Oleh Ibnu Alwan
Menguntai kata untuk keberagaman tujuan, dan juga untuk segala kebutuhan.
Diri ini juga menguntai kata dalam sepi dengan sebuah niat yang mungkin harus di paksa untuk ikhlas atau murni karena_Nya.
Hanya saling memberikan faedah yang juga datang murni dari_Nya.
Karena kesejatian hidup adalah murni karena pertolongan_Nya.
Semuanya terkandung dalam untaian yang selalu di dengungkan dalam setiap lisan, "Laa haula Wa laa Quwwata Illaa Billah ".
Betapa agung untaian pengakuan itu sehingga manusia tiada mampu untuk bersikap sombong karena hakikat semuanya manusia tidak punya daya kekuatan apa - apa kecuali murni pertolongan dari_Nya.
Kadang kala seorang mukmin merasa rapuh karena berbagai hal yang menderanya. Kadang juga keputus asaan sangat mudah mendera jiwa tatkala suatu tujuan tiada tergapai dan memperoleh hasil yang indah.
Kesedihan pun sangat mudah di rasa tatkala kerapuhan itu bersarang dalam dada.
Terkadang kata - kata indah akan janji "bahwa orang mukmin enaknya enak , gak enaknya juga enak ".
Mungkin banyak dari kalangan kita mengetahui suatu ketika Rosul bertanya kepada para sahabatnya, tahukah engkau semua wahai para sahabat pohon yang menyerupai jiwa seorang mukmin?.
Para sahabat_pun terdiam. dan menunggu akan ilmu yang di berikan oleh sang qudwah hasanah, yang sebenarnya pada waktu itu Sahabat Abdulloh bin umar mengetahui pohon apakah yang menjadi perumpamaan Rosul akan jiwa seorang mukmin.
Akan tetapi karena merasa masih kecil maka sayyidina Abdullah bin Umar pun mengurungkan untuk menjawabnya.
Dan Rosul_pun segera mmeberitahukan akan jawaban yang menjadi tanda tanya para sahabat akan pertanyaan Rosul barusan, Duhai para sahabat ketahuilah bahwa pohon itu adalah pohon kurma.
Kurma yang multi fungsi dalam kemanfaatan yang di berikan dalam dirinya.
Mulai dari buah, tangkai, daun sampai pohonnya pun semuanya berguna, semuanya ada manfaatnya.
Serta pohonnya yang kuat dalam menopang segala badai dan angin sekalipun menunjukkan potensi bertahan hidup dalam tumbang.
Sangat indah memang jika kita memahami akan perumpamaan yang di berikan Rosulullah kepada para sahabatnya, tiada bicara untuk kalangan elit saja akan tetapi kaum petani_pun memahami akan fenomena realita yang di lihat dalam kehidupannya.
Sehingga semuanya menyerap faedah pendidikan yang ada, pendidikan yang tiada membedakan karakter suku dan latar belakang dalam sebuah kehidupan, menjadikan para sahabat waktu itu merasa semuanya mendapat perhatian.
Jika di telaah semuanya , perumpamaan yang indah dan sangat singkat itu memberikan sangat banyak dalam penggambaran akan keperibadian seorang muslim, seorang yang Mukmin yang selalu menjadi kebanggaan dan nikmat teragung dalam kehidupan ini.
Pendidikan yang tersirat dalam perumpamaan itu_pun sangatlah indah, karena jiwa seorang mukmin seharusnya multi fungsi dalam segala lini kehidupannya, selalu memberikan manfaat dalam segala hembusan nafasnya.
Selalu memberi faedah dalam segala gerak langkahnya.
Meski dalam segala kecil dan tindakan yang remeh sekalipun seharusnya selalu memberikan kemanfaatan kepada yang lain.
Dalam strata sosial apapun seharusnya menciptakan kemanfaatan yang ada untuk yang lain.
Baik itu pemimpin skala besar dan pemulung sekalipun bisa memberikan manfaat kepada sesama dan juga alam seluruhnya.
Seorang mukmin semuanya di gambarkan seolah seperti pohon kurma, tiada memandang kedudukannya. yang terpenting semuanya di perumpamakan dalam bentuk yang sama.
Sehingga tiada lagi kata bahwa diri ini rakyat jelata ataupun kaum puritan dalam kehidupan.
Agama memandang semuanya dalam satu perumpamaan saja, sehingga semuanya bisa mencerminkan kemanfaatan kepada yang lainnya.
Menciptakan segala hal yang positif untuk sekitarnya, bahkan dalam segala gerak gerik langkah yang remeh sekalipun. seperti halnya ranting kurma itu.
Seyogyanya tiada sekcil apapun dalam kehidupan kita ini terbuang sia - sia.
Semuanya merupakan pengabdian dan syukur kepada Dzat yang menciptakan kita.
Seorang mukmin juga di samping selalu memberikan kemanfaatan kepada yang lainnya. maka seyogyanya setiap orang mukmin memiliki sifat yang di miliki oleh kurma, yaitu kekuatan akarnya dalam menahan badai yang ada, sehingga tiada tumbang.
Sebesar apapun badai mendera akan tetapi pohon kurma itu tetap pada tempatnya.
Menjadi perenungan kita semua, bahwa kekuatan jiwa seorang mukmin itu sebagai mana akar pohon kurma yang menopang besarnya pohon yang ada.
Tiada kata putus asa, resah dan gundah yang bersarang dalam jiwa meski ujian dan malapetak menerpa.
Keimanan_pun kokoh meski badai fitnah di akhir zaman selalu menerpa tiada pandang bulu dalam segala komunitas yang ada.
Segala bentuk terpaan fitnah tiada menggoyangkan imannya.
Iman dan keyakinan yang kokoh akan Tuhan selalu ada dalam benak jiwa nya.
Sehingga ajal menjemput kehidupan kita.
Akar itupun selalu mempertahankan kekuataannya sampai pohon kurma itupun sudah masa waktunya dalam binasa.
Inilah gambaran keperibadian seorang mukmin yang ada, yang mungkin sekarang banyak terkikis oleh fitnah akhir zaman yang ada.
Bukan menyalahkan zaman, akan tetapi mukmin yang kehilangan akan kepribadian yang di tanamkan.
Semuanya tiada obat mujarab untuk menyembuhkannya, kecuali mendalami dan memahami ajaran agama.
Dan juga mendekat dan bergabung dengan orang sholih yang ada di sekitar kita.
Sehingga fungsi kepribadian itu_pun dalam genggaman dan selalu tertanam dalam jiwa.
Semoga kita semua selalu mendapat pertolongan dari Allah Tuhan kita.
Sehingga keperibadian yang hilang itu berada dalam jiwa kita.
Dan kita mengakhiri rihlah kehidupan ini dalam keadaan khusnul khotimah.
( Translit Secercah Hikmah Halqoh iftitah Dars, Abuya Sayyid Ahmad bin Muhammad Alwy Al - Maliky )
Ahad, 18 - Muharram - 1434 H. Peraduan para Gembel, Rubath Jawa Misfalah , Makkah Al _Mukarromah.
Blogger Comment
Facebook Comment