Kenikmatan Hati dan Nafs

Kenikmatan Hati dan Nafs


Kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang berhati bersih tidak sama dengan kenikmatan orang yang terbelenggu oleh nafs. Kenikmatan hati adalah kenikmatan yang sebenarnya. Orang-orang yang berhati bersih menikmati berbagai kebajikan, merasakan kesenangan batin dan berkelana dengan pikiran-pikiran baiknya. Sudah menjadi kebiasaan orang-orang yang berhati bersih untuk mencari tempat-tempat yang sepi kemudian menikmatinya, terutama perkuburan, tempat yang secara langsung mengajarkan bahwa semua orang akan tinggal di sana. Orang-orang yang berhati bersih menikmati berbagai kebajikan yang dijauhi oleh mereka yang terbelenggu oleh berbagai kenikmatan nafs. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat besar.
Orang yang berhati bersih akan merasa cukup dengan sedikit harga (qona'ah), menyukai semangat yang muncul dari pikiran mereka dan menikmati batin serta taman-taman pemikiran mereka. Sedangkan kenikmatan orang yang terbelenggu oleh nafs kadang sulit didapat dan melelahkan, seperti usaha menumpuk harta tetapi tidak menyedehkannya, usaha untuk membalas dendam dan usaha untuk menghindari musuh dan penentang. Semua usaha ini melelahkan. Demi memenuhi keinginan syahwat yang hina, manusia rela melakukan berbagai dosa besar.

Orang yang berhati bersih merasa kaya meskipun tak memiliki harta. Demikianlah sifat orang-orang yang memiliki kenikmatan. Walau hanya memiliki sedikit teman, mereka tetap memburu kemuliaan. Mereka mengatur waktu dengan seksama. Jika Alloh memberinya makanan yang hanya cukup untuk satu hari, mereka pun bersyukur dan memandangnya sebagai nikmat yang paling sempurna. Sebab, keadaan orang yang menumpuk-numpuk dan menyombongkan harga sangat berbahaya, sedikit dari mereka yang selamat. Kecuali, orang yang bersyukur dan mendermakan hartanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan menghindari sifat kikir yang tercela. Sangat sedikit orang kaya yang mau berbuat seperti ini, sebab sebagian besar dari mereka hanya memperoleh sedikit taufik, khususnya di zaman ini, zaman di mana sifat kikir telah menguasai jiwa.

Kenikmatan Hati dan Nafs
Nabi Isa as. berkata: "Kukatakan kepada kalian, sesungguhnya seekor onta lebih mudah memasuki lubang jarum daripada orang kaya masuk ke Surga." Yakni masuk surga tanpa hisab.

Diriwayatkan bahwa Alloh SWT. berkata kepada Nabi Musa as: "Wahai Musa, jika engkau melihat seorang fakir datang, maka katakanlah kepadanya: 'Selamat datang syiar kaum sholihin.' Dan jika engkau melihat orang kaya datang: maka katakanlah, 'Inilah dosa yang disegerakan siksanya.' Wahai Musa jangan lupakan Aku, sebab ketika seseorang merasa senang dengan memiliki banyak harta, sebab banyak harta akan mengeraskan hati."

Wahai saudaraku, ketahuilah, orang-orang sebelum kita hidup di zaman yang baik. Mereka hidup di zaman yang baik, selalu memandang orang-orang yang mulia dan cerdas, bersikap shidq dalam mencapai semua tujuannya dan berlomba-lomba mengamalkan sunnah. Hati mereka pun menjadi bersih. Setelah zaman yang baik ini berlalu, penghuninya pergi, kebaikan pun hilang. Mereka hidup di akhir zaman tidak merasakan nikmatnya akhlak mulia serta tidak menyaksikan orang-orang yang shidq. Akhirnya mereka mencari kenikmatan lain, kenikmatan yang rendah dan melelahkan. Mereka tidak merasakan berbagai kenikmatan yang diperoleh orang-orang zaman dahulu.

Nafs harus disibukkan dengan sesuatu. Begitulah fitrah nafs, seperti api membutuhkan kayu bakar. Jika mampu nafs akan mencari kemuliaan dan jika tidak mampu maka dia akan menggantinya dengan perbuatan-perbuatan hina. Oleh karena itu wahai saudaraku, sibukkanlah nafs-mu dengan kenikmatan hati. Itulah kerajaan sejahtera. Kenikmatan ini tidak diketahui oleh para pecinta dunia yang diuji dengan mengumpulkan dan menyimpan harta. Kenikmatan ini telah disebutkan oleh Alloh SWT. dalam wahyu-Nya, yang artinya: "Barangsiapa mengerjakan amal sholeh, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik." (An-Nahl: 97).

Yaitu perasaan qona'ah dan bahagia walau tak memiliki harta. Perasaan ini merupakan buah hubungan yang baik. Sebaliknya, engkau melihat seorang hamba memiliki kekayaan dan kehidupan yang baik, tetapi merasa tersiksa. Dadanya terasa sempit, akhlaknya jelek dan kesedihan selalu menyertainya. Sebab dia mengabaikan hak-hak Alloh SWT.

Alloh SWT. mewahyukan, yang artinya: "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta."(Thaha: 124).

Baca Artikel Lainnya : Jangan Lalai

Ikrimah berkata: "Alloh memberi orang-orang yang melupakan-Nya rezeki haram yang mempersulit kehidupannya." Sebab, sesuatu yang haram akan memperburuk akhlak, merusak hati dan menyempitkan dada sebagaimana telah terbukti dan tidak diragukan. Orang seperti ini mendapat bencana, kelelahan, gelisah dan keinginan-keinginannya tidak terwujud. Kesusahannya tidak akan pernah berakhir. Kita berlindung kepada Alloh dari musibah seperti ini.

Dalam sebuah syair disebutkan, yang artinya:

Hati yang kaya
merasa cukup dengan sedikit harta
Jika lebih dari itu
menjadi miskinlah hatimu

Hati yang kaya tidak akan membutuhkan berbagai kenikmatan rendah yang kita rasakan saat ini, seperti berbagai hiburan yang melalaikan, pakaian mewah, kesibukan memperindah rumah dan urusan duniawi lainnya. Dalam pandangan orang-orang yang memiliki semangat dan akal, perbuatan ini sangat rendah. Manusia mendapatkan musibah dengan menghambur-hamburkan hartanya dan menyia-nyiakan umurnya untuk memperoleh kenikmatan di atas. Inilah siksa yang menunjukkan bahwa kedudukannya di sisi Alloh SWT. sangat rendah. Semoga ini dapat dipahami agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Berdoalah selalu, maka Ia akan merahmati kita, sebab Ia Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa.
Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment