Senangkan Orang Lain Dengan Wajah Ceria dan Akhlaq Yang Baik








Untuk Download Audionya klik DISINI 
Notulen : Ust. Shabieq




عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إنكم لن تسعوا الناس بأموالكم ولكن يسعهم منكم بسط الوجه وحسن الخلق


Dari Abi Hurairah rodliyallohuanhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: (sesungguhnya kalian tidak bisa memberikan pemberian secara merata pada manusia dengan harta benda kalian, tetapi hendaknya wajah yang berseri-seri dan perangai yang baik dari kalian bisa merata lebih dari sekedar cukup bagi mereka.

Hidup ini butuh orang lain yang kita senangkan, sehingga semuanya bisa menjadi baik, bermuamalah dan bermuasyarah dengan baik. Meski memang keridloan seluruh manusia adalah tujuan yang takkan tercapai. Paling tidak ada usaha yang kita lakukan, dengan berakhlaq dengan akhlaq Allah, berusaha untuk menyenangkan mereka.

Menyenangkan dan berakhlaq baik dengan orang lain demikian penting. Sebab Alsinatul kholqi aqlamul haq. Lisan-lisan manusia adalah pena-pena yang nyata. Bahwa untuk menilai seseorang apakah dia baik atau buruk, secara umum adalah dengan melihat penilaian orang banyak kepadanya. Jika banyak orang menilainya sebagai orang sholeh maka dia memang sholeh, dan jika banyak orang menganggap dia orang jelek, maka bisa dipastikan bahwa ia orang yang jelek.

Seseorang takkan bisa menyenangkan seluruh orang dengan memakai modal harta benda. Barangkali suatu saat ketika kita memberi seseorang, orang itu akan senang, akan tetapi tidak lama hal itu akan dilupakan. Tapi menyenangkan orang lain, lebih tepat dan lebih ampuh dengan melalui wajah yang cerah dan ceria dan akhlaq yang baik. Dengan begitu, kita bisa mengambil simpati mereka. Maka berusahalah menjadi sosok yang berwajah ceria, berhiaskan senyuman berakhlaq baik agar mudah mengambil hati orang lain.

Berakhlaq yang baik bisa dimulai dengan perkataan yang baik, bagaimana berusaha memproses lisan untuk bicara yang baik. Jika tidak bisa maka lebih baik diam. Karena ada saja lisan yang tidak bisa bicara kecuali yang keluar adalah perkataan yang menyakitkan. Tapi sebaliknya ada pula lisan yang banyak bicara akan tetapi mampu membuat orang lain senang dan bersimpati.


وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ


Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
(Al Baqarah :83)

Tiga hal yang semestinya kita proses dalam menghadapi orang lain: Berwajah ceria (basthul wajhi), memberikan kemurahan (Badzlunnada), dan tidak menyakitkan (Kafful adza).


اتقوا النار ولو بشق التمرة فإن لم تجدوا فبكلمة طيبة


Artinya: “Lindunglah diri kalian dari api neraka meskipun (hanya bersedekah) dengan separuh kurma, jika kalian tidak punya maka hendaknya dengan ucapan yang baik.”

Menyenangkan orang lain dengan wajah dan akhlaq yang baik diusahakan semaksimal mungkin, tidak hanya sekedarnya saja. “idza bada’tum bil makarim fa atimmuha”, jika kau memulai sebuah kemuliaan maka selesaikan hal itu.

Islam amat mementingkan akhlaq yang baik dalam pengamalan ajarannya. Seorang akan mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah dengan perangainya yang baik, dan ini tidak bisa didapatkan dengan bermodalkan harta benda saja.

Seorang hamba akan sampai pada derajat yang tinggi disurga karena perangai yang baik padahal dia bukan seorang ahli ibadah, dan seorang ahli ibadah bisa sampai derajat terendah di neraka jahannam sebab perangainya yang buruk (Anak bin Malik).

Dalam sebuah hadits diterangkan:


وقال عليه الصلاة والسلام: أثقل ما يوضع في الميزان يوم القيامة تقوى الله وحسن الخلق (أخرجه أبو داود والترمذي)


Artinya : sesuatu yang paling berat timbangannya pada hari kiamat adalah taqwa kepada Allah dan akhlak yang mulia (terpuji). (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Al-Quran telah mengarahkan cara berperangai baik. Allah ta’ala berfirman:


خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (Al-A'raf :199)

Kita lihat betapa Rasulillah memiliki akhlaq yang demikian agung. Kita cermati bagaimana Rasulullah bergaul. Kita lihat Rasulillah seorang Sayyidul Mursalin dikala bersama cucunya Hasan dan Husain, mereka berdua naik di punggung Nabi, bermain onta-ontaan bersama Nabi. Rasulillah ketika meminum minuman yang dibuatkan Sayyidah Aisyah, ternyata rasa minuman itu asin, beliau salah memasukkan garam disana, akan tetapi Rasulillah tak marah, justru berkata, minuman paling enak adalah hari ini.

Syaqiq al Balkhi seorang yang memiliki istri berperangai jelek, akan tetapi ketika ditanya kenapa tidak menceraikan istrinya itu saja, ia jawab: “Jika dia berperangai jelek, maka aku harus berperangai baik. Dan jika saja mungkin aku ceraikan, barangkali dia justru akan mendapatkan suami yang berperangai lebih jelek darinya.”

Khudzil afwa selain berarti memberikan maaf kepada seseorang yang melakukan kesalahan dan kekhilafan, berarti pula menjadi pribadi yang gampangan, berarti pula memilih sesuatu yang terbaik, berarti pula menjadi pribadi yang pemurah. Dikala dihadapkan dengan perkara yang ruwet dengan seseorang yang berkaitan dengan hak kita, kita ucapkan: “sudah biarkan saja, ga papa”. Jika kita meminta tolong seseorang untuk membelikan sesuatu seharga 15 ribu sementara uangnya 20 ribu, kita katakan: “Kembaliannya buat kamu aja”. Jika seorang sopir mengantarkan ke sebuah tempat akan tetapi ia salah jalan, katakan saja: “ Ga papa, itung-itung rekreasi”. Jangan mudah menjadi panitia pen’cacat’an.

Wa'mur bil urfi, sebagaimana yang pernah disabdakan Rasulillah:


لا تحقرن من المعروف شيئًا ولو أن تلقى أخاك بوجه طلق


“Janganlah engkau meremehkan perbuatan yang ma’ruf sedikitpun, meskipun hanya dengan wajah yang ceria ketika bertemu dengan saudaramu".

Wa a'ridl anil jahilin. Jika kita mendengar sebuah hal yang menyakitkan dari seseorang, biarkan saja orang itu, anggap seolah kita tidak mendengarnya, dan orang itu tidak mengatakannya. Jika kita memikirkannya, justru kita yang akan galau dan susah sendiri. Manusia memang ada yang sensitive sekali, gampang tersinggung dengan omongan orang lain, padahal orang itu terkadang tidak memiliki niat menyinggung perasaan. Maka sebaiknya orang seperti ini berlatih untuk mengabaikan omangan jelek orang lain, anggap seakan telinga tuli tidak mendengarnya. “Idza khothobahumul jahiluna qolu salama”.

Akhir catatan, dalam berdakwah kita harus membangun simpati dengan akhlaq yang baik. Meski keridloan seluruh orang takkan pernah diraih. Ingat kembali cerita Sayyidina Luqman dikala mengajari anaknya dengan praktek langsung dilapangan dengan membawa seekor keledai. Paling tidak kita terus berusaha “ngewongno wong, nyenengno wong, ora nggelakke”, memanusiakan orang, menyenangkan orang, tidak mengecewakannya.

Wallahu yatawallal jami'a biri'ayatih
Semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

About Ma'had Al Inshof Al Islami

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment