan yang luas, semestinya mereka lebih dahulu menerima ajaran islam yang ajarannya tidak keluar dari dimensi keilmuan yang ilmiah daripada masyarakat alit yang buta huruf dan lemah daya pikirnya.  Namun realitas untuk menerima kebenaran berbicara lain. Ketika masyarakat alit menerima kebenaran yang datang kepadanya dengan ketawadhuan, sikap masyarakat elit menunjukkan kebalikannya, sebab telah hinggap pada jiwanya sikap arogan, konfrontatif, hasud, dan dzolim.
Kedudukan yang tinggi dalam struktur masyarakat, kekuasaan yang luas, pengikut yang tidak sedikit, dan harta yang berlimpah menghijab mereka untuk menerima kebenaran yang bisa jadi melenyapkan kejayaan, ketenaran, kesempatan, dan kebesaran mereka. Dari sini maka lahirlah fenomena penyelewwengan kedudukan dan kekuasaan, politik suap menyuap, dan isu-isu untuk membuat pengikutnya yang memang awam akan bertambah loyal dan agresif dalam membelanya.
Dibandingkan dengan kawulo alit, masyarakat elit ini lebih dominan dalam melakukan berbagai tindak dosa dan kefasikan, kedholiman, keonaran, kerusuhan, kerusakan, huru-hara, kegoncangan, dan berbagai kejelekan lainnya. Sekian banyak kejadian pembunuhan, perampokan, dan perkelahian, pada titik akhirnya menunjukkan keterlibatan dari masyarakat elit. Tindakan kaum elit inilah yang mendorong timbulnya berbagai azab, krisis, dan ketegangan tiada henti di suatu daerah, bahkan dalam bangsa dan negara. Allah Berfirman : “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Al Isro 16)
Berbagai tindak makar masyarakat elit yang menjijikkan kalau mau direnungkan sebetulnya akan merugikan diri mereka sendiri dan orang lain. Manakali strategi makar mereka diketahui oleh masyarakat secara luas bukan hanya jabatan dan harta mereka saja yang bisa lepas,bisa jadi jiwa dan kehormatan mereka terancam. Akhir dari sebuah perbuatan kejelekan yang terlihat indah sering tidak terkira dan terduga sehingga makar yang berbahaya tidak berhenti. Abu jahal yang arogan dan ambisius itu bukan saja tidak mendapatkan harta dan tahta, dia malah mati usai peperangan karena bisul yang cukup mengenaskan. Allah Berfirman “mereka melakukan makar dan Allah membalas makar itu. Dan alloh sebaik-baik pembalas tindakan makar” (QS Ali Imron 54)
Ayat tersebut diatas telah memberikan peringatan yang cukup tegas kepada kita, khususnya kepada masyarakat elit untuk tidak meneruskan kebiasaannya melakukan makar yang buruk karena tindakan itu akhirnya akan merugikan diri mereka sendiri. Kita doakan mudah-mudahan para pembesar di negeri kaum muslimin di sini dan di manapun tidak berperilaku bak bromocorah. Maha Benar Allah atas segala FirmanNya.
Share on Google Plus

About AnaK ALaM

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment