Berdakwah dengan lapang dada


Oleh: Abi Ihya Ulumuddin.
Majalah Al Haromain Edisi 69, Jumadis tsani 1433H/ Mei 2012M

ALLAH Subhanahu Wata A’la Berfirkan Dalam surat  AL Insyiroh Aayat 1

الم نشرح لك صدرك  

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?”

Makna Ayat:
RasulullahSholallahu alaihi wasalam seperti diketahui daan diyakini adalah makhluk termulia dan penghulu para Nabi. Di dalam Al Quran ada banyak sekali ayat yang secara tersirat maupun tersurat menyatakan realitas ini. Seorang alim ahli tafsir ahli hadits  ahli ushul  fiqih Syeh Abdullah bin Shidiq Alghimari Alhasani dalam bukunya Dilalatul Quran Al- Adzim alaa annan nabiyya afdholul aalamin menyebutkan 65 surat dalam Alquran terkait masalah ini, termasuk di antaranya surat Al-Insyroh. Bentuk dari keutamaan disini adalah firman Allah Bahwa Dia telah melapangkan dada Rasulullah Sholallahu alaihi wasalam. Ini berbeda dengan kondisi Nabi Musa alaihissalam yang memperoleh kelapangan dada dari-Nya karena permintaan terlebih dahulu “Wahai Tuhan ku lapangkanlah untuk ku dadaku” (Qs. Thoha :25). Dalam konsep kewalian, ada namanya wali murodh dan wali murid. Wali murid adalah seorang wali yang memperoleh derajat kewalian dengan cara melakukan perjuangan yang sangat luar biasa (Mujahadah). Berbeda dengan Wali murod yang memang telah dikehendaaki oleh Allah sejak awal kelahiranya sebagai wali Allah.

Mengapa Rasulullah Sholallahu alaihi wasalamharus dilapangkan dadanya oleh Allah? Mengapa Nabi Musa Alaihissalam memohon kelapangan dada kepada Allah? Tentu hal ini sangat terkait dengan keberadaan lapang dada itu sendiriyang menjadi dasar ari sekian banyak sifat-sifat dan sikap-sikap yng harus dimiliki oleh seorang juru dakwah yang pasti begitu sulit, penuh resiko dan tantangan. Lapang dada membuat juru dakwah eksis bersikap dan bertahan dalam aktifitas sakwah, meski sedikit ada orang yang memberikan bantuan. Ya, dakwah adalah sebuah keutaamaan yamg sangat besar dan seperti disebutkan dalam kata hikmah;
اذا عظم المطالب قل المساعد

“Ketika sasaran-sasaran itu besar, maka sedikitlah orang yang mau membantu”

Sedikit orang yang mau mendukung dan memberikan bantuan, artinya seorang juru dakwah ketika sudah mewakafkan dirinya untuk berdakwah maka harus rela mendapati diriya terasing. Ia akan mendapati bahwa mayoritas orang yang berada di sekitarnya adalah abnad dunya (anak-anak dunya), hanya sibuk memikirkan urusan-urusan dunia, yang akhirnya mayoritas orang mungkun sekali lebih banya memiliki aset dan harta benda terlebih dahulu dari pada dirinya. Karena inilah, juru dakwah harus rela hati dan yakin sepenuhnya bahwa dengan berdakwah dan berdakwah terus secara ikhlas karena Allah, kehidipan dunianya pasyi kelak akan di atur oleh Allah Azza wa jalla. Ini sesuatu yang pasti, karena juru dakwah adalah manusia-manusia terasing (Ghuroba’) dan Aqibah, kondisi terakhirnya adalah tuubaa (sunggu sangat beruntung); sehingga ada benarnya ketika seseorang mengatakan “berdakwahlah maka anda menjadi kaya” Rasulullah Sholallahu alaihi wasalamBersabda:

بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا فطوبى للغرباء

“islam mulai dalam keadaan asing, kelak akan kembali menjadi asing, maka beruntunglah bagi orang-orang terasing” (HR. Muslim Ibnu Majah dari Abu Hurairah R.A.)

Lapang dada menjadi dasar seseorang untuk tabah, tetap berani, dan tidak ciut nyali, meski pada mulanya dalam berdakwah sedikit mendapatkan simpati, dijauhi, tidak di sukai, dan bahkan di musuhi. Ketika waraqah bin Naufal mengatkan “Andaikan saja aku masih hidup ketika kaum mu mengusirmu” Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wasalambertanya “apakah mereka akan mengusirku? Waraqah menjawab dengan mantap “Ya, tidak pernah seseorang datang membawa seperti yang engkau bawa kecuali dia di musuhi...”

Dalam hikmah di katakan:

الناس أعداء ما جهلوا

“manusia cenderung memusuhi sesuatu yang mereka tidak mengerti”

Lapang dada membuat seorang dai mudah saja mengesampingkan, tidak menghiraukan omongan dan komentar jelek, caci maki, penghinaan dan pelecehan dari orang-orang bodoh. Siapapun orangnya, setinggi apapun ilmu dan gelarnya, akan tetapi jika menolak dan melecehkan suatu kebenaran, maka saat itulah dia masuk katagori orang bodoh. Jika Rasulullah Sholallahu alaihi wasalamdan para nabi alaihimussalam ter dahulu pernah di lecehkan dan diberikan stigma sebagai orang gila, tukang sihir dll., maka hal serupa meski dalam bentuk lain pasti juga akan diterima oleh seseorang yang berjalan di jalan mereka, jalan dakwah kepada Allah. Allah azza wa jalla berfirman:

وعباد الرحمن الذين يمشون على الأرض هونا وإذا خاطبهم الجهلون قالوا سلما

“...dan hamba-hamba Tuhan yang maha penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengatakan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. (QS. Al Furqon : 63). Dalam hikmah dikatakan pula : “ketika orang bodoh berkata, maka jangan menaggapinya, karena diam lebih baik dari pada menanggapi mereka”.

Lapang dada juga menjadi dasar utama seorang juru dakwah untuk bersabar menerima perlakuan obyek dakwah yang tidak jarang sangat menyakitkan dan bahkan secara fisik membahayakan keselamatan jiwanya. Sehingga betapapun buruk dan jahat perlakuan yang di terima tetap tidak memunculkan perasaan membalas dendam. Betapa luas lapang dada Rasulullah Sholallahu alaihi wasalamketika penduduk thaif melempari beliu dengan batu sehingga membuat kedua kaki beliau yang mulia berdarah-darah. Bahkan hingga malaikat gunungpun menawarkan untuk menimpakan gunung kepada mereka. Akan tetapi Rasulullah Sholallahu alaihi wasalammencegahnya seraya mengatakan: 

“sungguh aku sangat berharap dari tulang iga mereka Allah melahirkan orang-orang yang menyembah Allah dan tidak sedikitpuun mnyekutukan-Nya dengan sesuatu” (HR. Bukhari Muslim dari Aisyah R.A.)

Lapang dada juga membuat seorang juru dakwah bisa bersikap mengalah dan memaafkan kesalahan-kesalahan obyek dakwah sebagaimana di ajarkan Rasulullah Sholallahu alaihi wasalamdalam kisah perjanjian hudaibiyah “Jangan ditulis Muhammad Rasulullah tapi Muhammad bin Abdullah” permintaan Suhail bin Amr dari duta Quraisy inipun di terima oleh beliau. Juga bagaimana saat pembebasan kota Makah, Rasulullah Sholallahu alaihi wasalam bersabda kepada penduduk Mekah:

إذهبوا فأنتم الطلقاء

“ Pergilah! Kalian semua bebas”

Jadi lapang dada adalah modal besar yang darinya akan terlahir sifat dan sikap positif yang harus ada dan di miliki oleh seorang juru dakwah.

Wallahu a’lam.

Share on Google Plus

About shfm

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment