Hidup Ini Bukan Untuk Ditangisi

Hidup Ini Bukan Untuk Ditangisi

Khalifah Hisyam ibnu Abdul Malik mengatakan: “Aku menghitung hari-hari bahagiaku, ternyata hanya tiga belas hari.” Sedangkan ayahnya, Abdul Malik mengeluh: “Seandainya aku tidak pernah memangku jabatan khalifah.” Said Ibnul Musayyib berkata: “Segala puji bagi Alloh yang telah menjadikan mereka lari kepada kami dan bukan kami yang lari kepada mereka.”

Ibnu Summak seorang yang jago memberi nasihat menemui Harun Al-Rasyid. Saat itu Harun sedang merasa haus dan meminta segelas air. Maka, Ibnu Summak bertanya: “Seandainya Anda dicegah untuk minum air itu, apakah Anda akan menebusnya dengan sepenuh kerajaanmu!” Harun menjawab: “Ya.” Setelah selesai minum Ibnu Summak bertanya lagi: “Jika Anda dicegah untuk mengeluarkan air yang telah Anda minum dari perutmu, apakah Anda rela membayar dengan separuh kerajaanmu yang lain?” Harun menjawab: “Ya.” Ibnu Summad pun berkata: “Tidak ada artinya sebuah kerajaan yang nilainya tidak lebih berharga dari segelas air.” Jika dunia ini tak ada keimanan di dalamnya maka dunia tidak berguna, tidak berharga, dan tak bermakna.

Hidup Ini Bukan Untuk DitangisiIqbal seorang penyair filosof asal Pakistan mengatakan:
“Jika iman telah tiada, maka tidak ada lagi rasa aman.
Dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman.
Barangsiapa rela dengan kehidupan tanpa agama.
Dia telah menjadikan kehancurannya sebagai teman karibnya.”

Emerson dalam akhir makalahnya tentang kepercayaan terhadap diri sendiri mengatakan: “Kemenangan politik, naiknya upah, kesembuhan penyakit yang Anda derita, atau kembalinya hari-hari bahagia, akan membayang dihadapan Anda. Tapi jangan pernah mempercayainya, karena kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Tidak ada yang akan mendatangkan ketenangan dalam diri Anda kecuali diri Anda sendiri.”

"Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas dan diridhai-Nya." (QS. Al-Fajr: 27-28.)

Baca Artikel Lainnya : Pemimpin Harus Pandai dan Kuat

Filosof dan penulis cerita Epiktetos, memperingatkan: “Bahwa keharusan menghilangkan pemikiran yang salah dalam pikiran kita jauh lebih penting daripada menghilangkan bisul dan tumor dari tubuh kita.” Cukup mengherankan, bahwa peringatan terhadap penyakit pemikiran dan akidah, dalam Al-Quran lebih banyak dibandingkan peringatan terhadap penyakit jasmani. Alloh berfirman: "Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Alloh penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS. Al-Baqarah: 10.)

Maka, tatkala mereka berpaling (dari kebenaran) Alloh memalingkan hati mereka. Dalam sebuah atsar disebutkan, “Ya Alloh jadikan aku rela dengan qadha-Mu hingga aku tahu yang menjadi bagianku pasti akan datang padaku dan yang bukan bagianku tidak akan pernah menimpaku.”
Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment