من خرج فى طلب العلم كان فى سبيل الله حتى
يرجع.
"Barang siapa yang keluar
untuk menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali."
( HR. At-Tirmidzi)
( HR. At-Tirmidzi)
Setelah sekian lama Rasulullah
bersama para sahabat diintimidasi, maka tibalah saatnya fathu Makkah yang
merupakan langkah tonggak sejarah bersinarnya Islam.
Hal ini perlu harus dikenang terus agar kita mengerti betapa berat perjuangan Kanjeng Nabi dalam menyelamatkan agama Islam ini, agar tumbuh kecintaan kita kepada beliau.
Hal ini perlu harus dikenang terus agar kita mengerti betapa berat perjuangan Kanjeng Nabi dalam menyelamatkan agama Islam ini, agar tumbuh kecintaan kita kepada beliau.
Mereka para sahabat yang
berjuang tiada henti maka diberi anugerah dengan disematkan predikat derajat
yang mulia di sisi Allah, di ridhoi oleh Allah, dan mereka adalah ummat yang
terbaik.
Seharusnya kita mencontoh
perilaku para sahabat dari kaum anshor dan muhajirin, bagaimana kecintaan
mereka sangat dalam kepada Rasulullah. Setianya pembelaan mereka kepada Islam
hingga nyawa pun terlalu murah untuk dikorbankan.
Tentu kedudukan keimanan dan
ketaqwaan kita dengan mereka (para sahabat) ada perbedaan. Paling tidak ada
upaya dan usaha untuk meneladani prilaku mereka. Wujud taqwa tersebut bisa
direalisasikan dengan bersyukur kepada Allah atas pemberian nikmat berupa iman
dan islam.
Maka bagi orang yang bermaksiat
adalah orang yang tidak pandai menjaga nikmat yang Allah berikan. Mereka
termasuk orang yang dzolim, yaitu orang yang lebih banyak keburukannya
dibanding kebaikannya. Sebaliknya ukuran kesholehan seseorang adalah selama
seseorang masih saja mau hadir di majelis taklim dan masih mau belajar agama.
Ada tiga tingkat kedudukan seseorang
di sisi Allah, yaitu alimuna, Muqtasiduna, dzolimunaa. Syarat selamat itu
adalah menunaikan kewajiban kita terhadap Allah. Masih mau bertobat atas
kesalahan yang telah dilakukan.
Jika kita mau jujur maka sebagian
besar dari kita banyak kemaksiatannya ketimbang ketaatannya. Tapi hal tersebut
tidak membuat kita kehilangan harapan kepada Allah. Sungguh Allah Maha
Pengampun atas kesalahan hamba-Nya.
Di zaman para sahabat, jika
mereka meninggalkan agama hingga hanya tersisa 10 % maka mereka akan celaka.
Sementara ada suatu saat akan terjadi jika seorang hamba dapat melaksanakan
agama ini hanya 10 % saja maka orang tersebut akan tergolong selamat.
Maka nilai ibadah itu akan
lebih sempurna jika dikerjakan secara istiqomah. Abuya Sayyid Muhammad bin
Alawy Al-Maliki Al-Hasani berkata, Aku termasuk orang yang tidak banyak
memiliki ibadah, tapi aku masih berharap optimis dengan ibadah melayani dan
berkhidmah kepada masyarakat.
Termasuk amalan yang dicintai oleh Allah adalah seorang muslim menjalin
hubungan persaudaraan dengan muslim yang lain karena Allah. Maka dalam tradisi
kehidupan di masyarakat lahirlah kegiatan yang bernilai ibadah dan bernilai
penyambung silaturrahmi yaitu semisal kegiatan tahlilan.
Blogger Comment
Facebook Comment