Khutbah Idul Adha 1435 H




 Ahad  05 Oktober 2014

Ibadah Syukur
Menghindari Kufur

الخطبة الأولى

ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر . ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر .  ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر  . ألله أكبر ولله الحمد . إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره . ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا . من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له . أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا عبده ورسوله . أللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم  . وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد . أما بعد فأوصيكم بتقوى الله فقد فاز المتقون . قال الله تبارك وتعالى " إنِاَّ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ" وَقَالَ: "وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ للهِ"
Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah

Pagi hari ini kita merayakan hari raya Idul Adha, Idul Qurban atau Idun Nahri tahun 1435 H. Hari raya ini sangat terkait dengan kondisi kita sebagai umat Islam yang diajarkan agar bersyukur kepada Allah Sang Pencipta juga bersyukur kepada sesama manusia yang telah berjasa, sedikit atau banyak, terutama kedua orang tua kita sebagaimana firman Allah:
أَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَ
“Dan hendaklah kamu bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu” (QS Luqman:14)
Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ
“Barang siapa tidak pernah bersyukur kepada manusia maka tidak pernah bersyukur kepada Allah”(HR Turmudzi no:1955 Kitab al Birr was shilah bab (35))

Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah

Di antara manusia yang kita diajarkan agar menghargai dan berterima kasih kepadanya adalah Nabiyullah Ibrahim as, yang merupakan nenek moyang para nabi, alaihimussalam, termasuk nenek moyang Baginda Nabi Muhammad Saw. Bentuk-bentuk penghargaan ini salah satunya adalah adanya syariat menyembelih hewan kurban yang akar sejarahnya adalah kerelaan Nabi Ibrahim Khalilullah menyembelih anaknya sendiri semata menuruti perintah Allah, yang ternyata perintah itu tidak lain hanyalah ujian kekuatan iman. Sementara bagi kita, syariat berkurban juga sangat terkait dengan sekian banyak nikmat Allah yang tercurah.

Kepada Rasulullah Saw Muhammad Saw, Allah berfirman:
إنِاَّ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ.
"Sesungguhnya Kami telah memberikan al Kautsar kepadamu, maka shalat dan berkurbanlah kamu."QS  Al Kautsar:1-2.

Selain bermakna telaga di surga, ada sekian macam makna al Kautsar, yang di antaranya adalah bermakna banyak. Ia, sungguh Allah telah memberikan banyak sekali nikmat kepada Rasulullah Saw; secara fisik beliau manusia yang manusia paling tampan melebihi ketampanan Nabi Yusuf as, beliau paling kuat karena diberikan kekuatan sama dengan 40 orang, beliau seorang yang kaya raya, paling luas ilmunya, paling bertaqwa, paling banyak anak keturunannya, dan yang terbesar adalah menjadikan Rasulullah Saw sebagai manusia yang paling dicintai dan seorang utusan yang paling utama.
Karena anugerah-anugerah inilah kemudian Allah memerintahkan Rasulullah Saw agar melakukan dua hal:

Pertama: “Maka shalatlah karena Tuhanmu”

Perintah Allah ini dengan sempurna bisa dilaksanakan oleh Rasulullah Saw.  Beliau senantiasa menjalankan shalat lima waktu di masjid bersama para sahabat kecuali jika ada udzur sakit atau sedang bepergian. Beliau juga sangat suka menjalankan shalat-shalat sunnah. Shalat bagi beliau adalah penyejuk hati sehingga setiap kali ada masalah maka beliau bersegera menjalankan shalat. Dikisahkan bahwa kaki beliau bengkak karena saking lamanya berdiri dalam shalat. Ketika ditanya mengapa harus melakukan hal seperti ini, maka beliau menjawab:
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Bukankah seharusnya aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?!”

Artinya Rasulullah Saw adalah manusia yang paling banyak beribadah kepada Allah. Meski demikian halnya, beliau tetap saja merasa kurang dalam beribadah sehingga mengadu kepada Allah:

سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ , لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَي نَفْسِكَ
“(Ya Allah) Maha Suci Engkau, kami tidak bisa menyembahMu dengan sebenar-benarnya pengabdian kepadaMu. Saya tidak bisa menghitung pujian kepadaMu seperti Engkau memuji kepada diriMu sendiri”
Kedua: Allah memerintahkan Rasulullah Saw: “dan berkurbanlah”

Maka Rasulullah Saw juga berkurban. Disebutkan bahwa pada haji wada’, Rasulullah Saw berkurban hingga 63 ekor unta.

Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah

Jika Rasulullah Saw telah mendapatkan anugerah seperti di atas, maka demikian halnya dengan kita. Meski tidak sebanyak yang diterima oleh Rasulullah Saw, tetap saja nikmat-nikmat Allah yang tercurah kepada kita banyak sekali sehingga Allah menyatakan bahwa jika mencoba menghitung nikmat-nikmatNya niscaya kita tidak akan mampu. Allah Tuhan Sang Pencipta telah memberikan sekian banyak nikmat dan anugerah yang tidak terhingga. Ke manapun melangkah, maka di sanalah kaki kita berpijak di bumi Allah. Di manapun berada maka di sanalah kita berteduh di bawah langit Allah azza wa jalla. Tak seteguk air atau sesuap makanan yang memasuki mulut dan perut kita kecuali itu adalah curahan nikmat Allah. Dan yang terpenting, lingkungan kita aman, tubuh kita sehat dan kita pun bisa menikmati makanan atau minuman sesuai dengan selera. Kondisi seperti ini dalam standar Rasulullah Saw adalah sebuah anugerah besar yang merupakan pilar-pilar utama kenikmatan duniawi. Beliau bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا
“Barang siapa dari kalian aman berada di rumahnya, sehat tubuhnya dan di sisinya ada makanan untuk hari itu maka sungguh seakan dunia dan seisinya diperolehkan kepadanya” (HR Turmudzi no:2346)

Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah

Jika Rasulullah Saw diwajibkan oleh Allah supaya shalat dan berkurban sebagai bentuk rasa syukur atau nikmat-nikmatNya, maka demikian halnya pula dengan kita.

Kita wajib mendirikan shalat lima dengan ketentuan:

  1. Menjalankan shalat tepat waktu. Jangan sampai kita sengaja melewatkan shalat dari waktunya, karena Rasulullah Saw telah memberikan gambaran beratnya dosa dan siksaan seseorang yang dengan sengaja meninggalkan shalat wajib, meski hanya sekali. Beliau bersabda:

مَنْ فَاتَتْهُ الْعَصْرُ فَكَأَنَّمَا وُتِرَ مَالَهُ وَأَهْلَهُ
“Barang siapa melewatkan shalat ashar dengan sengaja maka sungguh ia seakan kehilangan keluarga dan harta bendanya” (HR Muslim no:626)

  1. Menyepurnakan syarat, rukun dan adab-adab shalat. Dan khusus bagi kaum lelaki, maka menjalankan shalat lima waktu di masjid secara berjamaah, karena shalat berjamaah sangat berguna membantu kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Di dunia, seseorang yang membiasakan shalat berjamaah di masjid, akan mendapatkan kesehatan, keluasan rizki, ketentraman hidup serta meraih derajat tinggi dalam komunitasnya. Sedang di akhirat, in syaa Allah akan diselamatkan dari api neraka serta ditinggikan derajatnya di surga.

Keuntungan shalat berjamaah di masjid tersebut, karena dengan membiasakan diri shalat lima waktu di masjid, seseorang benar-benar membuktikan diri sebagai pemilik hati yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Rasulullah Saw bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ بِالْإِيْمَانِ
“Jika kamu melihat seseorang membiasakan dirinya akrab dengan masjid maka saksikanlah oleh kalian bahwa orang tersebut benar-benar memiliki keimanan” (HR Turmudzi. Kitab al Iman Bab Maa Jaa’a fi Hurmatis shalat)


Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah

Selanjutnya pada hari raya Idul Adha seperti saat ini, bagi orang yang mampu, maka menurut imam Abu Hanifah hukumnya wajib untuk menyembelih hewan kurban. Terlepas bagi yang mampu atau kurang mampu, semua umat islam sangat dianjurkan agar menyisihkan sebagian pendapatan untuk membeli hewan kurban, karena selain bisa menyenangkan orang lain dan menciptakan keharmonisan dalam masyarakat, ibadah ini juga memiliki manfaat sangat luar biasa bagi pribadi yang berkurban.

Pertama: sebagai ibadah yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ ...
Anak Adam tidak melakukan amal pada hari korban lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah (Hewan kurban)..." (HR Turmudzi/1526).

Kedua: Memiliki pahala yang tidak terhitung sebagaimana Rasulullah Saw mengabarkan:

لِصَاحِبِهَا بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ
Bagi pemilik hewan kurban ada satu nilai kebaikan sebagai pahala sehelai bulu hewan kurbannya”(HR Turmudzi)
Ketiga: Sebagai tameng neraka bagi orang yang berkurban. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ ضَحَّي طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ مُحْتَسِبًا لِأُضْحِيَّتِهِ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
“Barang siapa berkurban dengan hati yang lega dan tulus mencari pahala Allah bagi kurbannya, maka kurban itu akan menjadi benteng neraka baginya” (HR  Thabarani. Lihat al Matjar ar rabih hadits no:888)

Selain menyembelih hewan kurban pada hari raya idul adha, perintah berkurban juga memiliki makna agar dalam kehidupan ini kita juga berusaha mendapatkan pahala dari Allah dengan cara berbuat baik kepada sesama makhluk Allah. Tidak terbatas berbuat baik kepada sesama manusia, bahkan kepada hewan pun kita diperintahkan untuk berbuat baik. Kisah seorang pelacur yang mendapatkan ampunan Allah karena belas kasihnya berusaha memberi minum anjing yang kehausan, dan sebaliknya seorang wanita beriman yang masuk neraka karena menyiksa kucing. Dua kisah ini memberikan semangat bagi kita untuk terus berusaha berkurban dengan ilmu, harta, jabatan, waktu, tenaga, dan dan segala yang kita miliki untuk memberikan kesenangan kepada sesama dan sebisa mungkin untuk tidak menyengsarakan atau menyakiti orang lain.

AllahuAkbar3xWalillahilHamd                                                                                                
Ma’asyirol Muslimin, Hafizhakumullah

Akhirnya semoga kita senatiasa mendapatkan pertolongan Allah agar bisa menjadi termasuk para hambaNya yang setia, pandai bersyukur dan bisa menjalankan semua perintah secara baik, sempurna dan ikhlash karena Allah. Semoga semua nikmat-nikmat Allah yang jelas maupun yang samar bisa kita gunakan sebaik-baiknya untuk beribadah mengabdi dan mendekat kepadaNya. Jika hal ini tidak kita lakukan, maka sangat mungkin, keamanan akan dirubah Allah menjadi kekacauan, kesehatan akan diusir oleh penyakit dan kelancaran rizki akan berubah menjadi sulitnya mencari penghidupan. Nauzdzu billah min dzalik.  Imam Ibnu Atho’ilah dalam al Hikam memberikan peringatan:

مَنْ لَمْ يُقْبِلْ عَلَى اللهِ بِمُلَاطَفَاتِ إِحْسَانِهِ قَيَّدَ إِلَيْهِ بِسَلَاسِلِ امْتِحَانِهِ
Barang siapa yang tidak serius menghadap kepada Allah dengan kelembutan-kelembutan kebaikanNya, nicaya Allah akan mengikat dan menariknya menuju kepadaNya dengan rantai-rantai ujian dan cobaan

ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد . بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنضفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنَّا تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ .

Share on Google Plus

About shfm

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment