Meninggalkan Hal-hal
yang tidak bermanfaat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
“Diantara tanda baik keislaman seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”
Ma'na Hadits
Islam mengajarkan pemeluknya untuk memenuhi kebutuhan hidup sekedarnya saja.
- Maksudnya ia memenuhi kebutuhannya dengan kriteria : apa yang berhubungan dangan dengan hal “dharuratul hayyah” (bila tidak dipenuhi maka terancam kehidupannya) dalam kehidupanya
- Keselamatannya dalam hal agama.
Sebagai contoh, HP bisa dikategorikan kebutuhan hidup (walau tidak skunder) tetapi manakala alat ini menghabiskan waktunya untuk hal sia-sia maka itu termasuk “tabdzir” yang sangat mungkin masuk pada kategori “innalloha la yuhibbul mu'tadin”(Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas).
Dari segi mana kita dikatakan tidak melampaui batas ?
1. Ucapan Amalan Lisan
Dimulai dari ucapan kita dan dalam perbuatan kita, Ada istilah “ سلامة الإنسان فى حفظ اللسان ” , “keselamatan seseorang tergantung pada penjagaannya pada lisannya”. Dalam sebuah hikmah disebutkan “barang siapa sadar bahwa ucapannya adalah amalnya maka akan sedikit ucapannya kecuali pada hal yang mempunyai manfaat padanya, dan barang siapa bertanya pada hal yang tidak bermanfaat maka ia akan mendapatkan jawaban yang tidak menyenangkannya”.
Dalam urusan bertanya, boleh bertanya tetapi harus yang bermanfaat, bukan sekedar tanya tanpa berfikir isinya (Sak mletheen gusi). Ada juga orang bertanya tetapi untuk sekedar “Mengetes orang”, hindari model ini ini karena diawali dari pertanyaan yang baik, bisa saja orang yang ditanya akan menjawab dengan “Kalam yang baligh” yang isinya komplit.
Dalam AL Qur'an disebutkan dalam surat Qoff 16-17 :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami (Alloh) lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS-Qof : 16-18)
Secara spesifikasi, manusia selalu disertai malaikat yang khusus mencatat ucapannya hingga pada setiap rintihannya. Ketika rintihannya adalah karena sekedar rasa sakit, maka tidak apa tetapi bila rintihannya karena mengeluh, maka ada balasan tersendiri padanya. Bisa jadi rintihan itu bernilai tidak ridho pada Qodho' dan Qodar dari Alloh, padahal kita dituntut untuk menerima takdir dari Alloh dengan Ikhlas. Pernahkan kita berfikir, apakah hari-hari yang terlewati merupakan “Khoirul 'amal” atau malah “suu'ul 'Amal”. Sangat bijak bila kita selalu membaca doa
يا `الم سر منا لا تكسف ستر عنا ... وكن لنا حيث كنا
Dalam kajian kemarin disebutkan, kita berada di jaman yang mana keselamatan seseorang tergantung apakah ia bisa mengamalkan sepersepuluh dari agamanya atau tidak. Fitnah agama sudah masuk di setiap rumah, seperti HP yang tidak pernah pisah dari kita hingga tidurpun dikeloni. Padahal di dalamnya ada baik dan buruk. Mereka semua terkena “Lukmah” (Tapukan Fitnah). Sangat menggembirakan berita ini, walau hanya sepersepuluh tetapi bisa menyelamatkan kita. Kecuali bisa ia terpisah dari lingkungan, tanpa HP, Tanpa Suratkabar, tanpa TV dan makan dengan hasil tanaman sendiri, apa bisa ?.
