Pelangi Sebuah Kebenaran

Pelangi Sebuah Kebenaran


Bejo orang-orang di sekitar kampungnya menyebut pemuda yang masih lajang itu. Meskipun belum berumah tangga pemuda ini sudah cukup umur, maklum dia sudah lulus SMA 2 tahun. Tapi luapan emosi Bejo sore itu nampak menandakan ketidak dewasaannya Dia kelihatannya sedang marah dengan adiknya yang baru duduk di kelas 1 SD. Lantaran adik semata wayangnya itu melaporkan pada ibunya, kalau dia siang tadi tidak sholat dhuhur. Tak pelak Bejo pun marah sambil mengumpat ke adik kecilnya dengan berkata: "kecil-kecil ngerti apa kamu!"

Apa yang dilaporkan oleh adik Bejo itu tidak salah. Bejo memang siang itu teledor dan tidak sholat dhuhur. Tapi kebesaran jiwa Bejo untuk menerima kebenaran dari laporan adik kecilnya dikalahkan oleh rasa gengsinya. Jadi lah dia menolak kebenaran itu. Rupanya dia tidak mau menerima kebenaran kalau kebenaran itu muncul dari seseorang yang dia anggap kecil, junior, atau mungkin rivalnya. Ketika menghayati kebenaran, Bejo kelihatannya lebih melihat pada siapa yang mengatakannya daripada apa yang dikatakannya?

Pelangi Sebuah Kebenaran Kita sepakat, bahwa arti kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. Dibenak kita kadang ada anggapan, bahwa kebenaran suatu fatwa atau perintah itu tidak berarti jika tidak disampaikan oleh para pembesar atau seorang mufti. Padahal, ada syarat yang lebih esensial tentang kebenaran, yaitu pada kesahihan hal ikhwal pesan yang disampaikan oleh mereka. Dalam sebuah maqolah disitir "Undzhur ma qaal wala tandzhur man qaal" yang maknanya "Lihat apa yang dikatakannya jangan lihat siapa yang mengatakannya."

Maklum, kini banyak di antara kita yang lebih menilai perbuatan seseorang karena melihat latar belakang keturunan atau jabatannya. Kita kadang lupa, bahwa kebenaran itu lebih muncul dari sifat keteladanan, konsekuensi, dan kemuliaan akhlak penyampainya. Sebagaimana kita tahu Rasululloh telah berhasil dalam dakwahnya adalah karena inner beauty (keanggunan akhlak dan keteladanannya). Sampai-sampai dalam sebuah hadits dijelaskan, bahwa Rasululloh itu diutus ke dunia ini adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak kita semua. "Innamaa buistu liutaamimma makaarimal akhlak."

Jadi, ketika ada seseorang yang kita anggap tokoh, tetapi  melakukan suatu perbuatan yang salah maka jangan sampai perbuatan mereka kita anggap benar hanya dengan melihat ketokohan mereka. Kita kadang jadi bodoh dan buta akan kebenaran hanya karena silau melihat ketenaran mereka, sehingga kita jadi "Opo jare" atau apa katanya mereka! Entah benar atau salah yang penting sang tokoh itu yang mengatakannya maka kita langsung mengamininya. Ingat Rasululloh telah mewanti-wanti kita agar kita tidak taqlid buta. Kita dianjurkan untuk selalu ittibaa', yaitu melakukan perbuatan (ibadah) dengan tahu dalil-dalilnya.

Sejarah membuktikan, bahwa tidak diterimanya Islam oleh sebagian penduduk Quraisy bukannya karena ketidak benaran Islam. Hal ini bisa dibuktikan dengan perilaku para pembesar Quraisy pada saat itu. Kita tahu, Abu Sufyan dan Abu Jahal punya kerinduan yang sama dengan indahnya lantunan bacaan ayat-ayat Al Qur'an Rasululloh, sehingga mereka seringkali dan tahu kapan Rasululloh membaca ayat-ayat Al Qur'an. Suatu ketika dua pembesar kafir itu ketemu di samping rumah Rasululloh ketika dua-duanya ingin mendengar lantunan bacaan ayat-ayat Al Qur'an Rasululloh. Tak pelak mereka pun saling bertanya satu sama lain "Mengapa kamu di sini? Ada apa?" jawabannya keduanya pun tidak jelas.

Sebenarnya, jawaban tepatnya adalah mereka sama-sama rindu bacaan ayat-ayat Al Qur'an Rasululloh. Mereka juga sebetulnya yakin dengan kebenaran kandungan Al Qur'an yang dibawa Rasululloh. Tapi mengapa mereka tidak mau masuk Islam? Bahkan mereka merintangi dan memusuhi Islam. Jawabannya adalah pertama, karena hati mereka belum mendapat hidayah dari Alloh Subhanallah Wa Ta'ala. Kedua, kejernihan hati nurani mereka sudah tertutup oleh kerak-kerak kebodohan dan kesombongan. Artinya siapa saja yang tidak mau menerima kebenaran, maka jawabnya adalah karena dua hal. Yaitu kalau mereka tidak bodoh ya sombong, dan itulah ciri-ciri orang yang sulit mendapat sinar hidayah Alloh Subhanallah Wa Ta'ala di kalbu mereka.

Bagaimana Menyampaikan Kebenaran?

Kita Insya Alloh tidak pernah meragukan tentang kebenaran Islam. Tapi kita harus paham, bahwa ketika menyampaikan kebenaran Islam kepada orang lain, maka senantiasa harus dengan cara yang ihsan dan mauidhotul hasanah. Seperti yang pernah dituturkan oleh guru kita Abina Ustadz Ihya' Ullumiddin, bahwa Islam itu seperti barang orisinil dan berkualitas. Tapi ketika kita menyampaikan kebenaran Islam pada orang lain, maka butuh strategi yang cerdas dan menarik. Kita harus menjadi sales-sales Islam yang professional, jangan sampai barang asli yang kita pasarkan berupa kebenaran islam itu kalah dengan barang imitasi yang dipasarkan oleh orang kafir hanya karena mereka pandai menawarkannya kepada orang lain.

Realitas tersebut di atas yang terjadi saat ini. Lihat! Keanggunan Islam kini tercoreng oleh jargon-jargon teroris, bom, dan kekerasan lain.  Kita paham jargon-jargon tersebut muncul dari stereotype sikap Barat terhadap kita,. Tapi kita juga harus sadar, bahwa di antara teman kita ada yang punya kecenderungan bersikap terlalu keras yang ujung-ujungnya mudah sekali terjebak dengan skenario Barat yang mengarahkan kita pada isu biang kerok kekerasan itu.

Wahai saudaraku! Mungkin di sinilah kita harus mulai pasang strategi dan siasat untuk memperjuangkan Islam dengan lebih elegan, tidak kakuh, dan sangar tapi bagaimana Islam itu disegani karena inner beauty-nya atau keanggunannya? Ingat Islam itu barang asli yang berkualitas, kita harus pandai-pandai menjaga dan menyebarluaskannya. Sekali lagi lebih mendahulukan bil ihsan wal mauidhotul hasanah. Kalau langkah tersebut sudah kita tempuh dan mentok, maka usaha lain seperti jihad fii sabilillah (perang) baru bisa kita lakukan. Itu pun masih tetap harus dengan langkah dan koridor yang tetap syar'i.

Sebuah Ibrah, tentang bagaimana menyampaikan kebenaran yang bijaksana dan tidak dogmatis adalah kisah tentang dua ulama yang menerima pertobatan seseorang yang mengaku membunuh 99 orang. Ulama pertama ketika dimintai pertobatan mengatakan, bahwa barangsiapa yang membunuh satu orang pun, maka dia wajib di qishos (dibunuh juga) apalagi membunuh 99 orang. Kesimpulannya pembunuh 99 orang itu oleh Alloh dikatakan oleh ulama itu tidak diampuni. Maka jadilah pembunuh 99 orang itu menjadi emosi dan sekaligus membunuh ulama pertama tadi sehingga genap lah dia membunuh 100 orang.  

Karena dia masih ingin bertobat, maka teruslah dia mencari ulama yang bisa menuntun jalan tobatnya. Bertemulah dia dengan ulama yang kedua serta disampaikanlah maksud pertobatannya. Kelihatannya ulama yang kedua ini melihat masalah itu lebih jernih, maka disarankanlah oleh ulama tersebut agar sang pemuda itu menempuh perjalanan ke pintu pertobatan sambil beristighfar dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi (taubatan nasuha). Singkat cerita, maka di separuh lebih perjalanan taubatnya sang pemuda itu meninggal. Lantaran jarak perjalanan pertobatan yang sudah jauh dan niat tobatnya yang sungguh-sungguh maka pemuda ini diampuni oleh Alloh artinya diterimalah tobatnya.

Baca Artikel Lainnya : Kuliah atau Menikah

Kisah di atas membuka cakrawala bagi kita, bahwa menjadi da'i, salah satu syaratnya adalah bijaksana dan punya kelapangan wacana. Sangat riskan dan berbahaya jika da'i punya pemahaman agama yang sempit dan kerdil. Islam itu mudah dan rasional, tapi jangan dimudahkan dan dirasionalkan dengan pikiran-pikiran yang kita inginkan. Adapun kalau dalam Islam itu ada yang sulit dan tidak rasional, maka itu bukannya sulitnya Islam dan ketidak rasionalan Islam. Akan tetapi itu semua adalah karena keterbatasan kita sebagai manusia yang diberi ilmu oleh Alloh ilmu yang sedikit, ingat illa qaliilan. Maka marilah kita senantiasa beristighfar dan selalu memuji kebesaran Alloh…. Allohu Akbar, hanya Alloh yang maha besar, selain Alloh semuanya adalah kecil.

Wallahu A'lam Bishowab.

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment