Allah Swt berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِى كَبَدٍ
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" (QS al Balad:04)
Analisa Ayat
Di dalam ayat ini terdapat tasliyah bagi Rasulullah saw., yaitu sisi menghibur dan menyenangkan hati beliau atas berbagai kesusahan, kepayahan, dan penderitaan yang beliau alami yang ditimbulkan oleh ulah orang-orang kafir. Seperti diketahui, kegiatan dakwah beliau mendapatkan tantangan yang hebat dari orang-orang kafir. Hal ini secara manusiawi menjadikan batin beliau tertekan. Pada saat susah itulah Allah swt. menurunkan ayat yang agung ini sebagai penawar hati. Dinyatakan dalam ayat itu bahwasanya perjalanan hidup manusia memang selalu dipenuhi oleh problem, gangguan, susah-payah, dan penderitaan.
Dijadikannya manusia dalam keadaan susah-payah dan menderita merupakan bagian dari penciptaannya. Makhluk yang lemah ini senantiasa disusahkan oleh berbagai penderitaan yang tiada kunjung berhenti yang tidak dialami makhluk-makhluk yang lain. Sejak hidup di alam kandungan, ketika hidup di alam dunia dari usia kanak-kanak, usia remaja dan muda, usia dewasa, hingga usia senja, kala hidup di alam kubur, sampai ketika manusia hidup di alam akhirat. Semua dijalani manusia dengan penderitaan.
Ilustrasi penderitaan manusia itu bisa diuraikan secara urut sebagai berikut:
- Penderitaan hidup di kandungan selama sembilan bulan atau sedikitnya enam bulan, meliputi kegelapan berada dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup janin dalam rahim. Firman Allah swt:
يَخْلُقُكُمْ فِى بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِى ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ
“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan”
- Dipotong pusarnya, ketika baru saja lahir.
- Dibalut dengan kain (gedong) yang melilit anggota tubuhnya.
- Dikhitan begitu dia beranjak remaja.
- Ketika masuk sekolah TK/SD, ia dididik dan didikte oleh guru.
- Masuk SLTP/SMU/Kuliah/Pesantren, ia beralih mengalami tekanan dalam “otoriterian” guru/ustadz/dosen. Jika tidak ditekan, manusia akan menderita sendiri disebabkan oleh kewibawaan pendidiknya.
- Manusia lalu menderita karena sibuk dengan urusan suami-isteri (rumah tangga).
- Sibuk dengan anak-anaknya.
- Sibuk dengan pembantu.
- Sibuk dengan papan (tempat tinggal) dan lalu perabotan.
- Sibuk dengan karir.
- Pasca usia 40 tahun, ia mengalami derita uban dan involusi (kemunduran fungsi alat tubuh).
- Derita usia tua yang ditandai dengan berbagai kemunduran dan kelemahan seperti pikun (demensia), insomnia (sulit tidur), komplikasi penyakit, impotensi, dan sebagainya.
- Derita naza’ atau sakaratul maut.
Penderitaan itu kemudian berlanjut di alam kubur:
- Derita didatangi malaikat.
- Derita atas berbagai pertanyaan malaikat.
- Derita karena gelap dan sempitnya ruang kuburan.
Penderitaan manusia tidak berhenti sampai di alam kubur saja. Di alam akhirat, manusia juga menderita:
- Derita kebangkitan
- Derita hisab.
- Derita masuk neraka, jika tidak beriman, sebagai puncak segala derita.
Tahap demi tahap perjalanan manusia ternyata selalu dilalui dengan penderitaan. Mengenai hal ini, Allah swt. berfirman:
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”
Menafsirkan ayat di atas Syekh Ismail Haqqi Al-Burusi menyatakan bahwa:
Di dunia tidak ada enaknya sama sekali bagi manusia. Ia akan selalu mengalami susah dan menderita. Ungkapan “enak” yang selama ini dirasakan manusia pada dasarnya hanyalah tenggang waktu selamat atau lepasnya manusia dari kesusahan dan penderitaan itu. Enak saat makan berarti lepasnya manusia dari derita lapar. Enak saat berpakaian bermakna selamatnya manusia dari derita hawa panas dan dingin. Manusia di dunia,lanjutnya, selalu dalam keadaan menderita atau kalau tidak menderita, manusia berarti tengah berjuang melepaskan diri dari penderitaan itu.
Baca Artikel Lainnya "Adab Terhadap Makanan yang Telah Jatuh"
Beliau melanjutkan:
Imam Al-Qasyani mengatakan bahwa penderitaan yang dialami manusia timbul dari jiwa dan hawa nafsunya atau tumbuh dari sakit jiwa dan rusaknya hati nurani atau muncul karena stres (tertekannya jiwa).

Sayyidina Ali ra berpesan: “Dunia bergerak mundur sedang akhirat bergerak maju. Masing-masing memiliki kader-kader. Maka, jadilah kamu kader akhirat, jangan jadi kader dunia. Sesungguhnya hari ini (dunia) adalah hari beramal, bukan tempat hisab (perhitungan amal), sedang esok (akhirat) adalah hari hisab, bukan tempat beramal.”
=والله يتولي الجميع برعايته=
Blogger Comment
Facebook Comment