Pemimpin Harus Pandai dan Kuat
Alloh Ta'ala berfirman:
إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Selain mengisahkan kebandelan bani israel yang pada mulanya enggan menerima Thalut sebagai pemimpin, ayat ini memberikan standar kepada kita bagaimanakah cara memilih seorang pemimpin. Siapakah orang yang layak untuk memegang tongkat kepemimpinan. Standar ini adalah:
1) Pemimpin haruslah seorang yang memiliki ilmu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu adalah petunjuk beramal. barangsiapa sedikit ilmu maka sedikit amal. barangsiapa yang banyak ilmu maka sangat mungkin ada banyak hal yang bisa dilakukan. seorang pemimpin adalah orang yang terpikul di pundaknya sekian banyak beban tanggung jawab. Ia harus mengerti betul strategi untuk bisa melaksanakan tanggung jawabnya. Ia harus memahami hal-hal prioritas yang harus dilakukan, tidak jarang pula seorang pemimpin harus menghadapi dan memutuskan sebuah perkara. Keluasan ilmu dan wawasan akan sangat berperan dalam menuntun bagaimana dia bersikap menentukan hal yang prioritas serta bagaimana harus memutuskan perkara dengan bijaksana. Nyaris tidak ada aksi yang tepat dan tidak ada keputusan bijaksana tanpa dikawal dengan ilmu dan wawasan luas. oleh karena itulah disebutkan dalam hikmah:
الْعِلْمُ بِلَا غَيْرَةٍ جَامِدٌ وَالْغَيْرَةُ بِلَا عِلْمٍ لَا تَصْلُحُ لِلرِّيَادَةِ
Ilmu tanpa semangat itu beku, semangat tanpa ilmu itu tidak layak memegang kepemimpinan
dalam teori kepemimpian modern, seorang pemimpin yang tidak berilmu bisa dipastikan ia tidak akan memiliki visi dan misi yang jelas sehingga keputusan, kebijakan, langkah dan tindakan yang keluar darinya adalah spontanitas, tidak independen dan cenderung mengikuti insting, hawa nafsu atau bisikan-bisikan dari para pembantu dekatnya "bithanah" tanpa ia bisa memilah dan memilih manakah yang baik dan ideal harus dilakukan.
Jadi pemimpin yang tidak berilmu akan berpeluang lebih besar mendorong kepada keburukan daripada menciptakan kebaikan dan kesejahteraan pada komunitas yang dipimpin.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
"Sesungguhnya Alloh tidak mencabut ilmu (syar’i) dengan sekali cabut dari hati manusia. Akan tetapi Alloh mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ‘ulama. Kalau Alloh tidak lagi menyisakan seorang ulama pun, maka manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh. Kemudian para pemimpin bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan." (HR Bukhari dan HR Muslim).
2) Pemimpin haruslah orang yang kuat.
Kekuatan menjadi pilar kedua yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. kekuatan ini bisa berupa fisik, kewibawaan, keberanian menjalankan hukuman bagi yang bersalah atau juga kekuatan finansial yang semua hal itu atau salah satunya menjadikan seorang pemimpin disegani atau kalau perlu ditakuti sehingga eksistensinya diakui dan ditaati arahan dan perintahnya. Kepemimpinan adalah pilar utama menegakkan kebenaran dan menjungkirbalikkan kemungkaran, kezaliman, penyelewengan dan kesesatan. Ini berarti kepemimpinan bukan hanya sekedar ilmu yang bisa menelorkan konsep visi, misi dan strategi. Melainkan membutuhakan sesuatu yang bernama energi (kekuatan) untuk realiasai dan eksekusi. Tanpa kekuatan atau pemimpin yang lemah, kepemimpinan hanyalah sebuah formalitas dan simbol. Memang masih lebih baik daripada tidak ada pemimpin atau kepemimpinan sama sekali.
Pemimpin harus berwawasan luas dan memiliki kekuatan memberikan kita jawaban atas hikmah sabda Rasulullah SAW. ketika mendengar bahwa Persia mengangkat seorang wanita sebagai raja mereka. Beliau SAW. lalu bersabda:
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً
"Tidak akan beruntung suatu kaum (bangsa) manakala menyerahkan urusan kepemimpinannya kepada seorang wanita." (HR Bukhari).
Baca Artikel Lainnya : Waspadalah Terhadap Keadaan yang Menakutkan
Artinya secara umum sangat jarang seorang wanita yang memiliki keluasan ilmu dan kekuatan. Jika pun ada wanita yang luas ilmunya tetapi rata-rata tidak memiliki kekuatan dalam maknanya yang luas seperti telah dijelaskan di atas, dan bahkan mungkin juga kekuatan secara psikologis menahan derita dikritik, dan diintimidasi. Standar bahwa pemimpin harus luas ilmu dan memiliki kekuatan penuh semestinya difahami dan dijadikan sebagai pedoman untuk memilih pemimpin atau mencalonkan diri sebagai pemimpin. Akan tetapi realitas ternyata tidaklah demikian halnya, pemimpin dipilih jika mendapatkan imbalan berupa uang atau kedudukan atau bahkan dipilih karena kesepakatan-kesepakatan politik. Rasulullah SAW. memberikan peringatan:
ثَلاَثَةٌ لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ، رَجُلٌ كَانَ لَهُ فَضْلُ مَاءٍ بِالطَّرِيقِ، فَمَنَعَهُ [ص:111] مِنَ ابْنِ السَّبِيلِ، وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًا لاَ يُبَايِعُهُ إِلَّا لِدُنْيَا، فَإِنْ أَعْطَاهُ مِنْهَا رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطِهِ مِنْهَا سَخِطَ، وَرَجُلٌ أَقَامَ سِلْعَتَهُ بَعْدَ العَصْرِ، فَقَالَ: وَاللَّهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ لَقَدْ أَعْطَيْتُ بِهَا كَذَا وَكَذَا، فَصَدَّقَهُ رَجُلٌ
"Ada tiga golongan yang Alloh tidak melihat mereka pada hari kiamat dan Alloh tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang pedih, seorang laki-laki memiliki kelebihan air di jalan namun ia menahan dari ibnu sabil, dan seorang laki-laki yang berbaiat pada imam dia tidak baiat kecuali karena dunia, jika imam memberi dunia dia senang namun jika ia tidak diberi dia marah, dan seorang laki-laki berdagang setelah ashar, maka ia mengatakan: "Demi Alloh yang tidak ada Tuhan selain Dia sungguh aku telah membeli dagangannya dengan (harga) sekian-sekian. lalu seseorang ia pun membenarkannya" (HR Bukhari).
Blogger Comment
Facebook Comment