(Al-Mu’tashim
edisi 125 tahun ke XI Mei 2007)
“Dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa. (Al-An’aam: 153)”
Analisis Ayat.
Shirothol Mustaqim, adalah jalan para nabi,
shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang sholih. Mereka inilah
manusia-manusia yang mendapatkan limpahan nikmat Alloh Maha Pemberi Anugerah.
Inti dan ciri khas perilaku dan ajaran yang mereka jalani adalah berpegang
teguh dengan tali-tali Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
“Barangsiapa
yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Ali Imron: 101)
Dalam meniti shirothol
mustaqim, berpegang teguh dengan tali Alloh yang berupa melakukan hal-hal yang
menjadikan Alloh ridlo dengan menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi
keburukan perilaku, manusia harus berjuang ekstra. Ia harus mampu menciptakan
sistem filterisasi yang tangguh dan akurat sehingga mampu memilih jalan yang
benar pada saat berada di persimpangan banyak jalan. Sebab sungguh hanya satu
rute jalan saja yang benar, sementara rute-rute lain yang terpampang di depan
mata adalah jalan yang salah. Semua adalah rute setan guna mengarahkan manusia
ke dalam kesesatan. Sedang jalan menuju Alloh hanyalah satu. Ayat 153 dari
Surat Al-An’aam di atas juga merupakan satu nubuwwat, berita masa depan tentang
akan muncul dan menjamurnya berbagai kelompok dan aliran yang seluruhnya
mengklaim sebagai yang benar, masing-masing dari mereka berjuang keras
menggiring manusia memasuki kelompok dan aliran mereka.
Abdulloh ibn Mas’ud
bercerita: Suatu hari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam membuat untuk
kami satu garis lalu beliau bersabda, “Ini adalah jalan Alloh” kemudian beliau
membuat garis-garis di samping kiri kanan (garis yang pertama) lalu bersabda,
“Ini adalah jalan-jalan di mana di setiap jalan ada setan yang mendorong ke
sana”. (HR. Ahmad, Nasa’i, Darimy)
Jabir bin Abdillah
Rodliyallohu ‘Anhuma juga bercerita: Kami sedang berada di sisi Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam lalu beliau membuat satu garis dan membuat lagi
dua garis di samping kiri dan kanan (garis pertama/garis tengah) lalu beliau
menaruh tangan di garis tengah seraya bersabda, “Ini adalah jalan Alloh”
kemudian beliau membaca ayat ini (Surat Al-An’aam: 153). (HR. Ahmad, Ibnu
Majah)
Secara garis besar,
aliran-aliran yang di sana disebut oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam sebagai tempat-tempat bercokol setan terdiri dari 2 kelompok:
1.
Kelompok dalam Islam, misalnya kelompok
khowarij yang cikal bakalnya adalah Dzul Khuwaishiroh At-Tamimy yang dulu
pernah merasa tidak puas dan memprotes kebijakan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam dalam pembagian ghonimah perang Hunain.
Ketika itu Dzul
Khuwaishiroh mengatakan, “Hai Rosululloh, berlakulah adil...!”, mendengar ini
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Celakalah kamu, jika aku
tidak adil lalu siapakah yang berbuat adil? Sungguh aku merugi jika tidak
berbuat adil”. Menyaksikan hal ini Umar Rodliyallohu ‘Anhu juga marah dan
mengatakan, “Rosululloh, biarkanlah saya memenggal kepala orang ini...!!!”,
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melarang, “Biarkanlah, sungguh ia akan
memiliki teman-teman di mana sholat dan puasa kalian sangat kecil dibandingkan
dengan sholat dan puasa mereka. Mereka selalu membaca Al-Qur’an tetapi Al-Qur’an
tidak bisa melewati kerongkongan mereka (tidak masuk ke dalam hati)...” (HR.
Muslim).
Dalam riwayat lain
disebutkan sabda Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
إن من ضئضئ هذا قوما يقرؤون القرآن لا يجاوز حناجرهم يقتلوم أهل
الإسلام ويدعون أهل الأوثان ... (رواه مسلم)
“Sesungguhnya
dari keturunan orang ini adalah orang-orang yang selalu membaca Al-Qur’an
tetapi Al-Qur’an tidak bisa melewati kerongkongan mereka. Mereka membunuh
(memerangi) pemeluk Islam dan membiarkan penyembah berhala...” (HR.
Muslim/1064)
Jika Dzul Khuwaishiroh
pernah memprotes dan mencela kebijakan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
maka pewaris Dzul Khuwaishiroh ini adalah kelompok-kelompok yang memiliki ciri
khas selalu menghina dan melecehkan perilaku dan budaya umat Islam. Semua yang
berlaku dan telah menjadi tradisi yang telah dilewati oleh umat Islam secara
turun-temurun diklaim sebagai bid’ah-bid’ah sesat yang harus diberantas. Acara
peringatan hari besar Islam seperti maulid Nabawi, do’a bersama setelah sholat,
berkumpul dan berdzikir bersama (Istighotsah), dan berdzikir dengan memakai
tasbih adalah hal-hal bid’ah menurut hemat mereka. Untuk itulah mereka
melakukan propaganda dengan berbagai cara melalui penerbitan buku-buku, media
dan bahkan kini mereka banyak mendirikan pesantren dan lembaga pendidikan
dengan formalitas pesantren atau lembaga pendidikan yang terfokus pada
mempelajari dan mendalami Al-Qur’an.
Selain Khowarij,
kelompok sempalan dalam Islam lain yang sangat berbahaya bagi keselamatan
beragama umat Islam adalah kelompok Syi’ah. Jika selama ini kelompok ini
identik dengan republik islam Iran dan sebagian besar masyarakat Bahroin, maka
perlu dimengerti bahwa Syi’ah telah cukup jauh merambah bumi Indonesia. Dulu
mungkin hanya pesantren YAPI Bangil yang dikenal, tetapi kini mereka mulai
banyak mendirikan pesantren dan pengurus cabang di seluruh kepulauan dan kota
besar Indonesia. Bahkan baru-baru ini mereka membuat langkah yang sangat
mengagetkan dan membuat umat Islam gemas dengan menggelar tragedi Karbala’ di
sebuah gereja di Malang. Dan masih banyak lagi kelompok-kelompok dan aliran
menyimpang yang bermunculan dan memang sengaja diekspos dan dibesar-besarkan
oleh media massa yang notabenenya adalah milik orang-orang yang sangat senang
jika Islam mengalami kehancuran.
2.
Kelompok di luar Islam. Kapitalisme,
Liberalisme, Sekularisme, Pluralisme, Humanisme, dll. Kemunculan faham-faham
ini juga merupakan senjata mematikan yang diarahkan oleh setan-setan dalam
bentuk manusia kepada umat Islam, sehingga siapapun yang terkena senjata ini
maka dipastikan ia akan menjadi seorang Muslim yang sama sekali tidak memiliki
karakter Islamy. Sungguh kelompok yang mengusung ideologi-ideologi tersebut
sangat getol bersuara melalui cara-cara dan sarana-sarana yang mereka miliki
yang tergolong lengkap dan modern. Di antara cara yang mereka lakukan adalah
dengan menyebarkan ideologi mereka melalui tangan-tangan sebagian umat Islam
sendiri yang telah mereka cuci otaknya ketika sebagian umat Islam itu menjalani
studi di negeri mereka. Cara lain yang mereka tempuh adalah dengan berusaha
turut campur dalam menentukan dan merubah kurikulum di lembaga pendidikan
Islam.
Dampak dari semua itu
adalah munculnya banyak penyeru-penyeru ke neraka di kalangan umat islam
sendiri. Seperti disabdakan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alihi wa Sallam, yang
artinya:
“Para penyeru menuju
pintu-pintu jahannam, mereka berkulit sejenis dengan kulit kita dan berbicara
dengan bahasa kita...” (HR. Muslim)
Munculnya kelompok dan
aliran di atas sangat nyata menjadikan banyak orang gelap hati sehingga tidak
mampu lagi melihat dan membedakan perbedaan dan penyimpangan yang terjadi.