Sangat beruntung manakala amal kita bernilai ibadah di sisi Alloh. Walau sedikit ucapan baik tetapi bernilai besar disisi Alloh. Contoh : Dua kalimat yang ringan tetapi mudah diucapkan “Subhanalloh wabihamdihi, subhaanallohil 'adhim”, walau hanya sekedar ucapan, kalimat ini sudah bernilai ibadah. Terlepas dari pengamalan kita dalam keseharian untuk selalu memuji dan bersyukur pada Alloh dalam semua kondisi. Dengan ucapan ini, masuklah kita pada kaidah “dengan mengulang maka munculah pencerahan yang ujungkan akan memunculkan ketetapan”.
Kita semua selayaknya berproses diri menuju level “bersyukur dalam semua kondisi”. Dimuali dari jika ada musibah yang dibacakan “innalillah” ataupun dengan shodaqoh walaupun dengan sebiji kurma dengan rutin. Dengan ini maka akan membawa kita pada golongan orang yang loman. Walau awalnya pada level “Jud”, ...... “Itsar” (memberikan semua yang dimiliki tanpa menyisakan ).
Sholat Dhuha
Bagaimana bila tidak memiliki harta sama sekali ?, Dalam “حديث السُلامى” disebutkan , kita harus bershodaqoh sebagai wujud syukur. Ketika tidak ada harta maka bisa dengan “ucapan yang baik”. Bisa juga bila kita bisa menunaikan “Sholat Dhuha” sebagai wujud syukur, insyaalloh ini sudah bernilai shodaqoh. Kenapa dengan sholat ?. Karena sholat merupakan ibadah yang dilakukan oleh setiap anggota tubuh, maka ini sudah termasuk wujud kesyukurannya. Ketika seseorang sudah mensyukuri nikmat Alloh berati ia masuk pada “lain syakartum la azidannakum”, yang mana rumusnya : syukur = ditambah nikmatnya = lancar rizkinya. Jadi luruskan niat Sholat Dhuha dengan niat bersyukur pada ni'mat Alloh sehingga ditambah kenikmatan kita.amin
Dzikir
Walaupun dzikir merupakan amalan lisan, tetapi disebutkan bahwa : “ ولذكر الله أكبر ” yang mempunya dua keistimewaan :
1. “ذكر العبد ربه أكبر”, hati secara dhohir adalah jantung atau hati, secara maknawi hati bermakna Hati = Ingat pada Alloh yang mana ia memiliki hijab (Muslim : hubbud dun ya lid dun ya, mencintai dunia untuk kehidupan dunia. Seorang pencari batu bila ia “bloko” bekerja untuk mengejar dunia maka disebut “hubbudun ya”, sedangkan bila ia mencari batu untuk berjuang hidup demi keluarga dan beribadah maka ia mendapatkan pahala Jihad. Bahkan ada dosa yang tidak bisa dihapus dengan amalan-amalan atau dzikir tetapi bisa dihapus dengan kesabaran dalam mencari nafkah pada keluarga. sedangkan kafir : itsarud dun ya 'alal akhirot, memilih kehidupan dunia daripada akhirot).
2. Tidak mungkin bagi seorang untuk memahami makna dzikir sebenarnya, maka bila berzikir tidak perlu di-logika-kan. “Ora tutuk pikiran kita”.
Kalimat Yang Mengantarkan Ke Neraka
Selain kalimat yang menyenangkan Allah, walau satu kalimat bisa menyelamatkannya. Tetapi ada juga ucapan yang berbahaya. “Ada seorang laki-laki atau perumpuan yang mengucapkan kalimat yang menurutnya tidak apa , tetapi kalimat itu malah memasukkannya ke neraka paling dalam”.
Contoh : “Anda modern dengan Bir Bintang”.
Kalimat ini memiliki arti kita berani terang-terangan dalam maksiat. Islam mengajarkan untuk “bloko”, apa adanya. Ada hal buruk dikatakan buruk tanpa memolesnya. Seorang yang berzina disebut “lonthe”, sekarang dipoles dengan “PSK (Pekerja Sek Komersial)”.
“Bunga Bank”, bukankah Alloh sangat memerangi “Riba”, tetapi malah dipoles dengan kata “Bunga” padahal isinya adalah “Riba”.
“Artis” yang menyayikan lagu-lagu maksiat, berarti ia mengumandangkan kemaksiatan ?. Urusan “sebutan” yang buruk sudah pasti mendapat balasan tertentu. Tetapi mereka disebut “bintang-bintang”. Bukankan semua ucapan manusia tercatat dengan rapi ? .
2. Berlebihan atau berfoya-foya
Sesuatu yang karena kepentingan nafsu, maka tidak ada habisnya. Seorang yang membuat rumah bila mengumbar keinginannya bisa jadi isrof (berlebihan). Batas yang diperbolehkan untuk mendirikan rumah adalah cukup pada batas “تجميل” , ssunggungguhnya Alloh itu bagus atau indah (Jamil) dan suka pada yang indah, bukan berlebihan.
Bersih
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
"Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih."
Penduduk Quba' selalu berusaha “Bersih”. Awalnya masjid berada di kediaman Kulsum bin Hadm, kemudian dibuatlah masjid Quba'. Mereka didalamnya “rijal yang selalu berbuat bersih”.
3. Suka Kedudukan
Jangan menganggap kedudukan itu tidak dimintai pertanggung jawaban. Islam mengajarkan : kalau diminta menjadi pemimpin, terima amanah itu bukan mencarinya.
4. Suka Pujian
Dengan pujian, bisa saja seseorang merasa lebih dari orang lain. Bolehlah sesekali diperliharkan titel sarjana, tetapi bila inginya selalu dinampakkan maka bisa saja ada penyakit di hatinya. Bukankah dalam sholat digambarkan : kepala dibawah sedangkan pantat di atas yang menggabarkan logika atau pangkat seseorang harus ditaruh di bawah ?.
5. Aman Dari Gangguan
Sifat hilim bisa dimulai dengan : “Bila saya melihat perkara yang tidak suka, (karena itu mengganggu orang lain), maka aku tidak mau meniru sifat itu”. Lukman Al Hakim : Berkata jujur (tidak dusta), menunaikan amanah, meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagiku.
6. Menikah Sekedarnya
Ada 3 macam pernikahan.
- Pernikahan sekedar menikah asal pasangannya beragama (Sholeh atau sholehah).Imam Syafi'i memilih istri seorang budak bernama Balagh dengan alasan tidak punya waktu untuk
- Pernikahan format umum : ia menimbangkan 4 kriteria : Agama, harta, cantik atau nasab
- Pernikahan salah pilih :
- Bertemu di FB langsung jadi tanpa melihat latar belakangnya.
- Alloh memformat ingin diangkanya seseorang dengan ujian dari pasanganya
Pesenku : “jangan sampai ketemu irung langsung dadi tanpo istiqoroh barang”.
===
“termasuk dari tanda-tanda Alloh berpaling darinya adalah ia disibukkan dengan hal yang tidak bermanfaat baginya” (Imam Hasan Al Basyri).
Jangan sampai semua amalan kita tidak bernilai Ibadah. Dalam hadits disebutkan : “cukuplah maut sebagai pengingat, cukuplah ibadah sebagai kesibukan dan cukuplah keyakinan sebagai kekayaan ”.
Tidak apa cinta bermain bola dengan niat “agar nafas panjang dan bisa menghadapi musuh Islam bila sewaktu-waktu terjadi peperangan”.
Jangan jadi orang yang ikut-ikutan. Apa bermanfaatkah ? :
- Menyulut Api Pon dari daerah tertentu yang jauh jaraknya. Padahal cukup dengan korek api yang bisa ditemukan di pasar-pasar.
- Api Unggun di sorak-soraki padahal setiap hari kita meminta perlindungan dari Api.
- Nikahan dengan beragam “thetek-mbenek'e” menjadikan prosesinya lama. Padahal di Islam mencontohkan : Akad, Makan-makan trus buyar
Blogger Comment
Facebook Comment