Batu Berlari Membawa Baju

Batu Berlari Membawa Baju


Dari Abu Hurairah ra. Nabi Muhammad Saw bersabda: Bani Israel memiliki tradisi mandi bersama-sama dalam keadaan telanjang sehingga sebagian mereka bisa melihat (aurat) sebagian yang lain. Sementara Nabi Musa as yang merupakan seorang lelaki pemalu tentu merasa risih sehingga ia mandi sendirian agar kulit, a“Demi Allah, Musa tidak mandi bersama-sama kita kecuali karena ia mengidap penyakit hernia (turun berok atau kondor)”
Nurul Haromainpalagi auratnya, tidak dilihat oleh siapapun. Hal demikian membuat orang-orang Bani Israel melecehkan dengan kata-kata:

(Isu ini menyebar di kalangan Bani Israel sehingga Allah azza wajalla berkehendak membersihkan nama kekasihNya itu)

Suatu ketika Nabi Musa mandi melepas baju dan lalu meletakkannya di atas sebuah batu. Tiba-tiba saja batu itu berlari membawa bajunya. Nabi Musa (secara spontan) mengejar sambil mengatakan: “Bajuku, hai batu. Bajuku, hai batu” (hingga tanpa sadar, pengejaran itu) membawa Musa bertemu dengan sekelompok Bani Israel sehingga mereka bisa melihat sepenuhnya tubuh Musa yang begitu elok. Mereka pun berkata: “Demi Allah, Musa sama sekali tidak mengalami masalah” 

Baca Juga : Sedekah Rahasia

Abu Hurairah ra berkata: Musa pun mengambil baju dan memukul batu itu dengan tongkatnya enam atau tujuh kali sehingga memberikan bekas.

HR Bukhari no: 278/3404

Kesimpulan:

  1. Menutup aurat adalah sebuah kewajiban
  2. Melihat aurat orang lain diharamkan kecuali karena darurat untuk pengobatan, atau persaksian.
  3. Rasa malu harus dijaga dan dikembangkan karena merupakan salah satu modal segala kebaikan.
  4. Para nabi adalah manusia istimewa dalam budi maupun bodi dan jauh melebihi manusia biasa.
  5. Allah dzat Maha Menghidupkan dan Mematikan. Termasuk menghidupkan batu yang kita sebut sebagai benda mati tetapi atas kehendakNya bisa berlari cepat.
  6. Meski cerdas, bani Israel adalah bangsa yang suka membuat fitnah.
  7. Para nabi dan pewarisnya harus rela dan bersabar dilecehkan dan dicaci maki oleh umat yang menjadi obyek dakwah mereka.
  8. Para nabi memiliki sifat ja’iz yaitu sifat-sifat yang ada pada manusia biasa seperti suatu saat marah dan membalas perlakuan buruk orang lain terhadap diri mereka.


Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment