Semerbak Cinta Bermahar Surga Part 2
Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasallam bersabda tentang Ummu Sulaim, “Sesungguhnya aku menyayanginya. Saudaranya terbunuh ketika bersamaku.”
Ummu Sulaim mempunyai perangai dan perilaku sangat murah hati. Sayyidina Anas menuturkan hal ini dengan berkata: “ Ummu Sulaim menyerahkan ladang kurma miliknya kepada Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam. Ketika orang-orang Muhajirin mengembalikan kepada orang-orang Anshor apa yang dahulu pernah mereka berikan, maka Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam juga memberikan ladang kurma itu kepada ibuku.”
Sayyidina Anas juga meriwayatkan bahwa Ibunya (Ummu Sulaim) memiliki kambing, kemudian Ummu Sulaim mengumpulkan lemaknya dalam sebuah kantong dari kulit. Kemudian Ummu Sulaim mengutus budak untuk menyerahkan lemak itu kepada Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam. Maka budak itu memberikan kantong berisi lemak itu kepada Rosululloh dan memberitahukan bahwa dia diutus Ummu Sulaim.
Namun, Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam bersabda: “Ambil isinya dan serahkan lagi kantong kulit itu kepada Ummu Sulaim.” Budak itu kembali dan mengaitkan kantong kulit diatas pasak, pada saat yang sama Ummu Sulaim tidak berada di tempat. Ketika Ummu Sulaim kembali dan melihat kantong berisi lemak hingga menetes. Maka Ummu Sulaim berkata pada budak yang diutusnya: ”Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menyerahkannya kepada Rosullloh?”

“Aku sudah melaksanakannya. Tanyakan saja kepada Rosululloh,” jawab budaknya. Maka Ummu Sulaim beranjak pergi dan bertanya kepada Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam. Maka Rosululloh menjawab: "Dia sudah melaksanakan tugasnya dan dia telah datang kesini." Ummu Sulaim berkata: “Demi yang mengutusmu dengan kebenaran dan agama yang benar, kantong itu penuh dan meneteskan lemak.”
Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam bersabda: “Wahai Ummu Sulaim, Apakah engkau heran karena Alloh telah memberikan makanan kepadamu sebagaimana engkau telah memberikan makanan kepada Nabi-Nya? Makanlah dan berikan makanan itu kepada orang lain.”
Ummu Sulaim pun kembali ke rumah lalu membagikan lemak itu ke dalam sebuah mangkuk besar untuk 2000 bagian kami hingga lemak itu dapat kami gunakan hingga sebulan atau dua bulan. Sungguh menakjubkan kemurahan hati Ummu Sulaim. Kisah diatas hanya sebuah cerita singkat yang menunjukkan kemurahan hati seorang Ummu Sulaim. Dan masih banyak lagi kisah-kisah yang memberikan gambaran bahwa Ummu Sulaim menempati maqom yang menganggap bahwa rezeki merupakan titipan dari Alloh. Dengan sifat “loman” baik loman awak, tenaga dan harta dapat membuat Ummu Sulaim mendapatkan rezeki yang barokah. Sebagaimana dalam sebuah maqola dikatakan: “Nguwongno Uwong Lan Nyenengno Uwong.”
Selain tauladan berupa kemurahan hati, beliau juga memberikan teladan yang luar biasa dalam menjadi seorang istri yang bertaqwa. Dan karena Ummu Sulaim, Abu Thalhah keluar dari kegelapan kesyrikkan menuju cahaya iman, tauhid dan jihad.
Alloh telah memuliakan suami-istri ini dengan kelahiran seorang anak yang diberi nama Abu Umair dan ia tumbuh menjadi anak yang mungil. Tapi, Alloh berkehendak untuk menguji keluarga ini, yang semenjak hari pertama dibangun oleh ketaqwaan.
Sayyidina Anas menceritakan bahwa Abu Umair jatuh sakit. Ketika Abu Thalhah keluar rumah, anaknya meninggal dunia. Setelah kembali, Abu Thalhah bertanya: “Bagaimana keadaan anakku?” “Dia lebih tenang dari keadaan sebelumnya,” jawab Ummu Sulaim.
Kemudian Ummu Sulaim menghidangkan makan malam kepada Abu Thalhah. Dan pada malam itu Ummu Sulaim berdandan begitu cantik hingga Abu Thalhah Terpesona. Akhirnya Abu Thalhah berjima’ dengan istrinya. Setelah berjima’ Ummu Sulaim bertanya kepada suaminya: "Bi, kalau ada yang menitipkan barang kepada kita, kemudian ia mengambil barang tersebut. Bagaimana?" Abu Thalhah menjawab: "Ya, diberikan kepada pemiliknya. Memang barang itu hanya titipan, bukan milik kita."
Karena Ummu Sulaim bertanya tiga kali dengan pertanyaan yang sama seperti diatas, Abu Thalhah menjadi curiga dan bertanya: "Sebenarnya ada apa? Kenapa engkau bertanya dengan pertanyaan yang sama hingga tiga kali?" Ummu Sulaim menjawab: "Anak itu merupakan titipan dari Alloh bukan? Kemudian Alloh mengambil titipan tersebut." Abu Thalhah berkata: "Maksudmu? Maksudmu apa?" Ummu Sulaim menjawab: "Anak kita meninggal dunia." Seketika itu Abu Thalhah marah dan berkata: "Kamu ini bagaimana? Anak meninggal malah kamu berdandan hingga membuat kita berjima’. Bagaimana ini?" Ummu Sulaim menjawab: “Baiklah, supaya tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Abi sowan saja sama Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam.”
Pada pagi harinya Abu Thalhah menemui Rosululloh. Sebelum Abu Thalhah menceritakan kejadian yang dialaminya pada malam hari, Rosululloh langsung berkata: “Ya Alloh limpahkanlah barokah bagi mereka pada malam mereka berdua.”
Dari keberkahan do’a Rosululloh tersebut, Ummu Sulaim melahirkan seorang anak. Lalu Abu Thalhah berkata kepada Anas: “Bawa bayi ini kepada Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam.” Disamping dia juga membawakan kurma untuk Rosululloh. “Apakah engkau membawa sesuatu?” Tanya Rosululloh. “Ya, buah kurma,” jawab Anas. Rosululloh mengambil buah kurma itu dan mengunyah-ngunyahnya, kemudian mengambil dari mulut beliau dan memasukkannya ke mulut bayi (men-tahniq-nya), lalu memberinya nama Abdulloh.
Baca Artikel Lainnya : Zam-Zam dan Campur Tangan Manusia
Diriwayatkan bahwa Abdulloh bin Abu Thalhah termasuk orang sholih dan mempunyai sembilan anak laki-laki yang semuanya hafal Al-Qur’an.
Shohabiyah Ummu Sulaim Rodhiyallohu Anha adalah seorang wanita yang meninggalkan jejak abadi dalam sejarah Islam. Beliau mempunyai peran-peran penting yang dapat diteladani muslimah masa kini diantaranya:
1. Seorang istri yang sholihah.
2. Da’iyah yang bijaksana.
3. Pendidik yang utama.
Dengan cara memasukkan anaknya ke sekolah Nubuwah yang mereguk ilmu langsung dari Rosululloh hingga meraih gelar dan kesuksesan.
4. Seorang penghafal hadits.
Yang meriwayatkan empat belas hadits dari Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasallam.
5. Alloh meridhoinya karena ketawakkalan yang tinggi dimiliki oleh Ummu Sulaim. Betapa kepasrahan diri kepada Alloh telah menjadi darah dalam tubuhnya. Sehingga kehilangan nyawa seorang anak tak menjadikannya meratap, sedih, dan kecewa. Tapi, justru dengan hal itu mampu menjadikannya sabar, tabah dan merasa bahwa segala yang di dunia ini tidak kekal. Alloh yang memiliki segala yang ada didunia ini. Dan pada akhirnya semua juga akan kembali kepada Alloh Ta’ala.
Blogger Comment
Facebook Comment