SHALAWAT 1 (Dari Materi Selosoan)




Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56)


 Sholat, kata serapan dari bahasa Arab yang memiliki beberapa makna. Makna pertama, Doa. Sebagaimana disebutkan di dalam Kamus Al-Munawwir, As-Sholatu hiyad-du’a (Sholat berarti do’a). Makna yang kedua, yaitu sembahyang atau sholat lima waktu. Ibadah fi’ly yang dimulai dengan Takbirotul Ihrom dan diakhiri Salam dengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.
Dalam bahasan ayat 56 dari surat Al-Ahzab tersebut di atas, kata sholat yang digunakan juga merujuk pada makna do’a. Yaitu do’a yang dilantunkan Alloh dan para Malaikat untuk baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tentunya, makna sholat kepada Nabi yang diberikan Alloh dan yang diberikan malaikat memiliki perbedaan. Sholat dari Alloh berarti kucuran rohmat dan keridloan. Sedang sholat dari malaikat bermakna do’a dan permohonan ampun (istighfar).
Di ayat tersebut, Alloh juga ingin menegaskan kepada kita, bahwa Alloh sendiri beserta para Malaikat selalu bersholat kepada Nabi. Maka kita, sebagai hamba dan umat yang diselamatkan Alloh melalui NabiNya Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, sudah seyogyanya bagi kita untuk turut melantunkan sholat –atau dalam kalimat yg lumrah kita gunakan adalah sholawat- kepada beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tentunya, sholawat yang kita lantunkan juga memiliki makna berbeda, yaitu do’a dan pengagungan (ta’dhim).

Selain makna etimologis (lughotan), Alloh juga menggunakan shighot mudlori’ dalam kata sholat dengan kalimat yusholluuna, yang dalam ilmu Nahwu berarti sedang dan akan dilakukan. Hal ini menegaskan pula pada kita, bahwa sejatinya Alloh dan para MalaikatNya senantiasa dan tanpa henti menyampaikan sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Untuk itulah, Alloh memerintahkan pada kita dengan menggunakan kalimat shollu untuk ikut serta dalam bersholawat kepada Nabi.
Dari bahasan bersholawat pada Nabi ini, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kaum Muslimin. Sebagai tindakan kehati-hatian agar tidak terjerumus pada pemahaman salah dan menyesatkan.


Yang pertama, pengertian tentang sholawat dari malaikat yang bermakna do’a dan istighfar.

Pada ayat lain Alloh berfirman,

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Alloh memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus (Al-Fath: 1-2)

Maksud dari do’a dan istighfar malaikat serta pengampunan Alloh di sini, tidaklah kemudian menunjukkan bahwa Rosululloh pernah atau bahkan sering melakukan pelanggaran dan perbuatan maksiat yang dilarang Alloh. Sekali-kali tidak...! Lantas atas “dosa” apa hingga para Malaikat memintakan ampun untuk beliau...?

Inilah yang harus kita pahami dengan baik, maksud dari istighfar Malaikat tersebut dalam ayat, bukanlah merupakan istighfar dari berlakunya dosa kemaksiatan dan larangan dimana kita semua para umatnya diminta untuk menjauhi hal tersebut. Namun lebih dari itu, maksud dari istighfar malaikat ini tidak lain untuk meninggikan derajat Rosululloh.

Yang kedua, pengertian tentang sholawat dari umat beliau, yang berarti do’a dan pengagungan.

Maksud dari hal ini juga, tidaklah kemudian menyatakan bahwa Rosululloh masih belum selamat di akhirat hingga membutuhkan do’a dari para umatnya –sebagaimana yg selalu dilontarkan para orientalis dan non muslim-. Sekali-kali tidak...!

Karena sejatinya, bukan Rosul yang membutuhkan do’a tersebut. Bukan pula Rosul yang butuh diagungkan oleh umatnya. Tapi kita sendirilah, yang membutuhkan do’a dan pengagungan tersebut selalu dilantunkan pada beliau. Hanya demi dua hal, melaksanakan perintah Alloh sehingga kita mendapatkan pahala berlipat-lipat dan demi mendapatkan cinta dari sang Banginda Nabi, untuk menjadi perantara kedekatan kita pada beliau.

