Al Mukhtar Min Kalamil Akhyar | Sifat Para Wali Allah

Al Mukhtar Min Kalamil Akhyar | Sifat Para Wali Allah


Dari Sahabat At Tho' bin Wahhab : Nabi Musa pernah bertanya pada Alloh tetang siapa yang berada di bawah naungan Arsy Alloh ?. Alloh menjawab : "Orang-orang yang tidak pernah mengganggu dengan tangan-tangan mereka, suci-bersih hati mereka, saling mencintai atas nama keagunganku, manakala nama-Ku disebut maka nama-nama mereka disebut pula. Mereka menyempurnakan wudhu di saat-saat yang dibenci. Selalu mereka bertaubat dan menghadap untuk aku seperti kembalinya burung alap-alap  menuju sangkarnya, mereka sangat mencintai sebab mencintai seperti cinta orang banyak pada bayi dan anak kecil, mereka marah karena kehormatanku dilanggar seperti macan tutul ketika menyerang mangsanya."

Nurul Haromain
Dalam riwayat lain : Alloh berkata pada Nabi Musa dan Harun “Janganlah kalian terpesona pada Fir'aun serta jangan terlalu memanjangkan pandangan kalian pada kegermelapan dunia, jika kami berkehendak menghiyasi kalian sudah pasti fir'aun akan merasa lemah melihat kalian tetapi Aku (lebih) mencintai kalian jauh dari pada itu. Aku memalingkan itu (dunia) dari kalian. Seperti itulah Aku berbuat pada para wali-Ku yang Aku simpan itu. Sesungguhnya Aku menjauhkan mereka dari kesenangan dunia dari mereka sebagaimana seorang penggembala yang penyayang yang menjauhkan kerusakan dan kematian dari kandang mereka dari unta-unta yang penuh penyakit. Bukan karena kerendahan mereka tetapi agar bagian mereka terpenuhi, tidak terpenuhi hawa mereka dari dunia. Ketika hamba-hamba-Ku tidak berhias dari dunia maka ketenangan dan kekhusu'an (jauh lebih berhaga dari pada itu semua)."

Rosululloh berkata pada Anak Adam : "Harta kalian itu apa sih ?. Bukankan harta kalian tidak lebih dari kotoran yang kalian keluarkan, pakaian yang nantinya akan lapuk dan apa yang kalian sedekahkan, maka inilah yang kamu langgengkan hingga akhir zaman."

Waktu itu ibarat emas. Waktu yang telah lampau tidak akan bisa kembali sedangkan emas yang terlepas masih mungkin dicari lagi besok. Hidup ibarat perjalanan jarum kompas atau menit dan detik, tiba-tiba mati. Tahu-tahu sudah tua. Kita hanya melintasi kelahiran menuju kematian. Ia baru berharga bila dilalui dengan ibadah yang bernilai pahala. Dzikir itulah yang lebih berharga dari harta yang dimiliki Qorun dan Fir'aun. Memang senang dan susah silih berganti, tetapi dengan dzikir bersama Alloh, ketenangan akan bersemayam padanya. Tanda-tanda pengabdian itu terlihat  pada “bathuk” karena banyaknya sujud dan bertasbih.

Barang siapa mengganggu dan menakut-nakuti mereka, berati mereka menantang aku (satu-satu). Adapun Aku adalah cepat-cepatnya penolong pada wali-Ku. Apa mereka yang mau melawan-Ku bisa berdiri untuk menyerangku ?. Apa mereka kira bisa mengalahkan-Ku, dan Aku adalah orang yang menuntut mereka di dunia dan Akhirat. Aku tidak menyarahkan pertolongan kecuali pada-Ku sendiri.
Mereka adalah wali-wali  yang sesungguhnya. Kebersamaan mereka pada Alloh membuat mereka selalu sambung pada-Nya.

Harus kita akui bahwa Fatihah yang kita baca berulang-ulang dalam sholat sejak kecil hanya sekedar membaca dengan lisan, tetapi dzikir tetaplah sesuatu yang besar . Permohonan kita “Ihdinass shirootol mustaqim ”, keberkahan bacaan ini insyaalloh kita bisa nguwot “Shirotol Mustaqim” sehingga selamat  dari neraka jahannam.aminnn...


Dari Wahab : hawariyun bertanya pada Nabi Isa, “siapa wali-wali sesungguhnya ?”. Tidak ada ketakutan pada apa yang akan datang (terjadi dihadapannya) , tidak pernah susah pada apa yang terlepas dari mereka. Mereka melihat pada batinnya dunia saat orang-orang melihat dhohirnya . Mereka adalah orang yang memandang dunia untuk waktu sekarang di saat orang-orang melihat  besok. Mereka membuat mati dunia di saat orang-orang mengejarnya. Mereka meninggalkan apa yang akan mereka tinggalkan. Mereka hanya mengambil sedikit  yang tidak berharga. Mereka susah ketika mendapat dunia (sebab takut tidak bisa menunaikannya dengan benar).

Maka apa yang datang pada mereka (Auliya) dari orang-orang yang memiliki dunia, mereka tolak itu. Atau dari ketinggian dunia di luar kebenaran, maka mereka meletakkannya .  Bagi mereka, dunia itu lapuk maka tidak ingin mereka memperbaikinya. Dalam dunia yang rusak itu mereka tidak berkenan menghidupkannya. Mereka merusak dunia dengan tujuan membangun akhirat . Mereka jual dunia untuk membeli apa yang kekal bagi mereka yang mendatangka laba bagi mereka. Mereka hidup dengan mengingat kematian. Di sisi mereka ada khobar yang agung. Dengan Al Kitab mereka menegakkan. Itulah contoh orang yang mengamalkan Al Kitab.

Setelah Nabi Nuh selalu ada 14 wali yang karena keberkahan mereka, ditolak adzab dari Alloh.
Ibnu 'Athiyah berkata : "Ketika disebur orang-orang sholeh maka turunlah rahmat"

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment