Sayyidul Istighfar

Sayyidul Istighfar

Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyah berkata, “Maksiat memiliki andil besar dalam melemahkan, menghambat dan menghalangi perjalanan hati menuju Alloh dan perkampungan akhirat. Maksiat selamanya akan menjadi batu sandungan yang menjegal siapapun yang ingin pergi ke sana. Untuk selanjutnya membelokkan hati dari tujuan semula. Ini karena hati hanya berjalan dan berlari menuju Alloh bila ia sedang dalam kondisi kuat. Jika hati sakit disebabkan virus atau bakteri maksiat maka ia menjadi lemah dan akhirnya lambat  atau bahkan tidak bisa berjalan menempuh arah tujuan. Jika 
kekuatan hati hilang sama sekali maka bisa dipastikan ia akan terputus jauh dari Alloh serta susah sekali untuk bisa sambung kembali.”  

Kemudian ia melanjutkan, “Maksiat mengakibatkan hati sakit dan sama sekali tidak bisa menikmati serta mendapat manfaat dari makanan yang semestinya berfungsi menjaga kesehatan hati. Artinya maksiat berpengaruh dalam hati sebagaimana penyakit yang berpengaruh kepada badan. Bahkan bisa dikatakan pengaruh maksiat lebih besar terutama bila semakin mengakar yang biasanya menyebabkan hati mati. Sebagai resep pengobatan yaitu secara total  harus  meninggalkan  kemaksiatan. Semua orang yang berjalan menuju Alloh memiliki satu kesimpulan baku bahwa hati tidak mungkin mendapatkan apa yang diinginkan sebelum ia sampai kepada Alloh. Sedang  hati tidak akan pernah sampai kepada Alloh kecuali ia dalam keadaan sehat selamat dari segala penyakit. Dan keselamatan hati dari segala penyakit sangat tergantung kepada kemampuannya menundukkan dan mematikan hawa nafsu.” 

Sayyidul IstighfarUntuk itu Rosululloh saw. mengantisipasi terjadinya maksiat yang sering kali menggoda hati manusia dengan cara memberikan resep istighfar. Setiap kali seorang muslim melakukan maksiat (dosa kecil) lalu ia beristighfar dengan penuh kesungguhan, maka setiap kali itu juga Alloh mengampuninya. Diantara bacaan istighfar yang diajarkan Rosululloh saw. ada yang disebut dengan sayyidul istighfar (pimpinan istighfar) yang faedahnya besar sekali. Bacaan istighfar tersebut sebagaimana berikut:

اَللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ اِلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأََنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ, وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ 

“Ya Alloh, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Engkau yang telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu, aku juga tetap berada pada janji-Mu serta sumpah setia kepada-Mu sesuai dengan kesanggupanku. Aku berlindung kepada-Mu dari akibat buruk perbuatanku, aku juga mengakui kepada-Mu akan semua anugerah nikmat-Mu padaku, aku juga mengakui akan semua dosaku, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni semua dosa selain Engkau.” (HR. Bukhori dan Muslim)  

Baca Artikel Lainnya : Buah Meniti Jalan Istiqomah

Ketika kita mengakui Alloh sabagai Tuhan yang berhak disembah, kita memiliki konsekuensi menjaga keyakinan itu. Ketika kita menjaga keyakinan kepada Alloh dengan berjanji taat kepada-Nya, bersumpah setia sesuai dengan kesanggupan, kita memiliki konsekuensi bila melanggarnya harus mengakui dosa kesalahan yang telah dilakukan dan memohon ampunan-Nya dengan segera. Sebelum semua terlambat menjadi adzab yang tiada harap untuk selamat.

= والله يتولي الجميع برعايته =

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment