Sifat Minuman Ahli Neraka

Sifat Minuman Ahli Neraka

Minuman Ahli Neraka


Minuman pertama, Al-Muhli (besi yg mendidih).

Diterangkan Alloh dalam surat Al-Kahfi ayat 29,
"Saat mereka (ahli neraka) minta minum, mereka akan diberi minum dgn air berupa besi yg mendidih, yg menghanguskan muka. Itulah seburuk-buruk minuman, dan sejelek-jelek tempat istirahat"

Rosululloh menerangkan maksud al-muhli dalam ayat tersebut,
"Seperti minyak yg paling kotor (nan mendidih). Dimana ketika didekatkan pada org yg maksiat, kulit wajahnya akan terkelupas"

Hadits terkait dengan minuman ahli neraka yg dijelaskan Rosul tersebut termasuk hadits tarhib (peringatan), dan digolongkan salah satu hadits dlo'if karena kedlo'ifan perawinya.

Masih bisa digunakan selama tidak membahas tentang hukum2 Islam. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ahmad dalam kalam beliau,
"Hadits dlo'if lebih aku sukai daripada pendapat ssorg"

Minuman kedua, yaitu Al-Hamim (Air mendidih). Sebagaimana dijelaskan Rosul dalam hadits beliau,
"Dituangkan Al-Hamim dari atas kepala mereka, menembus hingga perut mereka"

Penjelasan Rosul atas firman Alloh dalam surat Al-Hajj ayat 19-20,
"Dituangkan air yg mendidih ke atas kepala mereka. Dan dihancurkan apa yg ada di perut sekaligus kulit2 mereka"

Alloh siksa mereka dengan siksaan luar biasa, dan mengulang2nya tanpa berhenti hingga mereka merasakan pedih siksaan tersebut dengan sangat. Sebagaimana difirmankanNya dalam surat An-Nisa' ayat 56,
"Setiap kali hangus kulit mereka, kami ganti dengan kulit yg baru (dan menyiksanya kembali)"

Takwa, yg disebut Alloh dalan Al-Qur'an bisa berarti 2 hal,
1. Rasa takut akan siksaNya yg pedih
2. Ketaatan menjalankan perintah dan menjauhi larangan

Minuman ketiga, As-Shodid (Darah dan nanah). Dimana ketika disodorkan pada mereka, mereka menolaknya. Saat didekatkan pada mereka, rontoklah kulit mukanya. Dan saat diminumkan pada mulut dan kerongkongan mereka, putuslah usus2nya, hingga potongan2 usus mereka keluar dari duburnya. Dan mereka mati setelah meminumnya. Kemudian Alloh hidupkan mereka dan meminumkannya kembali minuman tersebut.

Alloh firmankan dalam surat Ibrohim ayat 15-17,
"Dan binasalah semua org yg berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada jahannam dan dia akan diberi minuman dgn air nanah. Diminumnya air nanah itu dan hampir ia tidak bisa menelannya, dan datanglah bahaya maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi ia tidak juga mati dan di hadapannya masih ada adzab yg berat"

Dan dalam surat Muhammad ayat 15,
"Sama dengan org yg kekal dalam neraka Jahannam dan diberi minuman dengan air yg mendidih sehingga memotong ususnya"

Disebutkan dalam surat Al-Kahfi, sebuah kalimat yg berbunyi Surodiq (kawasan yg mengelilingi). Dimana Rosul menjelaskan bahwa Surodiqun-Nar (kawasan yg mengelilingi neraka) memiliki 4 tiang/tembok. Dan tiap tiang berjarak perjalanan 40 tahun.

Dalam sebuah riwayat Rosul menyampaikan,
"Andaikata dituangkan setimba nanah dari neraka, niscaya seluruh dunia akan membusuk semua"

Hadits tersebut menggambarkan bahwa begitu dahsyatnya siksa yg ada di neraka. Dan tidak berarti segala sesuatu yg ada di dunia.

Saat Rosululloh menyampaikan sebuah ayat yg berbunyi,
"Bertakwalah kalian pada Alloh dgn sebaik2 takwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan menjadi Muslim"
Beliau melanjutkan dengan sabda beliau,
"Andaikata setetes/secuil dari zaqqum (buah utk ahli neraka) diteteskan ke dunia, niscaya akan merusak segala penghidupan yg ada di dalamnya, lalu bagaimana dengan org2 yg dipaksakan buah tersebut sebagai makanannya (yaitu ahli neraka)"

Hubungan antara ayat yg dibaca dan sabda beliau, adalah sebuah pengingat bagi kita, bahwa takwa berada di antara ketaatan akan menjalankan perintah dan menjauhi larangan dengan rasa takut akan siksa dan balasan dari Alloh.

Disebutkan dalam surat Ali Imron, sebuah perintah Alloh utk bertakwa kepadaNya dgn sebenar-benarnya takwa. Mengindikasikan bahwa ketakwaan tersebut akan menghantarkan manusia pada derajat kemuliaan di sisi Alloh.

Ditegaskan Rosul dalam hadits beliau dgn sebuah kalimat,
"Aku adalah org yg paling mengetahui (tentang Alloh) dari kalian, dan yg paling bertakwa (padaNya)"

Menjelaskan pada kita, bahwa org yg paling mulia di antara kita, adalah Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam. Dan berbekal usaha dalam mewujudkan perintah tersebut, semakin tinggi usaha kita utk bertakwa padaNya, akan menghantarkan kita pula pada derajat kemuliaan dalam pandangan Alloh. Meskipun derajat tersebut tidak akan bisa melampaui derajat yg diterima Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.

Sebagaimana ditegaskan Alloh dalam firmanNya,
"Sesungguhnya orang yg paling mulia di antara kalian di sisi Alloh, adalah yg paling bertakwa (Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam)"

Ada 3 hal yg perlu kita ketahui tentang ketakwaan yg sebenar2nya (Hakikat Takwa),

1. Sabiqun bilkhoirot, usaha tinggi dalam ketakwaan hingga dalam taraf meninggalkan suatu hal yg mubah dan boleh, yg disinyalir di dalamnya ada sesuatu yg kurang pantas dilakukan. Hanya batas kurang pantas, bukan batas makruh atau harom.

Imam As-Syafi'i menikahi seorang _Jariyah_ (budak wanita) dan menolak wanita lain yg dari sisi kecantikan sangat luar biasa. Menanggapi komentar org2 akan pilihannya, beliau berkata,
_"Cukuplah aku memiliki istriku yg ini (jariyah), aku takut jika memilih mereka (yg cantik2), akan membuatku lupa pada Alloh"_

Dalam derajat ini, keistiqomahan menjadi jalur yg dipertahankan.

2. Wajiba Tuqotihi, memaknai _haqqo tuqotihi_ dengan kewajiban menjaga ketakwaan yg sudah dilakukan.
Dimana difirmankan Alloh dalam At-Taghobun ayat 15,
_"Bertakwalah kepada Alloh semampu kalian"_.

Maksud dari mampu di sni, adalah menjaga amal yg seharusnya dia bisa. Tidak kemudian melepas dan menggantinya dengan suatu hal yg lebih ringan dan lebih rendah, hanya karena faktor malas dan meremehkan.

Sebuah contoh, andaikata ssorg mampu melaksanakan sholat dgn cara berdiri, sekuat tenaga ia menjaga kemampuannya berdiri tersebut semaksimal mungkin. Meskipun saat itu, sebenarnya ia boleh melakukannya dgn duduk, namun ia tetap menjaga "kemampuan" bertakwanya dengan sebaik mungkin.

Terdapat sebuah pengalaman yg diceritakan Abina dalam perjalanan beliau saat umroh. Dimana saat itu, nilai ketakwaan sangat diuji dalam menjaga "kemampuan" bertakwa yg kita pilih. Yaitu saat pelaksanaan sholat di atas pesawat. Yg seyogyanya bisa dilakukan menggunakan niat _hurmatul waqt_ (menghormati waktu). Tidak kemudian meninggalkan sholat itu sama sekali dgn dalih akan dilakukan qodlo' saat sampai tujuan. Iya jika Alloh takdirkan sampai, bagaimana jika seandainya Alloh sampaikan ajal mereka saat itu? Apakah tidak ada tanggungan yg akan menjadi beban mereka saat di akhirat kelak?

3. 'Arofta Falzam (Apa yg telah kau ketahui, maka harus kau tetapi), menetapi segala hal yg ia ketahui dalam ajaran Islam. Mengamalkannya dgn sebaik mungkin, dan tidak kemudian meninggalkannya. Karena tidak semua Muslim mengetahui segala keilmuan yg ada dalam Islam, maka sebesar pengetahuan yg didapat, maka kesempatan bertakwa dengan sebenar-benarnya ada pada batas dan lingkup ilmu yg diketahuinya tersebut.

Sebutlah, seorang muallaf yg baru saja mengerti akan tata cara sholat saja, belum puasa. Maka kesempatan melakukan "takwa sebenar-benarnya" ada pada pelaksanaan dan pengamalan ilmu sholat yg ia ketahui tersebut. Meski saat itu ia tidak melaksanakan ibadah puasa.

Tidak perlu menunggu 'Alim (menjadi ulama') dan memahami semua ilmu, untuk mengamalkan ajaran Islam. Dan tidak perlu menunggu kaya dan hidup berlebihan, dalam bersedekah dan menyenangkan org lain.

Taklim, 26 Juli 2017
Taman Langit, Gunung Banyak
Kitab Sunan Tirmidzi
KH. M. Ihya' Ulumiddin
Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment