TAMPIL ANGGUN DAN MEMPESONA
DENGAN ILMU, ADAB, DAN DZAUK
كتاب الأشربة
باب ما يفعل الضيف اذا تبعه غير من دعاه صاحب الطعام استحباب إذن صاحب الطعام التابع
باب ما يفعل الضيف اذا تبعه غير من دعاه صاحب الطعام استحباب إذن صاحب الطعام التابع
Kita diajarkan oleh Rasulullah untuk meminta izin
kepada _shohibuttho'am_ agar mengizinkan sahabat yang ikut serta bersama beliau
yang mereka itu tidak mendapat seruan undangan. Ada perbedaan antara orang yang
diundang dan orang yang tidak diundang. Diibaratkan sebuah benalu, orang yang
tanpa diundang tapi ikut serta makan di pertemuan tersebut.
![]() |
santrigaul.net |
Sebuah cerita, ketika Abina bersama Abuya.
Ada seorang yang sebenarnya Abuya cinta kepadanya, tapi suatu waktu orang
tersebut ikut dalam sebuah rombongan akan tetapi dia bukan bagian orang yang
diundang, tiba-tiba Abuya mengetahui hal itu, dan beliau memperlihatkan
ketidaksenangan dengan hal ini.
الربانى هو الذى يعلم صغار العلم قبل كباره.
Itulah sifat pendidik sejati yang ada pada
diri Abuya. Beberapa hal yang terkait dengan sulukiyyah dan syakhshiyyah dalam
kehidupan, Abuya sangat memperhatikan bimbingan dalam dimensi pengajaran Rasulullah.
Inilah kebijaksanaan dan ketegasan beliau dalam penerapan syariat Rasulullah.
Suatu kemuliaan orang yang menjadi seorang
pendidik. Tapi ingat, hal itu jangan sampai menjadikan seseorang berbangga
diri. Jangan sampai disematkan pada diri kita orang yang disebutkan oleh
Rasulullah kadzabta. Jangan sampai kesombongan itu menghancurkan
amal baik tersebut.
Oleh karena itu, di sinilah pentingnya
sentuhan ilmu tashawwuf pada diri seseorang. Yang akan membersihkan
kekotoran-kekotoran dalam amal ibadah. Ilmu tashawwuf membentuk pribadi
seseorang tampil terlihat anggun dan menawan dengan akhlak yang indah
mempesona.
Mensinergikan Ilmu, Adab, Dzauk
Sebuah fenomena kehidupan, keberpihakan
seseorang pada sebuah kesalahan dan kemaksiatan. Itu terjadi pada tazqiyah diri
seorang Rabbani. Jangan sampai mereka
digolongkan orang yang banyak disebutkan oleh Rasulullah dengan kalimat rubba
(berapa banyak; pen).
Ada Kiai yang orientasinya keakhiratan adapula yang keduniawian. Itulah apa yang diajarkan dalam membentuk pendidik sejati dengan mensinergikan tiga unsur ilmu, adab, dzauk.
Ada Kiai yang orientasinya keakhiratan adapula yang keduniawian. Itulah apa yang diajarkan dalam membentuk pendidik sejati dengan mensinergikan tiga unsur ilmu, adab, dzauk.
Di dalam penolakan sesuatu hal, islam
mengajarkan sebuah penolakan yang baik dan sopan dikenal dengan istilah raddun
jamil. Dalam berinteraksi, sangat dianjurkan menggunakan bahasa yang lunak
penuh etika. Pastinya menyesuaikan dalam situasi dan kondisi. Ini bukan hal
yang mudah. Terkadang dalam sebuah majelis hal-hal seperti ini diabaikan.
Ketelitian dan Selektif Dalam
Ilmu Hadits
Hal ini telah dilakukan oleh Muslim. Beliau
begitu selektif dan ketatnya dalam menelaah hadits. Bahkan dalam stadium matan
pun, jangan sampai penyebutan lafadz ada yang berbeda dari sumber aslinya.
Semisal jika disebutkan قال رسول الله maka katakanlah kalimat tersebut
bukan malah merubah قال النبي.
Hal ini merupakan upaya dari para Imam-Imam hadits untuk tetap menjaga
keorisinalitasan hadits Nabi.
Hingga lahirlah kaidah yang diusung oleh
para Imam hadits. Lafadz-lafadz kenabian dengan dimensi wahyu merupakan hal
yang lebih utama. Bukan menafikan keberadaan bentuk lafadz yang lain, dalam hal
ini hanya mengutamakan lafadz kenabian. Tidak perlu yang satu menyalahkan yang
lain. Perlu disampaikan dengan cara yang baik, dengan etika yang bagus. Jangan
mudah menyalahkan orang lain.
Semisal penelaahan doa dalam sujud sahwi, maka Imam Nawawi (Syeikhu fii
Syafi'iyah) mengatakan dzikir di sujud sahwi sama dengan dzikir sujud di dalam
sholat. Begitupun jika kita seksama menelaah dalam ucapan yang disebutkan oleh
seorang muadzin dalam adzan subuh. Ketika disebutkan الصلاة خير من النوم
kemudian dijawab oleh kaum muslimin dengan kalimat صدقت وبررت hal
itu jika mengacu dalam hadits maka tidak akan dijumpai periwayatannya.
Blogger Comment
Facebook Comment