Saksi Kehancuran dan Bukti Kebenaran

Laut Mati, 

Saksi Kehancuran dan Bukti Kebenaran 

Kehidupan dunia adalah sejarah yang terus berputar. Sekarang kita hidup di antara dua kekuatan besar baik di bidang militer dan ekonomi yang terus bersaing; yaitu kekuatan blok Amerika dan sekutunya (termasuk Uni Eropa) melawan blok bangsa kulit putih China dan Jepang.  Dulupun juga demikian halnya. Sebelum Islam berjaya, saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam baru menapak, belajar melangkah mengembangkan dakwah, ketika itu ada dua imperium besar yang terus bersaing dan bermusuhan satu sama lain. Saling serang, berganti mengalahkan sekaligus juga mengalami kekalahan. Imperium tersebut adalah Persia dan Romawi (Bizantium/Roma timur). 

Dua kekuatan tersebut secara Emosional memiliki hubungan erat dengan bangsa Arab kala itu yang juga terbelah menjadi dua. Kelompok kafir Quresy yang setia dengan penyembahan berhala. Dan kaum muslimin yang dengan sangat mantap dan teguh mengikuti dakwah Tauhid Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. 

Kafir Quresy tentu saja berpihak dan sangat mendukung Persia serta berharap agar Persia menjadi kekuatan tunggal mengalahkan Romawi. Ini karena di antara keduanya memiliki kesamaan dalam budaya paganismenya.  Sementara kaum muslimin sangat berharap Romawi bisa membungkam dan menjungkirbalikkan Persia karena antara Islam dan Romawi memiliki kesamaan agama; sama-sama bersumber dari ajaran langit. Meski agama Nashrani yang dipeluk Romawi waktu itu yang sudah mengalami banyak sekali pergeseran. 

Nurul HaromainPada tahun 613-614 terjadilah peperangan besar antara Romawi dan Persia. Perang itu dimenangkan oleh Persia. Kekalahan dalam perang ini mengakibatkan Romawi (Byzantium) mengalami kerugian yang sangat besar sehingga saat itu tampaknya tidak mungkin akan bangkit. Dengan kekalahannya di Antioch tahun 613, Romawi harus kehilangan kekuasaan di Damaskus, Sisilia, Tarsus, Armenia, dan Jerusalem. Kehilangan Jerusalem tahun 614 sangat berbekas bagi rakyat Byzantium karena tempat sucinya dikuasai oleh Persia. Selain itu bangsa Avars, slav, dan Lombards menjadi ancaman bagi kerajaan Byzantium. Bangsa Avar telah mencapai dinding Contantinopel. Melihat hal itu, Raja Heraclius memerintahkan emas dan perak dikumpulkan dalam gereja dan dilebur menjadi uang untuk membiayai perang. Ini saja belum cukup lalu mereka menggunakan perunggu untuk membuat uang. Banyak gubernur membakang terhadap perintah Heraclius, sehingga saat itu Byzantium di ujung tanduk kehancuran. Mesopatamia (Iraq dan sekitarnya), Cicilia, Syria, Palestina, mesir, dan Armenia, yang sebelumnya dikuasai oleh Byzantium, telah jatuh ke Persia.

Singkat cerita, semua orang meramalkan bahwa Byzantium pasti akan hancur. Saat itulah jauh dari arena peperangan; di jazirah Arabia, kaum kafir Quresy merasa sangat bangga. Kondisi ini berbeda dengan pihak kaum muslimin.Dalam kondisi inilah, saat semua orang Arab jahiliyah saat itu memprediksikan Bizantium mustahil bisa muncul kembali ke permukaan, justru Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan wahyu Allah azza wajalla:

ألـم . غُلِبَتِ الرُّوْمُ.فِى أَدْنَى ْالأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِنمْ سَيَغْلِبُوْنَ . فِى بِضْعِ سِنِيْنَ ...

"Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. di negeri yang terendah dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)" (QS Ar ruum:1-4).

Wahyu ini segera disebarkan oleh Abu Bakar ra. Beliau segera datang ke komunitas Kaum kafir dan mengatakan: "Apakah kalian gembira dengan kemenangan saudara kalian atas saudara kami? Sungguh Allah tidak akan menentramkan hati kalian, sebab Romawi akan segera mengalahkan Persia?" dalam riwayat lain disebutkan bahwa ayat tersebut segera dibaca dengan keras oleh Abu Bakar ra di lorong-lorong Makkah sehingga beberapa orang Quresy berkata kepada Abu Bakar: "Temanmu (Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) menyangka bahwa Romawi akan mengalahkan Persia?" Ubayy bin Khalaf bahkan menantang Abu Bakar ra untuk bertaruh. Tantangan ini diladeni oleh Abu Bakar ra. Keduanya lalu sepakat bertaruh sepuluh unta. Jika dalam masa tiga tahun ke depan Romawi menang maka Ubayy membayar sepuluh unta kepada Abu Bakar ra. Dan begitu pula sebaliknya.

Masa tiga tahun berlalu dan akhirnya Abu Bakar ra kalah. Ia kemudian datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan memberitahukan hal ini. Beliau lalu bersabda: "Aku tidak menyebutkan seperti itu. Al Bidh'u adalah antara tiga hingga sembilan tahun. Karena itulah tambahkan taruhan dan panjangkan masanya!". Selanjutnya Abu Bakar ra bertemu kembali dengan Ubayy. "Apakah kamu menyesal?" tanya Ubayy. Abu Bakar ra dengan mantap menjawab: "Tidak, beranikah anda jika kita tambah taruhan menjadi seratus unta dengan tenggang waktu hingga sembilan tahun?" tantangan inipun dituruti oleh Ubayy. Dan tepat sembilan tahun, yaitu pada tahun 622 M, Romawi berhasil mengalahkan Persia. Benarlah prediksi-prediksi Alqur'an. Sungguh itu bukan prediksi, tetapi berita pasti dari Allah azza wajalla. Pada tahun itu, Heraclius mendapat sejumlah kemenangan dan menguasai Armenia. Kemenangan terus berlanjut, sampai pada bulan Desember 627 M, kedua pasukan bertempur di dekat Nineveh, sekitar 50 km sebelah timur sungai Tigris, di Bagdad. Pertempuran ini lagi-lagi dimenangkan oleh pasukan Byzantium. Beberapa bulan kemudian Persia terpaksa menandatangani kesepakatan dengan Byzantium untuk mengembalikan daerah-daerah yang diambilnya.

Baca Artikel Lainnya : "Meninggalkan Hal Yang Tidak Berguna"


Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa usai kabar kemenangan ini dan otomatis Abu Bakar ra menang taruhan maka Beliau datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan bertanya ke manakah harta hasil taruhan ditasarrufkan. Beliau kemudian bersabda: "Sedekahkanlah!".

Laut Mati dan Kebenaran Ramalan Quran

Suatu informasi yang terungkap dengan turunnya surat ar-Rum itu adalah soal daerah yang saat itu tidak diketahui oleh seorang manusia pun: mereka dikalahkan di daerah terendah di muka bumi. Bahasa Arabnya adalah adna al-ard, banyak yang menterjemahkan sebagai daerah terdekat. Ini bukanlah makna tulisan, melainkan sebuah tafsiran. Kata adnaa diturunkan dari kata dani' (rendah) , yang artinya daerah rendah. Sehingga adna al-ard berarti tempat terendah di muka bumi, yaitu di daerah Laut Mati. Maha Suci Allah. Daerah terendah itu baru diketahui setelah ditemukannya alat-alat pengukur di jaman modern ini.

Sekarang ini Laut Mati membujur di daerah antara Israel, Daerah Otoritas Palestina dan Yordania. Di 417,5 m di bawah permukaan laut (dalam versi lain kedalaman daerah di sekitar laut mati adalah 394.6 m (1269 ft) di bawah permukaan laut), merupakan titik terendah di permukaan bumi. Laut Mati amat asin, yang membuatnya tak mungkin bagi makhluk hidup untuk hidup. Inilah alasan namanya. Bagaimanapun, ini tak benar-benar mati, karena beberapa jenis bakteri bisa hidup di sini. Karena airnya begitu asin, orang bisa mengapung dengan mudah di Laut Mati tanpa kesulitan. Nah, karena posisinya tersebut, setiap harinya sekitar tujuh juta ton air di Laut Mati menguap, menyebabkan tiap hari air laut ini bertambah asin. Kadar garamnya sekitar 30 % lebih tinggi daripada kadar garam air laut biasanya yang sekitar 3,5 %. Artinya, di Laut Mati sekitar sembilan kali lebih asin dibandingkan dengan air laut biasa. Sedangkan kadar garam tubuh kita hanya 1 - 2 %. Tidak heran, kita akan terapung ketika berenang di Laut Mati.

Seorang turis sedang membaca koran saat mengapung di Laut Mati. Kisah dibalik Layar. Tidak ada peristiwa terjadi kecuali di belakangnya ada kisah-kisah indah yang menjadi sebab atau minimal masih memiliki korelasi dengan peristiwa tersebut. Kisah kekalahan dan kemenangan Romawi juga demikian halnya.

Ikrimah menceritakan tentang  adanya seorang wanita penduduk Persia yang cukup dikenal sebagai wanita bibit unggul. Ia tidak melahirkan kecuali para pemimpin dan para pahlawan. Hal ini juga diketahui oleh Kisra (gelar penguasa Persia) yang karenanya ia segera memanggil si wanita ke istananya. "Sungguh aku hendak mengirim pasukan guna bertempur dengan Romawi dan aku menginginkan agar salah satu puteramu yang menjadi panglimanya. Karenanya tunjukkan kepadaku siapa di antara puteramu yang akan menjadi panglima!" Wanita itupun menawarkan tiga puteranya dan akhirnya Kisra memilih yang paling bijak di antara ketiganya yang bernama Syahriroz.
Atho' al Khurasani menyebutkan bahwa kedua belah pihak; pasukan Persia dan Romawi akhirnya saling bertemu di daerah antara Adzri'aat dan Bashrah, tempat terendah wilayah Syam. Dan pasukan Persia pimpinan Syahriroz pun mampu mengalahkan tentara Romawi.

Di sela-sela waktu istirahat dan merayakan kemenangan, Farkhon saudara Syahriroz yang juga ikut serta dalam perang di bawah bendera Persia, mengatakan kepada teman-temannya: "Sungguh aku bermimpi seakan diriku sedang duduk di kursi singgasana Kisra".Ucapan Farkhon ini ternyata sampai dan membuat Kisra (nama aslinya adalah Sabur) marah sehingga segera menulis surat kepada Syahriroz: "Jika suratku ini telah engkau terima segera bawalah kepadaku kepala Farkhon!" surat inipun segera dibalas oleh Syahriroz: "Wahai paduka, Farkhon seorang yang tangguh dan memiliki keberanian untuk bersuara di hadapan musuh, maka jangan dilakukan!". Kembali Sabur, penguasa yang terkenal gemar berkhianat ini menulis: "Banyak pahlawan-pahlawan Persia yang bisa menggantikan kedudukan Farkhon. Karenanya segera bawalah kepalanya kepadaku!". Perasaan sebagai saudara sepertinya lebih kuat dalam hati Syahriroz daripada ketundukannya kepada Sabur hingga iapun langsung datang kepada Sabur guna melakukan protes.

Rupanya protes ini tidak mendapat tanggapan memuaskan. Bahkan Sabur marah dan memutuskan lewat surat yang ditujukan kepada seluruh anggota pasukan yang isinya: "Sesungguhnya aku memutuskan memecat Syahriroz dan jabatannya akan digantikan oleh Farkhon".Keputusan inipun diterima dengan lapang dada oleh Syahriroz. Akan tetapi masalah tidak berhenti sebab selain menulis surat keputusan tersebut. Kisra Persia, Sabur juga sempat menyerahkan selembar surat kepada seseorang dengan pesan: "Setelah pergantian nanti dan kamu menyaksikan Syahriroz sudah tunduk kepada saudaranya maka serahkan ini kepada saudaranya!"

Waktu berjalan, Syahriroz pun turun jabatan dan beraktivitas di bawah pimpinan Farkhon. Orang tersebut kemudian menyerahkan surat Sabur kepada Farkhon. Membaca surat ini, Farkhon segera memberi perintah: "Datangkan Syahriroz ke sini dan segera penggal kepalanya!". Syahriroz pun telah berada di hadapan Farkhon. Akan tetapi sebelum pancung dilaksanakan, Syahriroz meminta waktu untuk memberikan penjelasan duduk perkara yang sebenarnya. Upaya Syahriroz berhasil menyadarkan saudaranya. Dan mereka pun memutuskan untuk membalas Kisra, penguasa yang telah mereka bela tetapi justru pengkhianatan yang mereka terima.

Selanjutnya Syahriroz mengirim surat kepada Heraclius, Kaisar Romawi yang isinya: "Ada hal penting yang ingin aku sampaikan kepada anda dan tidak mungkin diberitahukan melalui utusan ataupun surat. Karena itulah silahkan menemuiku dengan hanya membawa 50 pengawalmu. Akupun juga demikian, hanya membawa 50 anggota pasukan Persia".Penguasa yang kalah dan panglima perang yang terluka itupun bertemu di suatu tempat rahasia. Bahkan demi menjaga kerahasiaan, kedua belah pihak pun sepakat untuk membunuh penerjemah di antara mereka.

Dalam pertemuan tersebut, Syahriroz mengatakan: "Sungguh orang yang paling bertanggung jawab dan memiliki andil besar dalam menghancurkan dan mengambil alih daerah kekuasaan anda adalah aku dan Farkhon saudaraku" Selanjutnya Syahriroz menceritakan semua kronologis peristiwa yang melatar belakangi pertemuan rahasia ini sekaligus menyatakan akan membelot dan bertempur membela Romawi. Hal ini tentu saja disambut dengan sukacita oleh Heraclius. Dan ternyata benar, malapetaka benar-benar menimpa Persia. Di luar perkiraan mereka dan dengan bantuan Syahriroz dan Farkhon, kemenangan demi kemenangan diraih oleh tentara Romawi.

Laut Mati dan Budaya Sodomi

Salah satu adzab Allah paling dahsyat yang dikisahkan dalam Al-Quran adalah tentang pemusnahan kaum Nabi Luth. Mereka diadzab Allah karena melakukan praktek homoseksual. Menurut kitab Perjanjian Lama, kaum Nabi Luth ini tinggal di sebuah kota bernama Sodom. Sehingga karena itu praktek homoseksual saat ini kerap disebut juga sodomi.

Penelitian arkeologis mendapatkan keterangan, kota Sodom semula berada di tepi Laut Mati (Danau Luth) yang terbentang memanjang di antara perbatasan Israel-Yordania. Dengan sebuah gempa vulkanis yang diikuti letusan lava, kota tersebut Allah runtuhkan, lalu jungkir-balik masuk ke dalam Laut Mati.

Layaknya orang jungkir-balik atau terguling, kerap bagian kepala jatuh duluan, lalu diikuti badan dan kaki. Begitu pula kota Sodom, saat runtuh dan terjungkal, bagian atas kota itu duluan yang terjun ke dalam laut, sebagaimana Allah kisahkan dalam Al-Quran: "Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi." (Surat Huud ayat 82).

Hasil penelitian ilmiah kontemporer menjelaskan, bencana itu dapat terjadi karena daerah Lembah Siddim, yang di dalamnya terdapat kota Sodom dan Gomorah, merupakan daerah patahan atau titik bertemunya dua lempengan kerak bumi yang bergerak berlawanan arah. Patahan itu berawal dari tepi Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Laut Mati dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, hingga berakhir di Afrika. Biasanya, bila dua lempengan kerak bumi ini bergeser di daerah patahan maka akan menimbulkan gempa bumi dahsyat yang diikuti dengan tsunami (gelombang laut yang sangat besar) yang menyapu kawasan pesisir pantai. Juga biasa diikuti dengan letusan lava atau lahar panas dari perut bumi.

Hal seperti itu pula yang terjadi pada kota Sodom, sebagaimana diungkap peneliti Jerman, Werner Keller, “Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewatai daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman (Laut Mati). Kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan petir, keluarnya gas alam serta lautan api. Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik (berupa gempa) yang telah lama tertidur sepanjang patahan.”

Dengan keterangan ilmiah tersebut dapat direkonstruksi kembali bagaimana adzab Allah itu menimpa ummat Nabi Luth yang ingkar kepada-Nya. Bencana itu didahului dengan sebuah gempa yang menyebabkan tanah menjadi merekah. Dari rekahan itu muncul semburan lahar panas yang menghujani penduduk kota Sodom. Di bawah pesisir Laut Mati juga terdapat sejumlah besar timbunan kantung-kantung gas metana mudah terbakar. Kemungkinan besar, letusan lava serta semburan gas metana itulah yang Allah maksudkan dalam Al-Quran dengan hujan batu dari tanah yang terbakar. Bencana itu diakhiri dengan terjunnya kota Sodom bersama penduduknya ke dalam Laut Mati.

Serangkaian percobaan ilmiah di Universitas Cambridge membenarkan teori ini. Para ilmuwan membangun tiruan tempat berdiamnya kaum Luth di laboratorium, lalu mengguncangnya dengan gempa buatan. Sesuai perkiraan, dataran ini terbenam dan miniatur rumah tergelincir masuk lalu terbenam di dalamnya. Penemuan arkeologis dan percobaan ilmiah ini mengungkap satu kenyataan penting, bahwa kaum Luth yang disebutkan Al-Quran memang pernah hidup di masa lalu, kemudian mereka punah diazab Allah akibat kebejatan moral mereka. Semua bukti terjadinya bencana itu kini telah terungkap dan sesuai benar dengan pemaparan Al Qur’an.


Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment