Adab Terhadab Makanan yang Telah Jatuh

Adab Terhadab Makanan yang Telah Jatuh

Hadits yang akan kita bahas ini berkaitan dengan makan dan tempatnya. Yaitu menjilati (nglamuti/ndilati) tangan setelah makan. Begitu juga mengambil makanan yang jatuh. Bila terkena kotoran, tinggal dibersihkan untuk dimakan lagi. Bukan langsung dibuang. Prilaku ini terkait rasa syukur kita pada rizki Alloh SWT yang mana mencarinya sangatlah sulit.

Adab Terhadab Makanan yang Telah Jatuh
Apalagi langsung disepak (dibuang), karena kalau bukan kita yang memakan, lantas siapa lagi ?. Jangan sampai kita “tabdzir” / menyia-nyiakan nikmat Alloh”, dimana berarti kita telah “isrof” yang sebanding dengan “mu’tadin/melampaui batas” sebab sesungguhnya Alloh tidak mencintai orang yang melampaui batas. Bukankah sangat eman  manakala kita tidak dicintai Alloh hanya gara-gara menyia-nyiakan makanan. Padahal Islam mengajarkan : Walaa tahqironna minal ma’ruufi syai’a (janganlah meremehkan sesuatu kebaikan sekecil apapun). Mengambil makanan yang jatuh adalah contoh mensyukuri nikmat Alloh. Dalam hikmah  disebutkan : “idzakunta fi nikmatin far’aha, innal ma’ashi tuziilun nia’mi”.


Abuya  pernah berkata : “Kita “Orang Arab” akan merasakan krisis ekonomi”, karena Kerajaan Sa’udi bila sudah mengadakan jamuan makan sisanya dibuang-buang hingga membukit  di belakang rumahnya. Dulu ceker ayam selalu dibuang-buang sehingga dimanfaatkan orang Jawa. Sekarang mereka mulai “nyeker beneran”. Sekarang hingga ada visa haji dimana mereka menjualnya hingga banyak orang-orang yang dirugikan. Visa dijual dengan berlipat ganda sebab kekurangan. Inilah contoh orang-orang yang ber-tabdzir/isrof (belebihan).

Baca Artikel Lainnya : "Kisah Jurej Sang Ahli Ibadah"

Apasih hikmah nglamuti driji ? Bagi seorang ulama sangatlah mudah menjawabnya yaitu : muhaafadhotun ‘ala barokatit  tho’am, mengambil berkahnya makanan. Seperti kita tahu bahwa manusia punya “ghorizah” atau kebutuhan. Mulai dari Ghorizah Tadayun akan menundukkan seseorang untuk meminta pada tuhan saat ia kepepet . Ghorizatul Baqo’ untuk mempertahankan hidup. Ghorizatun nau’ yang membuat kita butuh pada lawan jenis. Sedangkan hajatul udwi adalah kebutuhan yang mana kalau tidak dipenuhi maka matilah kita. Lapar lalu tidak mau makan sebulan ?.
Adalah Rasululloh insan yang paling sehat di dunia karena mau memperhatikan hal-hal tersebut. Dengan nglamuti driji, banyak sekali hikmah (bukan illat yang cuma satu alasan), seperti puasnya hati.

Jangan meniru “priyayi” yang selalu sok perlente (sok jijik), contohlah “kiyai” yang tidak pernah melihat dirinya. Bukan karena crongosan/rakus tetapi semata untuk menjaga kenikmatan dari Alloh.
Islam adalah mafahim wa laisat maklumat mujarrod, ia adalah kefahaman, bukan sekedar pengetahuan.

Ketika ada seseorang yang minta doa singkat, jawab Nabi : Qul “inni as’alukal affwa wa aafiyah”. Beliau sampai mengulang kalimat ini sebanyak 3 kali ketika ditanya. Apalagi yang lebih utama daripada kesehatan. Nabi mencontohkan kita untuk makan kurma dengan 3 jari yaitu jari  tengah, jari telunjuk dan ibu jari. ada sebagian orang yang tidak percaya sebelum melihat perkara yang kelihatan. Padahal fakta kadang terungkap jauh-jauh masa setelahnya. Di sisi lain, kekuatan iman itu akan semakin kuat bila didasari dari kepercayaan dari hati.


=والله يتولي الجميع برعايته=
Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment