Rasulullah pernah
ditolak mentah-mentah oleh seorang wanita yang dikenal dengan Imroatul Jaun.
Padahal Rasulullah seringkali didatangi banyak wanita yang menyerahkan dirinya
kepada Rasulullah, tapi Rasulullah menolaknya.
Perjodohan memang
tiada akan pernah lepas dari tadbir Allah subhanahu wata’ala. Meski memang
harus disertai dengan usaha, tidak hanya dengan berdiam diri. Allah ta’ala
menentukan sesuatu setelah kita berusaha, meski ending semuanya adalah hak
Allah.
Jika gagal maka
tidak semestinya kita kecewa, menyesal. Sebab kekecewaan dan penyesalan adalah
sebuah bentuk protes kepada Allah. Ana urid anta turid wallahu fa’alun lima
yurid. Aku ingin kau pun ingin, adalah Allah zat yang Maha melakukan apa yang
Ia inginkan. Masya Allah kana wama lam yasya’ lam yakun. Apa yang dikehendaki
Allah maka ada dan apa yang tak dikehendaki-Nya takkan pernah ada. Semuanya
adalah dengan kekuatan Allah, jika berhasil maka semata adalah dari Allah. Kita
hanya sekedar berusaha. Maka ucapkan Masya Allah la quwwata illa billah. Jika
itu gagal maka ucapkan saja La quwwata illa billah. Untuk menepis ungkapan
mengeluh yang seringkali keluar dikala kita gagal.
www.republika.co.id |
Seorang wali yang
memiliki putri maka semestinya berusaha mencari seorang calon suami bagi
putrinya tadi. Jangan hanya modal menunggu taqdir tanpa upaya apapun. Ada pihak
yang mencari (tholib) ada pihak yang dicari (mathlub). Usaha mencari bisa jadi
secara langsung oleh walinya, atau melalui teman, atau kyai tertentu yang
dipasrahi untuk mencarikan. Sehingga tidak ada istilah diam bagi wali pihak
perempuan. Tidak perlu merasa risih dengan anggapan masyarakat yang miring
tentang pihak wanita yang menawarkan anaknya.
Akad ibarat jual
beli maka telitilah sebelum membeli. Takhoyyaru
linuthofikum. Bagaimana kita memilih dan memilah dalam urusan spermamu. Tunkahu al ma’artu li arbain, limaliha,
walijamaliha, walihasabiha, walidiniha. Fazhfar bidzatiddin taribat yadak. Empat
hal inilah yang menjadi tolak ukur seorang dalam mencari pendamping hidup. Ada
yang mempertimbangkan harta bendanya, ada yang memilih mengedepankan parasnya.
Ada yang memilih lebih kepada nasabnya dan ada juga lebih mempertimbangkan sisi
agamanya. Untuk tiga yang pertama
hukumnya menurut fiqh mubah, namun yang keempat adalah sebuah kewajiban.al
Ashlu fil amri alwujub. Bagaimana seseorang harus memandang sisi agamanya.
Memilih wanita yang punya keimanan. Agar seseorang bisa merasakan hikmah dalam
pernikahan yakni masuk surga bersama pasangan kita. Meskipun semua itu tetap
sesuai dengan tadbir Allah.
Seorang butuh
untuk berusaha memilah dan memilih agar terhindar dari ujian. Jika datang kepada
kita orang yang kita cintai selepas kita cek dan ricek ilmu agama, akhlaq, dan
aplikasi keilmuan yang ia miliki. Tidak sekedar santri namun tidak
mengaplikasikan ilmunya, hanya menjadikannya sebagai maklumat belaka. Maka langsung
saja kita nikahi . Jika tidak, yakni jika kita tak mau memperhatikan masalah
agamanya, maka di bumi akan marak fitnah dan kerusakan yang besar.
Bagaimana hidup
bisa tenang jika kita hanya memilih sisi harta bendanya yang banyak. Padahal
sekejap saja harta benda itu akan lenyap. Kecantikan dan ketampanan juga pada
saatnya akan rusak. Pangkat dan status sosial juga akan demikian mudah untuk
hilang. Maka yang lebih langgeng adalah hanya sisi agamisnya semata. Sehingga
sampai kapanpun seorang suami istri dengan sebab agamanya bisa terus langgeng
dalam cinta dan kasih sayang. Sampai bahkan kematian juga tiada akan bisa
memisahkan pasangan. Sebab akan kembali dipertemukan kelak di surga.
Memilah dan
memilih kemudian Istikhoroh. Agar bisa diproses lebih lanjut. Namun bukan
berarti jika istikhorohnya baik mesti kemudian menjadi pendampingnya. Selepas
seseorang berusaha. Maka yang mempertemukan keduanya dalam pelaminan adalah Allah
ta’ala. Rasulullah sendiri juga tiada bisa menentukan seorang pendampingnya.
Beliau hanya berusaha menemui wanita itu. Namun selepas bertemu, wanita itu
justru menundukkan kepalanya dan berucap kasar: “ Aku mohon perlindungan kepada
Allah darimu!”.
Meskipun
mengharuskan gagal sampai berkali-kali, maka kita semestinya tiada pernah
kecewa. Sebab kita hidup kadang telah menemukan sebuah pencapaian tapi pada
suatu saat kita kembali memulainya dari nol. Kita hanya diminta Allah untuk
berusaha yang terbaik. Selebihnya semestinya kita besarkan kepasrahan kita,
serta positif berfikir kita terhadap apapun kehendak Allah ta’ala.
Wallahu ta’ala
a’lam
Semoga bermanfaat
Blogger Comment
Facebook Comment