Menyampaikan materi hadits semestinya
jangan di potong atau di ringkas. Sebab hal ini mengenai amanah ilmu. Dan
sebaiknya mengambil hadits langsung dari kitab-kitab hadits bukan dari kitab
dongeng. Dulu para ulama’ demikian hati-hati menjaga validitas hadits, sehingga
semestinya kita juga berhati-hati memilih hadits-hadits untuk disampaikan dalam
majlis ilmu atau khutbah. Sebab tak jarang pula para muballigh dan khotib
menyampaikan sebuah kalam yang disebut sebagai hadits ternyata merupakan kalam
ulama, apa lagi jika yang kita sampaikan berupa hadits maudlu. Bisa-bisa kita
masuk dalam ancaman Rasulillah kepada orang-orang yang melancarkan kedustaan
kepada beliau.
log.viva.co.id |
Seorang dai berkah doa Rasulillah dalam
menjaga validitas dalam menyampaikan hadits, ia akan mendapat kegemilangan.
Dalam kitab karya Abuya as Sayyid Muhammad
yakni al Manhalul Lathif halaman 45. Abuya mengomentari hadits yang berkaitan
dengan doa Rosulillah yang berbicara tentang menggeluti ilmu hadits sekaligus
menyampaikannya dengan jujur ini, bahwa Rasulillah mendoakan dengan kehingar
bingaran yang terkhusus dimiliki oleh umat ini saja, tidak berlaku bagi ummat
lain. Sekiranya dalam menggeluti ilmu hadits, menjaga dan menyampaikannya
dengan jujur tak memiliki faidah kecuali hanya beroleh doa Rasulillah ini, maka
hal itu sudah cukup untuk mendapatkan faidah dan keberuntungan yang besar di
dunia dan akhirat.
Bahwa al-Qur’an kalam Allah, merupakan risalah dari allah
untuk seluruh hambanya. Baik yang iman atau yang tak beriman, Allah ingin
berbicara dengan mereka dengan firman-Nya.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُ نَ ٤٢
Dan di antara mereka ada
orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar
walaupun mereka tidak mengerti.
(QS. Yunus: 42)
وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى
اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِي (١٧) الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ
الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ
وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الألْبَابِ (١٨)
Dan orang-orang
yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah,
mereka pantas mendapat berita gembira; sebab itu sampaikanlah kabar gembira itu
kepada hamba- hamba-Ku (17). (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai
akal sehat (18) (QS Az-Zumar. 17-18)
Untuk menyampaikan al-Qur’an dan hadits bagaimana melalui
prosedur keilmuan. Jangan seperti orang sekarang yang pintar dalil. Kemarin masih tukang sulap, hari ini mengaku
sebagai mufassir. Kemarin pelawak menjelma menjadi muballigh. Padahal yang
mesantren puluhan tahun takut keliru dalam menyampaikan.
Sebagai santri harus hati-hati dalam
menyampaikan hadits. Ada banyak kitab-kitab yang disusupi hadits palsu. Juga
jangan sampai menyampaikan ayat al-Qur’an dengan penafsiran nalar.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
: " اللَّهُمَّ ارْحَمْ خُلَفَائِي , ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ ، قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَمَنْ خُلَفَاؤُكَ ؟ قَالَ : الَّذِينَ
يَأْتُونَ مِنْ بَعْدِي ، وَيَرْوُونَ أَحَادِيثِي , وَسُنَّتِي ،
وَيُعَلِّمُونَهَا النَّاسَ "
Rasulillah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Ya Allah, kasih sayangi kholifah-kholifahku, tiga kali. Dikatakan: “
Ya Rasulallah, Siapa khalifah-khalifahmu?” Rasul menjawab: “ Mereka orang-orang
yang ada setelahku, meriwayatkan hadits-haditsku, sunnahku, dan mengajarkannya
kepada orang-orang.
Al-Qostholany berkata di muqoddimah kitab
Irsyadussari selepas memaparkan hadits ini bahwa: Tidak diragukan lagi bahwa
menyampaikan sunnah kepada kaum muslimin, menasehati mereka, merupakan bagian
dari wazhifah para Nabi sholawatulloh wa salamuhu alaihim, maka sesiapa yang
melakukan hal itu maka ia adalah khalifah bagi orang yang menyampaikan darinya.
Dan Rasulallah mendoakan agar ia mendapatkan Rahmat dan menyebutnya sebagai
khalifah. (Almanhalul latif 46).
Tashluhu hadzihil ummah bima yashluhu bihi
awwaluha (malik), Bahwa Ummat ini ternilai baik dikala mereka membawa apa yang
orang terdahulu ternilai baik dengannya. Mereka mengaku sebagai generasi salaf
pengikut sahabat, sehingga menamakan diri sebagai Salafi. Padahal jika
ditelisik, kita akan melihat bahwa mereka amat jauh dengan apa yang dilakukan
oleh para sahabat.
Ciri khas sahabat yang di terangkan oleh
Sufyan as-Sauri
- Luzumul jamaah, dengan sifat Ruhama’u
baynahum terciptalah hal ini
- Ittibaussunnah, sebab mereka bersama
Rasulillah secara langsung.
- Tilawatil Qur’an ( Membaca dan mengkaji
al-Qur’an)
- al mudawamah ala dakwah
- al-Jihad fi sabilillah, sehingga mereka
adalah Anshorullah.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف
الغالين وتأويل الجاهلين وانتحال المبطلين قال فسبيل العلم ان يحمل عمن هذه سبيله
ووصفه
”Ilmu (agama) ini
akan dibawa oleh orang-orang terpercaya dari setiap generasi. Mereka akan
meluruskan penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, ta’wil orang-orang
jahil, dan pemalsuan orang-orang bathil. Ilmu ini hanya layak disandang oleh
orang-orang yang memiliki karakter dan sifat seperti itu”
”Ilmu (agama) ini
akan dibawa oleh orang-orang terpercaya dari setiap generasi. Mereka akan meluruskan
penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, ta’wil orang-orang jahil, dan
pemalsuan orang-orang bathil. Ilmu ini hanya layak disandang oleh orang-orang
yang memiliki karakter dan sifat seperti itu” [lihat Al-Jaami’
li-Akhlaqir-Raawi wa Adabis-Saami’ oleh Al-Khathib Al-Baghdadi 1/129 –
shahih]
Diantara
kitab-kitab yang dimaksud adalah:
-Kitab as-Syihab karya al Qudlo'i
-Kitab milik al-Hakim at Tirmidzi
-Kitab-kitabnya al-Waqidy seperti Futuhussyam
-Tafsir Ibnu Abbas
-Nuzhatul majalis wa muntakhobun nafais karya as Shofury
-Tanbihul ghofilin milik Abillays as Samarqandi
-Qurrotul uyun milik Abillays as Samarqandi
-Mufarrihul qolbil mahzun, ketiganya milik Abillays as Samarqandi
-Qoshosul anbiya milik as Tsa'laby
-Durrotun Nashihin karya al Khowbawi
-Badaiuzzuhur fi waqaiqidduhur karya Ibnu iyas
-ar-Raudl al faiq fil mawaidh warraqaiq karya al harifisy
-washoya al imam Ali.
Bahkan suatu saat Abi Ihya, salah seorang santri Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliki, usai membeli Tafsir Ibn Abbas, diperlihatkan kepada Abuya, "Abuya, Kitab baru abuya, tafsirnya Ibnu Abbas" Dijawab Abuya, " Oh iya, kamu bakar saja!"
-Kitab as-Syihab karya al Qudlo'i
-Kitab milik al-Hakim at Tirmidzi
-Kitab-kitabnya al-Waqidy seperti Futuhussyam
-Tafsir Ibnu Abbas
-Nuzhatul majalis wa muntakhobun nafais karya as Shofury
-Tanbihul ghofilin milik Abillays as Samarqandi
-Qurrotul uyun milik Abillays as Samarqandi
-Mufarrihul qolbil mahzun, ketiganya milik Abillays as Samarqandi
-Qoshosul anbiya milik as Tsa'laby
-Durrotun Nashihin karya al Khowbawi
-Badaiuzzuhur fi waqaiqidduhur karya Ibnu iyas
-ar-Raudl al faiq fil mawaidh warraqaiq karya al harifisy
-washoya al imam Ali.
Bahkan suatu saat Abi Ihya, salah seorang santri Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliki, usai membeli Tafsir Ibn Abbas, diperlihatkan kepada Abuya, "Abuya, Kitab baru abuya, tafsirnya Ibnu Abbas" Dijawab Abuya, " Oh iya, kamu bakar saja!"
Blogger Comment
Facebook Comment