Menjadi Manusia Akhirat

Menjadi Manusia Akhirat


Sayyidina Umar ra. berkata ketika beliau memanjatkan do'a: “Aku tidak memiliki obsesi agar do'a itu terkabul. Obsesiku hanyalah keinginan untuk mengucapkan do'a. Karena apabila aku terinspirasi untuk berdo'a, pengabulan do'a itu pasti datang beriringan tatkala do'a itu diucapkan.”

Menjadi Manusia Akhirat
Sungguh dalam perkataan Umar bin Khattab ra. Sebab memang tidak semua do'a akan terkabul. Misalkan ada orang yang berdo'a meminta ditimpakannya sesuatu yang tidak disukai kepada seseorang, dengan alasan apapun, maka do'a ini pasti tertolak. Do'a seperti ini adalah efek dari kebencian dan permusuhan terhadap seseorang.

Do'a adalah sulbi ibadah. Do'a juga merupakan puncak keimanan dan menjadi rahasia di balik munajat yang disampaikan seorang hamba kepada Tuhannya. Jika seuntai do'a terpancar dari hati seorang hamba yang sadar terhadap Tuhannya, mencintai apa yang dicintai-Nya, maka do'a itu pasti mendapat tempat di arsy Alloh SWT.

Suatu ketika, Umar bin Khattab ra. duduk kelelahan di atas tumpukan tanah dan kerikil, usai berkeliling melihat kondisi rakyatnya. Peluh keringat masih jelas tampak di wajahnya. Ia terduduk dan berkata: “Ya Alloh, usiaku sudah semakin uzur, tubuhku sudah semakin ringkih karena tua, dan rakyatku kini semakin banyak. Kembalikanlah aku kepada-Mu dalam kondisi tidak menyia-nyiakan mereka dan dalam kondisi tidak termakan oleh fitnah. Tetapkanlah bagiku kematian sebagai syahid di jalan-Mu, dan wafat di tanah Rasul-Mu…”

Perhatikanlah bait-bait do'a yang diminta Umar itu. Tidak panjang daftar permintaan Umar. Tapi perhatikanlah, adalah ia meminta suatu urusan dunia di dalam do'anya? Adalah obsesi dan keinginan duniawi masuk dalam do'a Umar kepada Alloh? Apa yang diharapkan oleh Umar ra. dalam do'a-do'anya? Umar hanya menyampaikan kepada Alloh bahwa tubuhnya sudah renta dan usianya yang sudah uzur. Sementara di sisi lain, ia makin menyadari bahwa kewajiban yang harus ditunaikannya semakin banyak. Umar menumpahkan perasaan hatinya itu kepada Alloh SWT. Umar meminta perlindungan Alloh dari badai fitnah yang mungkin menimpanya dalam situasi seperti ini. Lalu, Umar ra. memohon agar kematiannya adalah syahid di jalan Alloh dan tempat wafatnya adalah kota Madinah Munawarah.

Indah sekali tujuan yang diinginkan Umar dalam do'anya. Mulia sekali perasaan yang tercurah dalam do'a-do'a Umar. Damai sekali kandungan makna cinta dan kerinduannya kepada Rasulullah SAW, hingga ia memohon agar jenazahnya berada tidak jauh dari jenazah Rasulullah SAW. yang mulia.
Inilah obsesi mulia yang dimiliki Umar ra. Ia memang tidak pernah sedikitpun tergantung pada urusan harta dan dunia dalam hidupnya setelah menyatakan beriman kepada Alloh dan Rasulullah SAW. Umar ra. hidup dalam kesederhanaan dan selalu lebih mementingkan orang lain dalam soal dunia. Dialah khalifat yang begitu hati-hati menjaga harta kaum Muslimin hingga mengatakan: “Posisiku terhadap harta baitul maal tidak lebih dari orang yang menjaga harta anak yatim.” Bait-bait doa yang diucapkan Umar ra. itu naik ke langit. Penggalan-penggalan doa permohonan yang muncul dari hati seorang shalih yang selalu berkeliling untuk memperhatikan orang lain, membagikan cintanya kepada banyak orang lain itu, diterima Alloh SWT. Seluruh pintanya terkabul. Ia sungguh-sungguh mati syahid karena tikaman seorang fasik di dalam masjid. Darahnya mengucur membasahi tanah Rasulullah SAW.

Sesungguhnya kunci keterkabulan itu ada pada makna yang terkandung pada bait-bait do'a yang kita ucapkan. Sesungguhnya rahasia terkabulnya do'a ada pada kondisi hati orang yang mengucapkannya. Bait-bait do'a yang diajarkan Umar adalah bait-bait do'a yang benar-benar mengutamakan akhirat, bukan keduniaan. Karena do'a tentang keduniaan, adalah tanda seseorang kurang memperhatikan akhirat. Karena sebaliknya, do'a tentang keakhiratan, selalu melampaui dunia yang menyebabkan dunia akan mengikuti akhirat. Itulah yang dikatakan Rasulullah SAW.: “Barangsiapa berpagi-pagi dan akhirat menjadi obsesi terbesarnya, maka Alloh akan menghimpun seluruh kebutuhannya untuknya dan menjadikan kekayaan ada di dalam hatinya. Lalu dunia akan mendatanginya dengan menunduk. Dan barangsiapa yang dunia menjadi obsesi utamanya, maka Alloh akan membuyarkan impiannya, dan menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali apa yang sudah ditetapkan untuknya.” (HR. Tirmudzi).

Seperti juga ucapan Mu’adz bin Jabal ra.: “Wahai manusia, engkau memang memerlukan bagianmu dari dunia. Tapi engkau lebih memerlukan bagianmu di akhirat. Jika bagianmu bermulad dari akhirat, maka bagianmu kepadamu akan terlewati. Maka aturlah dengan sebaik-baiknya. Tapi bila engkau memulai dari bagianmu di dunia, maka bagianmu di akhirat akan hilang sedangkan bagian duniamu akan terancam bahaya.”

Berbahagia dan bersyukurlah dengan keadaan ini. Perhatikanlah bagaimana dalamnya makna ucapan Umar ketika ia terilhami untuk berdo'a dan pengabulan do'a itu selalu teriring ketika ia mengucapkan do'a.

Baca Artikel Lainnya : Jenjang Perjuangan

Maka, tanamkanlah obsesi akhirat di sini, di dalam hati Bersihkan sedikit demi sedikit, dominasi dunia yang sudah lama menjadi raja dalam hati kita. Letakkanlah pandangan akhirat di sini, di dalam kelopak mata. Hamparkanlah perjalanan menuju akhirat di sini, di hadapan setiap kaki kita melangkah. Mari, menjadi manusia-manusia akhirat. Bukan manusia-manusia di dunia. Karena seperti ungkapan Ibnul Qayyim rahimullah, “Jika hanya Alloh yang kamu tuju, maka kemuliaan akan datang dan mendekat kepadamu, serta segala keutamaan akan menghampirimu. Kemuliaan sifatnya mengikutmu. Tapi jika kamu hanya mencari kemuliaan, Alloh akan meninggalkanmu. Jika kamu telah menuju Alloh kemudian tergoda untuk mencari kemuliaan selain bersama Alloh, maka Alloh dan kemuliaan-Nya akan pergi meninggalkanmu.”

Mari hidup hanya untuk Alloh saudaraku…hanya untuk Alloh!



Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment