Perjodohan, Poligami dan
Jalan-Jalan Kemudahan dari Allah
Allah azza wajalla berfirman:
ثُمَّ السَّبِيْلَ يَسَّرَهُ...
“Kemudian Dia memudahkan jalannya”
Analisa Ayat

Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas ra ini maka ayat di atas bisa diambil berkah dengan dibaca sebanyak-banyaknya ketika seorang ibu hamil sedang dalam proses melahirkan. In sya Allah proses kelahiran akan berjalan lancar karena mendapatkan kemudahan dari Allah subhaanahu wata’alaa.
Tafsiran ini selaras dengan kenyataan yang telah dimaklumi bahwa proses kejadian manusia adalah dari sperma yang membuahi ovum, kemudian menjadi segumpal darah yang melekat pada dinding rahim, kemudian menjadi segumpal daging dan akhirnya berwujud jabang bayi hingga akhirnya terlahir ke dunia. Artinya dalam ayat ini Allah azza wajalla menegaskan bahwa kelahiran bayi ke dunia adalah sebuah keajaiban. Ada proses yang sulit untuk bisa dinalar oleh fikiran manusia. Bayi sebesar itu bisa keluar melalui mulut rahim yang sesempit itu. Tentu ada perjuangan dari sang ibu yang melahirkan di samping pasti karena dimudahkan oleh Allah azza wajalla. Oleh karena itulah meski berat, sakit dan penuh resiko, tidak ada wanita yang bosan melahirkan. Ibaratnya kalau orang jawa bilang, kapok Lombok. Meski merasakan pedas tetapi tetap terus ingin menikmati lagi.
Sementara Imam Mujahid menjelaskan bahwa ayat ini seperti firman Allah azza wajalla:
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُوْرًا
“Sesungguhnya Kami telah menunjukkannya jalan (yang lurus); ada yang bersyukur dan ada yang sangat mengingkari”
Di antara makna yang bisa dipetik dari penjelasan ini adalah bahwa seorang hamba tidak akan pernah mencapai suatu amalan atau tujuan apapun yang diinginkan selama Allah azza wajalla tidak berkehendak memberikan kemudahan kepadanya. Segala upaya semaksimal apapun akan sia-sia. Sebaliknya jika Allah azza wajalla sudah memberikan jalan kemudahan maka amalan atau tujuan itu begitu mudah terlaksana dan dalam waktu yang begitu singkat. Semua proses berjalan dengan begitu cepat.
Jodoh misalnya, terkadang seseorang sudah merencanakan untuk melaksanakan pernikahan dengan begitu detil dan segala usaha telah dilakukan, akan tetapi ketika Allah tidak berkehendak memberikan kemudahan maka rencana dan usaha itu gagal total. Sebaliknya ketika Allah sudah memberikan kemudahan maka proses perjodohan berjalan dengan begitu cepat dan tidak terduga. Inilah hak istimewa Allah yang berupa tadbiir (mengatur segala urusan) sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ...
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi…”
Oleh karena perjodohan adalah hak istimewa Allah, maka sama sekali tidak ada hak bagi siapapun untuk berkomentar menanggapi perjodohan yang menurut fikirannya tidak selaras dan tidak semestinya dilakukan. Misalnya ia mengatakan “Wong ganteng (cantik) kok dapat jelek” ketika melihat ada lelaki yang buruk rupa mempersunting wanita yang begitu cantik rupawan atau sebaliknya. Komentar seperti ini secara langsung berarti memprotes hal yang telah diatur dan dimudahkan oleh Allah azza wajalla yang berarti harus benar-benar dihindari karena bisa berakibat fatal mengakibatkan kemarahan Allah, na’udzu billah, dan termasuk komentar yang dalam bahasa jawa disebut lambe luwe (mulut lebih).
Allah azza wajalla adalah Dzat yang memudahkan segala keinginan dan tujuan. Apapun keinginan tidak akan tercapai jika tidak dimudahkan olehNya. Termasuk poligami yang menjadi keinginan mayoritas lelaki. Hampir tidak ada lelaki normal jika ditanya apakah ingin menikah lagi kecuali jawabannya pasti ia, meski poligami bukan tanpa resiko. Selain kesenangan, dalam poligami ada beban dan resiko yang harus ditanggung oleh suami seperti beban nafkah yang bertambah, harus membagi waktu secara adil, dsb. Dan kelak di akhirat juga dimintai pertanggung jawaban sehingga disebutkan dalam satu riwayat kelak di akhirat ada seorang lelaki yang berjalan dengan tubuh miring ke satu sisi (sengkleh: jawa) yaitu lelaki yang tidak berbuat adil kepada isteri-isterinya. Jadi poligami secara akal adalah sesuatu yang berat dan sulit yang apabila tidak dimudahkan oleh Allah juga tidak akan terjadi dan berjalan terus sehingga para isteri tidak perlu khawatir suaminya menikah lagi.
Sebaliknya jika poligami itu terjadi maka meski tidak mudah, ia harus belajar menerima dan tidak merasa ini sebagai musibah. Ini semata-mata adalah kehendak Allah azza wajalla Dzat yang memudahkan segala keinginan dan tujuan. Ketika ia berhasil menerima dan menyadari hal ini maka ia termasuk wanita yang disebutkan oleh Rasulullah Saw dalam sabda beliau:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْغَيْرَةَ عَلَى النِّسَاءِ وَالـْجِهَادَ عَلَى الرِّجَالِ فَمَنْ صَبَرَ مِنْهُنَّ احْتِسَابًا كَانَ لَهَا أَجْرُ شَهِيْدٍ
“Sesungguhnya Allah menuliskan rasa cemburu pada para wanita dan jihad kepada para lelaki. Maka barang siapa dari mereka bersabar semata mencari pahala Allah maka baginya pahala lelaki yang mati syahid”
Abdullah bin Mas’ud ra meriwayatkan bahwa hadits ini bermula ketika seorang wanita dengan pakaian seadanya sehingga auratnya tidak tertutup seluruhnya tiba-tiba datang ke majlis Rasulullah Saw. Seorang lelaki segera bangkit dan merangkulnya untuk menutup auratnya sambil mengatakan: “Wahai Rasulullah, ini isteri saya”.
=والله يتولي الجميع برعايته=
Blogger Comment
Facebook Comment