Semua dianggap sebagai suatu yang wajar. Merespon adanya sesuatu yang tidak
lazim, mereka dengan enteng mengatakan, “Perbedaan tidak perlu dipermasalahkan
karena itu suatu hal yang alamiah”. Mestinya harus disadari bahwa adanya
Madzhab Hanafi, Maliky, Syafi’iy dan Hambali dalam fiqih adalah sebuah
perbedaan yang masih ditolerir. Sementara paham yang mengatakan semua agama itu
benar, tidak ada hubungan antara agama dan negara, sholat dengan 2 bahasa,
aqidah syi’ah, dan keyakinan ada nabi pasca Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam adalah penyimpangan yang tidak boleh dibiarkan tetapi harus dipatahkan.
Karena itulah dalam menghadapi realitas multi-golongan dan aliran, manusia
harus melakukan langkah tepat guna melindungi keimanan yang merupakan anugerah
Alloh paling berharga. Di antara langkah itu adalah:
1.
Menetapkan dan meneguhkan diri dalam
kelompok besar (As-Sawaadul A’dhom) kaum Muslimin. Mengikuti arah pandang dan
jejak langkah yang telah dilakukan oleh mayoritas kaum muslimin, sebab sungguh
Alloh tidak mengumpulkan umat manusia dalam kesesatan. Sungguh sikap menjauhi
dan bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh mayoritas kaum muslimin
merupakan sikap membawa diri berjalan menuju bencana.
Dari Mu’adz bin Jabal
Rodliyallohu ‘Anhu, bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
إن
الشيطان ذئب الإنسان كذئب الغنم يأخذ الشاة القاصية والناحية (رواه أحمد)
“Sesungguhnya
setan adalah serigala manusia seperti serigala kambing yang memangsa kambing
yang jauh dan menyingkir” (HR. Ahmad)
2.
Berusaha meneliti, menggali, memahami
dan meneladani sunnah-sunnah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
Khulafa’ur Rosyidin dan sunnah para shohabat Rodliyallohu ‘Anhum. Selain dengan
mengkaji kitab-kitab hadits maka hal yang mesti harus dilakukan demi tujuan ini
adalah dengan bergaul dekat dan hidup bersama para ahli hadits.
Imam Syafi’i berkata,
“Sesungguhnya jika melihat seseorang dari ahli hadits, maka aku seperti melihat
para shohabat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam”.
Ibnu Syaudzab berkata,
“Sesungguhnya termasuk nikmat ‘ain yang diberikan oleh Alloh kepada pemuda ahli
ibadah ialah, dia bisa berkawan (menjadi murid) seorang ahli sunnah yang selalu
mendorong mengikuti sunnah” (Lihat Talbis Iblis/17).
Singkat kata jika ingin
selamat dan tetap berada pada jalur shirothol mustaqim, seseorang harus memiliki
murobby (guru) yang selalu memantau dan memberikan bimbingan.
Sayyid Masyhur dalam
Miftahul Jannah/156 menyebutkan, “Barangsiapa yang tidak memiliki guru
(murobby) maka ia tidak ubahnya seperti orang yang kebingungan di jalan. Barang
siapa yang tidak memiliki guru pembimbing dan penunjuk, maka dipastika setan
akan membimbingnya ke jalan yang sesat”.
Dua
hal di atas merupakan usaha nyata agar semakin efektif hasilnya. Maka sangat
ditekankan agar setiap kali dalam sholat dan membaca Al-Fatihah ketika sampai
pada bacaan “ihdinas-shirothol mustaqim”, hendaknya hati khusyu’ dan
mengingat bahwa saat itu ia memohon agar Alloh meneguhkan hati dan menancapkan
kakinya untuk berdiri dan berjalan meniti jalan yang lurus (Shirothol
Mustaqim)
Blogger Comment
Facebook Comment