Di Atas Jalan Petunjuk
Allah ta’ala berfirman :
قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ أَدْعُوْ إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Katakanlah: Inilah jalan (dakwahku),aku senantiasa menyeru kepada Allah, dan (sungguh) diriku dan orang yang mengikutiku (benar-benar) berada di atas petunjuk (hujjah yang kuat). Maha Suci Allah, dan tiadalah aku termasuk orang-orang yang menyekutukan”
Sesungguhnya agama kita adalah agama yang lurus dan jalan terang yang dakwahnya berlandaskan pada dalil serta berdiri di atas hujjah. Karena inilah agama kita menyeru kepada perenungan akan ciptaan Allah ta’ala di mana segala sesuatu sekecil apapun pasti di dalamnya terkandung sekian hikmah, banyak rahasia, dalil-dalil dan pertanda.
Sebaliknya agama kita mencela perilaku mengekor begitu saja (taklid buta) yang hanya berdasar pada kemauan hati (wijdan) dan menilainya sebagai tingkat terendah dari hewan. Makna ini dikuatkan oleh firman Allah ta’ala:
يَآأَيُّهَاالنَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُوْرًا مُّبِيْنًا
“…katakanlah: Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian jika memang kalian adalah orang yang benar”
قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
“…tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar”
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوْءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوْا أَهْوَاءَهُمْ
“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya”
Akan tetapi di hadapan semua petunjuk ini ternyata manusia masih berada di antara beriman dan mengkufuri. Bahkan dalam setiap masa dan tempat, yang kedua (mengkufuri) justru itulah yang lebih banyak sebagaimana difirmankan Allah ta’ala :
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِى الْأَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ, إِنْ يَتَّبِعُوْنَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُوْنَ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta”
Oleh karena itulah kebenaran harus memiliki kekuatan yang bisa selalu meneguhkan dan memberinya pengawalan. Orang-orang beriman wajib mengambil posisi di jalan perjuangan sebagai usaha membela agama dan menjaga aqidah mereka seperti difirmankan Allah ta’ala :
وَأَعِدُّوْا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ...
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…”
Hal ini agar mereka mendapatkan pembelaan dari Allah ta’ala :
إِنَّ اللهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُوْرٍ
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat”
Kekuatan yang mesti dimiliki seperti ilmu dan berbagai ragam bekal merupakan senjata kita untuk membela agama sehingga kita bisa menghadapi setiap kondisi dengan hal yang sesuai. Barang siapa meminta hujjah (dalil) maka kita menghadapinya dengan hujjah. Dan barang siapa yang menolak kecuali kekuatan fisik maka kita menggunakan kekuatan untuk menghadapinya sebagaimana firman Allah: “...dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”
Abuya As Sayyid Muhammad al Maliki al Hasani dalam bukunya Sabilul Huda war Rasyad hal 79 mengatakan :
Sesungguhnya islam itu agama yang lapang dadanya, luas hatinya, murah hingga mencapai puncak garis kemurahan, dan mudah sampai mencapai batas terjauh kemudahan. Sesungguhnya islam tidak suka memantik permasalahan dan tidak pula rela akan munculnya kekacauan di jalan kehidupan yang tentram sejahtera. Sesungguhnya islam tidak menyerukan agar api peperangan dikobarkan dan tidak pula rela menyakiti orang non islam selama mereka berlaku damai. Demikianlah dan sungguh Allah ta’ala berfirman :
لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فىِ الدِّيْنِ وَلَـمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena Agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”
Ini sebagaimana islam telah menjadikan salam sebagai syiar baginya dalam segala situasi dan setiap kesempatan sehingga andai dalam situasi perang sedang berlangsung dan musuh meminta perdamaian maka dalam pandangan Alqur’an tak ada alasan untuk menolaknya karena lebih memenangkan prinsip menciptakan perdamaian :
وَإِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkal lah kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Dan di antara hadits-hadits yang memberikan bimbingan supaya menyiapkan kekuatan demi membela kebenaran adalah sabda Rasulullah :
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ. احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ :لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَان َكَذَا وَلكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ "لَوْ" تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Dan dalam masing-masing ada kebaikan. Bersemangatlah atas hal yang bermanfaat bagimu. Dan memohonlah pertolongan kepada Allah. Dan jangan rapuh, jika pun sesuatu menimpamu maka jangan katakana; “Andai aku melakukan seperti ini maka akan terjadi seperti ini” tetapi ucapkanlah; “Keputusan Allah, apa yang Dia Kehendaki maka Dia Melakukannya” karena sesungguhnya kata andai (lau) membuka peluang bagi setan”
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّي يَرْجِعَ
“Barang siapa keluar mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali”
جَاهِدُوا الْمُشْرِكِيْنَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ
“Perangilah orang-orang musyrik dengan harta benda, jiwa-jiwa dan lisan-lisan kalian”
Bahasa Lisan memberikan isyarat bahwa sebelum perang di medan laga berkobar maka terlebih dahulu perang itu terjadi dalam rupa makna-makna di dalam hati, letupan dalam fikiran, ucapan dalam lisan serta promosi-promosi dalam tulisan. (demikian seperti dikatakan oleh Abuya)
أَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. آمِيْنَ.
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang dengan seksama mendengarkan ungkapan dan lalu mengikuti yang terbaik darinya” Amin
=وَاللهُ يَتَوَلَّى الـْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=
Blogger Comment
Facebook Comment