Jangan Lalai
Wahai saudaraku, hindarilah perbuatan maksiat karena bisa menutup pintu rezekimu. Janganlah lalai dari ketaatan karena bisa membutakan mata batin dan memutuskan hubungan dengan Alloh. Alloh berfirman: “Sebutlah Tuhanmu dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tanpa mengeraskan suara, di waktu pagi maupun petang, dan janganlah termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raf: 205). Ketahuilah, siapa yang menghabiskan masa sehat dan masa mudanya dalam maksiat, ia seperti orang yang mendapat warisan seribu dinar dari orang tuanya. Lalu uang tersebut ia belikan ular, kalajengking dan lipan. Semua binatang tersebut ia simpan di dalam kamar tidurnya. Suatu kali ia digigit ular, kemudian pada kali yang lain disengat kalajengking, selanjutnya disengat lipan. Demikian seterusnya. Apakah orang ini takkan mati walaupun sempat bertahan beberapa lama? Demikian pula denganmu. Engkau habiskan waktumu yang panjang dalam menentang Alloh dan mewujudkan keinginan setan. Engkau sia-siakan modalmu berupa masa muda dengan bermaksiat kepada Alloh.

Karena itu, wahai saudaraku, jadilah seperti lebah. Tubuhnya kecil, sayapnya pendek, terbangnya sedikit, tetapi perhatiannya besar dan seleranya tinggi. Ia hanya hinggap di atas bunga, mengkonsumsi yang baik saja, memproduksi madu yang lezat, serta mengerjakan sesuatu yang mulia.
Apabila nafsu ini besar
penatlah tubuh memenuhi keinginannya
Wahai saudaraku, ketika engkau sering mendapat ujian, ditimpa berbagai musibah, diterpa berbagai kesulitan, itu maksudnya agar engkau sadar dari kelalaian, bangun dari kealpaan, kembali pada Tuhan, dan menyesali kesalahan. Sayangnya, itu semua tidak berguna bagimu. Orang yang sudah dimatikan oleh kelalaian, bencana dan nasihat takkan banyak bermanfaat. Lihat saja seorang ibu yang hilang akal. Biarpun anaknya disembelih dipangkuannya sendiri ia tetap makan dan tertawa tanpa merasa sedih dan kecewa.
Demikianlah pulalah keadaanmu. Engkau tak pernah melakukan sholat malam, tak pernah merasakan nikmatnya membaca Al-Qur’an, meremehkan kewajiban, dan semua anggota tubuhmu diliputi kelalaian. Tetapi, engkau tetap tidak merasa sedih, tidak merasa susah, dan tidak menyesal. Justru engkau malah asyik makan, tertawa, dan bergembira. Itu terjadi karena kelalaian telah membutakan mata batinmu, mematikan kepekaan hatimu, serta melenyapkan nikmatnya iman dalam dirimu. Akhirnya, engkau tak mampu membedakan mana yang berbahaya dan mana yang berguna.
Orang yang “Hidup” akan merasa sakit jika tertusuk jarum dan merasa kaget tatkala tersentuh duri. Adapun orang yang “Mati” walaupun disayat dengan pedang dan dipotong dengan gergaji, ia tetap tidak merasa apa-apa. Apabila engkau tidak bersedih ketika tak melaksanakan ketaatan dan tidak kecewa setelah terperosok ke dalam maksiat, berarti kalbumu telah mati dan jiwamu telah hilang. Engkau tak bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara kebahagiaan dan kesengsaraan, antara yang manfaat dan bahaya.
Wahai saudaraku, tangisilah dirimu serta berusahalah untuk membangkitkan dan mengembalikan kalbumu pada kehidupan. Duduklah dalam majlis-majlis ilmu dan hikmah. Di dalamnya terdapat karunia dari surga yang bisa kau rasakan setelah majlis usai, di jalan, di rumah, di kedai atau warung, atau saat kau berada bersama keluarga. Jangan engkau tinggalkan majlis ilmu dan nasihat tersebut. Jangan pula sekali-kali berkata: “Apa manfaatnya menghadiri majlis kebajikan dan ketaatan, sementara aku masih terkubang dalam dosa dan tak mampu meninggalkan maksiat?”
Ini adalah bisikan dan rayuan setan terlaknat yang masuk ke dalam jiwa seorang mukmin agar ia tidak jadi mengerjakan kebaikan. Demikianlah, seorang pemburu harus terus berburu. Kalau hari ini ia tidak mendapatkan buruan mungkin besok mungkin dapat. Sementara seorang pasien juga harus rajin meminum obat. Kalau hari ini belum sembuh barangkali esok ia sembuh. Yang penting janganlah berputus asa dari rahmat Alloh.
Alloh berfirman: “Wahai para hamba-Ku yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh berkenan mengampuni semua dosa. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Zumar: 53).
Wahai saudaraku, bila Alloh menganugerahkan padamu tiga hal berarti engkau telah dianugerahi nikmat yang paling besar dan istimewa melebihi nikmat-nikmat lainnya. Dengan itu, seolah-olah engkau telah memperoleh nasib baik dan impian tertinggi. Pertama, kemampuan memperhatikan aturan-aturan yang Alloh tetapkan dengan mengerjakan semua ketaatan dan menegakkan kewajiban. Kedua, kemampuan memenuhi semua janji yang dibuat dengan Alloh, yakni dengan menjauhi maksiat dan bertobat darinya. Ketiga, kemampuan menyaksikan kehadiran Alloh dan sibuknya kalbu dengan dzikir sehingga lupa yang lainnya.
Kalau engkau memandang aneh kondisi orang-orang arif, itu karena dirimu sudah terlalu jauh dari Alloh, terlalu cinta pada dunia, asyik dengan maksiat, dan enggan berbuat taat. Andaikata engkau mengikuti cara hidup mereka, pasti juga engkau akan bisa menyerap kebaikan yang ada. Andaikata engkau ikut bangun di tengah malam seperti mereka, engkau juga akan meraih ketenangan dan kelapangan jiwa. Namun, yang menjauh tak mungkin mendapatkan.
Ada sebuah cerita tentang seorang istri yang sangat cinta dan pencemburu terhadap suaminya. Suatu hari, istri tersebut berkata: “Aku tak bisa jauh darimu, tak bisa berpisah denganmu, dan tak bisa menerima kalau engkau sibuk dengan wanita lain. Tetaplah bersamaku. Jangan kau tinggalkan aku, jangan engkau duduk bersama orang lain, dan jangan memikirkan selainku.”
Tiba-tiba sang suami mendengar bisikan dalam tidurnya: “Kalau istrimu yang bukan Tuhan saja berkeinginan agar engkau membulatkan hatimu padanya, bagaimana engkau tidak ingin membulatkan hatimu pada Alloh?”
Rasululloh SAW. bersabda: “Tidak ada yang lebih menyenangi pujian daripada Alloh. Karena itu, Dia memuji dirinya sendiri. Tak ada yang lebih cemburu daripada Alloh. Karena itu, Dia melarang perbuatan keji. Tak ada yang lebih menyukai hujjah daripada Alloh. Karena itu, Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan mengutus para rasul.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya).
Ketahuilah, orang yang lalai berarti telah menyia-nyiakan miliknya yang paling bernilai dan paling berharga di dunia ini. Harta seberapa pun banyaknya, sebetulnya sedikit jika tangan-tangan pencuri dan perampas masuk ke dalamnya. Demikian pula dengan usia atau umur orang lalai. Ia banyak terampas oleh maksiat dan dosa. Padahal, umur merupakan modal seorang mukmin. Jika modal tersebut lenyap, ia takkan bisa berbisnis dengan Alloh dan keluar dari alam dunia dalam keadaan rugi.
Baca Artikel Lainnya : Musibah
Alloh telah memerintahkan kita untuk menjauhi mereka yang lalai. Dia juga melarang kita untuk mematuhi, mendekati, dan mengikuti mereka. Alloh berfirman: “Janganlah engkau mengikuti orang yang Kami lalaikan kalbunya dari peringatan Kami lalu ia mengikuti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28).
Blogger Comment
Facebook Comment