Karena itulah, adalah sebuah penyesatan yang nyata saat sholawat dikatakan bid’ah dan tidak memiliki tuntunan hanya karena sebuah pikiran picik, bahwa Rosululloh sudah agung dan tidak perlu diagung-agungkan.

Sedang ulama’ sudah memfatwakan, bahwa sholawat itu adalah ibadah yang tidak membutuhkan niat dan menuntut keikhlasan karena sholawat ini merupakan sebagian dari do’a yang akan langsung dikabulkan. Selaras dengan sabda Nabi,

Barang siapa yang bersholawat atasku satu kali, maka Alloh akan memberinya rahmat padanya 10x lipat (Hadits)


Begitulah Alloh menunjukkan rahmatNya yang luas pada para hambaNya.

Dikisahkan dalam sebuah hadits Rosul, tentang perjalanan umat kelak di akhirat saat meniti jembatan shirot. Dimana semua manusia terdiam membisu, tak seorangpun yang sanggup berucap. Dan Para Nabi hanya bisa berkata, “Allohumma Sallim” (Ya Alloh selamatkanlah...). Meski para Nabi sudah jelas-jelas merupakan golongan yang akan diselamatkan Alloh, namun saat para manusia meminta bantuan, mereka hanya menjawab, “Nafsi... Nafsi...” (Aku hanya bisa selamatkan diriku...). Saat itulah kebingungan, kesusahan dan kesedihan bersatu-padu dalam diri manusia, karena tidak adanya pertolongan. Lalu kepada siapa lagi mereka akan meminta syafaat (pertolongan). Di masa kebingungan itulah, Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menjawab permintaan mereka. Dan mengenali umatnya, dari kadar sholawat yang selalu dilantunkan pada beliau, beruntunglah orang-orang yang selalu bersholawat kepada beliau. Semoga kita termasuk dari golongan tersebut, amiin...

Terdapat banyak hal yang bisa menjadi perantara kita untuk bisa selamat di dunia dan akhirat. Melalui Al-Qur’an, Ihya’us Sunnah (menghidupkan sunnah Nabi), membaca sholawat atas beliau, dsb. Terlepas dari itu semua, yang menjadi kesukaan dan pilihan kita masing-masing, di antara perantara-perantara tersebut pembacaan sholawat kepada Rosul adalah cara yang paling mudah dilakukan. Dan hari yang paling baik untuk pengamalannya, adalah malam jum’at. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Shohabat Rosul, Sayyidina Abdulloh ibn Mas’ud Rodliyallohu ‘Anhu, yakni dengan membaca Sholawat Ummy sebanyak seribu kali pada waktu tersebut.

Karena begitu besarnya keutamaan sholawat, beberapa di antaranya merupakan sebuah doa yang tidak ditolak. Maka banyak kemudian dari para ulama’ yang menggubah sholawat dan menyertakannya menjadi do’a-do’a khusus beliau. Karena jika tidak demikian, beliau semua mengkhawatirkan bahwa do’a yang mereka lantunkan tidak mustajabah.

Adapun beberapa di antara gubahan doa-sholawat itu adalah Sholawat Taziyah atau yang lebih kita kenal dengan Sholawat Nariyah. Ada pula Sholawat Taisiir, yang mana disebutkan akan hitungan bacaannya setiap hari sebanyak 313, sebagaimana jumlah tentara Tholut dan tentara Badar. Atau jika hal tersebut dirasa tidak mampu, maka cukuplah mengambil keisitiqomahan berapapun jumlah hitungannya.


Adapun redaksi sholawat yang sering dibaca oleh Abuya As-Sayyid Muhammad ibn ‘Alawy Al-Maliky Al-Hasany adalah Sholawat Fatih. Amalan sholawat tersebut merupakan amalan dari Thoriqoh Tijaniyah, ini menunjukkan beliau juga memiliki sanad thoriqoh tijaniyah selain sanad-sanad thoriqoh yang lain. Bahkan lebih dari itu, tidak hanya sebagai orang yang memiliki sanad, namun beliau juga dipilih untuk menjadi mursyid oleh aliran-aliran thoriqoh yang ada, seperti Tijaniyah, Syadziliyah, Badawiyah, dll.



Wallohu Ta’ala A’lam
Share on Google Plus

About Bapak e Muhammad

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment