قال الرسول:
مااصطحب اثنان قط إلا كان أحبهما إلى الله أرفقهما بصاحبه
(الحديث)
Alloh paling cinta pada salah satu dari 2 orang bersahabat, yang lebih dekat pada sahabatnya (mementingkan sahabatnya dari dirinya sendiri) (Hadits)
Cinta merupakan salah satu dari beberapa jenis emosi. Dalam kata lain, cinta adalah salah satu bentuk kegiatan yang melibatkan perasaan atau hati, karena adanya ketertarikan terhadap sebuah objek tertentu. Dalam kamus bahasa arab, cinta berarti الحب , yang berasal dari fi’il (kata kerja) أحب – يحب , yang berarti mencintai, menyukai. Bahkan dalam sebuah situs ensiklopedi pengetahuan umum, wikipedia.com, disebutkan bahwa cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain. Berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Bila kita coba mempelajari dan menalar sejarah para Shahabat dalam membela Alloh, Rosul dan agama yang dicintainya. Kita akan menemukan jiwa-jiwa yang rela mengorbankan semua harta benda, bahkan nyawanya hanya demi berkibarnya bendera agama Alloh dan tegaknya syari’at Islam. Saling menuangkan kasih sayang antar sesama, memberikan perhatian dan pengertian serta mendahulukan orang lain daripada diri pribadinya. Selalu menuruti perkataan junjungan yang jadi panutannya, Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, ikhlas tanpa pamrih. Patuh terhadap segala perintahnya dan mau serta berkeinginan keras untuk melakukan apapun demi beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Gambaran bentuk iman yang sempurna, iman yang tak diragukan lagi kehebatannya. Subhanalloh...
Saudara-saudaraku, menilik kembali hadits sebelumnya, di sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa Rosululloh hendak menjelaskan kepada kita, bahwa persahabatan 2 orang dalam hadits tersebut adalah implementasi cinta karena Alloh (المحبة في الله). Cinta yang didasari ketulusan dan keikhlasan. Hingga menyebabkan Alloh juga mencintai mereka. Bukan cinta yang hanya menuruti hawa nafsu belaka, sebagaimana yang banyak terjadi di kalangan orang-orang barat dan ironisnya meracuni pikiran para remaja kita saat ini.
Bukanlah dinamakan cinta, saat yang terjadi adalah bentuk pendekatan pada zina. Pegangan tangan, ciuman, pelukan yang tentunya dengan seseorang yang bukan muhrim. Bahkan Na’udzubillah sampai ke arah zina. Sebagaimana yang dipopulerkan para remaja kita dengan dalih bentuk pembuktian cinta sang pasangan (pacar, red.). Astaghfirulloh... Semua itu hanyalah penghinaan, pelecehan, bahkan penodaan kemurnian cinta, bahkan bisa dikatakan fitnah atas nama cinta. Mungkin kita bisa mengambil pelajaran makna cinta sebenarnya dari sikap para shahabat Anshor saat dipersaudarakan Rosululloh dengan para shahabat Muhajirin. Dengan rela hati, mereka membagi segala hak milik menjadi 2. Setengah untuk diri dan keluarganya, serta setengahnya lagi murni untuk saudaranya. Dan yang lebih mencengangkan lagi saudara-saudaraku, mereka rela mentalak salah satu dari 2 istrinya untuk kemudian dinikahi saudaranya seiman dan seagama. Subhanalloh... inilah bentuk kesepurnaan iman yang sesungguhnya, implementasi sabda Rosululloh dalam haditsnya,
قال الرسول:
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه (الحديث)
Tidak dikatakan sempurna iman seseorag hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (Hadits)
Nah saudara-saudaraku, dari sini selayaknya kita bisa mengambil satu garis manfaat tentang cinta yang bisa kita jadikan pelajaran dalam hidup ini. Bentuk implementasi cinta yang lain, mungkin bisa kita petik dari kisah 3 orang shahabat Mujahidin Uhud. Tiga orang shahabat yang sekarat dan sama-sama mengalami dahaga yang teramat sangat. Saat kemudian didatangkan air kepada orang pertama di antara mereka ia berkata, “Berikan pada saudaraku (orang kedua) yang di sana, kelihatannya ia lebih membutuhkan”. Dan saat air tersebut didatangkan pada orang kedua, ia berkata, “jangan padaku, berikan terlebih dahulu pada saudaraku (orang ketiga) yang di sana, kelihatannya ia lebih membutuhkan”. Akhirnya air tersebut diberikan pada orang ketiga, dan seperti yang terjadi pada shahabat-shahabat sebelumnya, ia menolak dan berkata, “aku tidak berhak atas air ini sebelum kau berikan pada saudaraku (orang pertama) di sana, ia jauh lebih membutuhkan”. Dan saat air tersebut kembali pada orang pertama, didapati ia telah gugur sebagai syuhada’. Dan begitu halnya saat kembali pada orang kedua dan ketiga, mereka juga telah gugur sebagai syuhada’ menyusul saudaranya yang pertama. Subhanalloh...
Betapa indahnya bentuk pengorbanan yang diaplikasikan para shahabat dalam kehidupan mereka. Sangat pantaslah jika kemudian Alloh memberi gelar kepada mereka dalam firmanNya,
كنتم خير أمة أخرجت للناس... الخ
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة
Bentuk cinta Rosululloh pada kita amat sangat banyak, seluruh hidup beliau korbankan hanya demi kita, umat beliau. Penulis akan paparkan salah satu pengorbanan yang beliau berikan di akhir hayat. Saat pedihnya sakaratul maut mulai beliau rasakan, beliau bersabda, “ya Alloh... dahsyat nian siksa maut ini, timpakan saja padaku siksa ini ya Alloh... jangan pada umatku”.
Allohumma Sholli ‘Ala Muhammad...!
Jadi saudara-saudaraku yang luar biasa, tak ada lagi alasan bagi kita sebagai seorang muslim, untuk tidak mencintai saudara-saudara kita karena Alloh. Peduli, perhatian, pengertian, dan berkorban dengan segala apapun yang kita miliki demi saudara-saudara muslim yang kita cintai. Mari bersama-sama kita ikrarkan sebaris kalimat dalam hati kita saat memandang saudara-saudara kita, “Aku mencintaimu karena Alloh”.
Wallohu A’lam bish-showab
Blogger Comment
Facebook Comment