Melepas Kemauan Meraih Kejayaan

Melepas Kemauan
Meraih Kejayaan


Suatu ketika di atas perahu yang sedang terapung tenang sambil melaju di tengah  malam sunyi tiba-tiba Abu Musa al Asy’ari dan beberapa orang yang sedang menjalankan misi dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dikagetkan oleh suara tanpa rupa(Hatif); ”Hai para penumpang perahu, berhentilah untuk menerima pemberitahuan dariku tentang keputusan Allah atas diriNya!” Abu Musa ra pun menyahut: “Beritahukanlah jika memang anda menginginkan!” Hatif itu lalu berkata: 

إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَضَى عَلَى نَفْسِهِ أَنَّهُ مَنْ أَعْطَشَ نَفْسَهُ لَهُ  يَوْمَ صَاِئفٍ سَقَاهُ الله يَوْمَ الْعَطْشِ

“Sesungguhnya Allah tabaaraka wata’ala mewajibkan atas diriNya bahwa barang siapa membuat dirinya kehausan karenaNya pada hari yang terik maka Allah pasti memberikannya minum pada hari (manusia) kehausan” (HR al Bazzar dengan Sanad Hasan dari Ibnu Abbas ra).

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dun’ya dengan teks hadits yang sedikit berbeda tetapi memiliki muatan yang sama (lihat Khasha’ish al Ummah al Muhammadiyyah hal191-192). Pengalaman menakjubkan ini begitu motivatif bagi Abu Musa ra sehingga senantiasa menanti hari-hari yang panas yang membuat mayoritas orang tercekik kehausan untuk kemudian berpuasa pada hari itu. 

Ada yang perlu ditangkap dari kisah di atas bahwa barang siapa yang mau melepas kemauan pasti menuai kemuliaan. Dalam hal ini adalah puasa yang berintikan menahan diri dari makan dan minum serta syahwat ternyata jika dilakukan karena Allah akan membuahkan suatu hal yang teramat manis jauh di atas pahitnya lapar dan dahaga. Kesegaran di tengah  suasana yang dipenuhi kehausan kelak di hari pembalasan di padang mahsyar yang luas merata tak ada gundukan.Tentunya kesegaran itu bersumber dari telaga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang disebutkan sebagai telaga yang paling banyak didatangi para pengunjung. Ini menunjukkan bahwa kehausan karena berpuasa adalah sebab seseorang bisa merasakan kesegaran air telaga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam di  padang Mahsyar sebelum merasakan segarnya telaga Kautsar di dalam surga. Selain ini, puasa yang berisikan pengendalian diri juga memberikan rasa manis dalam hati orang yang berpuasa di saat berbuka dan ketika menghadap Tuhannya.”Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan; jika berbuka ia bergembira dan jika bertemu Allah ia bergembira”(HR Muslim). Kegembiraan di kala berbuka tentu saja karena kini diperbolehkan mengkonsumsi apa saja yang disukainya asalkan halal dan thayyib. Sementara gembira di saat bertemu Allah adalah karena pahala-pahala yang diterimanya. Adanya pintu surga (Rayyan) yang disiapkan khusus untuknya dan tentunya sebelum ini pada saat proses hisab puasa akan datang dalam bentuk sebagai seorang pembela dan pemberi syafaat. Abdullah bin Umar ra meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ . يَقُوْلُ الصِّيَامُ : أَيْ رَبِّ! مَنَعْتُـهُ الطَّعَامَ وَالشَّهْـوَةَ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ , وَيَقُوْلُ الْقُرْآنُ : مَنَعْـتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ . قَالَ : فَيُشَفَّعَانِ .

“Puasa dan Alqur’an sama-sama memberi syafaat kepada seorang hamba kelak di hari kiamat. Puasa berkata: “Duhai Tuhanku, saya mencegahnya dari makanan dan syahwat maka biarkanlah saya memberinya syafaat” Alqur’an lalu berkata: “Duhai Tuhanku, saya menghalanginya tidur di malam hari maka biarlah saya memberinya syafaat”Nabi bersaba:. “Maka syafaat keduanya pun diterima oleh Allah” (HR Ahmad Thabarani Ibnu Abi Dun’ya Hakim).

Melepas Kemauan Meraih Kejayaan
Begitulah puasa, meski hanya dalam waktu kurang lebih empat belas jam menahan lapar dan dahaga, tetapi jika dilakukan karena Allah maka ada sekian banyak anugerah yang bisa diterima. Jika inti puasa adalah menahan diri maka sungguh prinsip seperti juga berlaku dalam segala dimensi kehidupan di mana jika seseorang mampu meninggalkan atau kehilangan sesuatu karena Allah maka hati harus meyakini dan berharap bahwa Allah pasti memberikan ganti yang lebih baik dari sesuatu yang telah hilang atau ia tinggalkan. Ketika Abu Salamah wafat maka Ummu Salamah segera membaca do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, “Ya Allah berilah pahala dalam musibah ini dan berikanlah ganti yang lebih baik!” HR Muslim. Tak lama setelah melewati masa Iddah, Ummu Salamah akhirnya mendapat dan menerima lamaran Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang dibawa oleh Hathib bin Abi Balta’ah ra. 

Jaminan bahwa Allah pasti memberikan ganti yang lebih baik bila seseorang meninggalkan sesuatu karenaNya juga bisa dilihat dari beberapa fakta berikut ini: 


  1. Kaum Muhajirin yang meninggalkan Makkah kampung halaman, keluarga dan harta benda semata demi menyelamatkan agama Allah. Di Makkah mereka meninggalkan rumah, isteri, anak dan keluarga maka ketika sampai di Madinah kaum Anshar segera menawarkan kepada mereka agar menempati rumah dan menikahi sebagian isteri–isteri. Bahkan kaum Anshar rela berbagi harta benda yang dimiliki. Di Makkah mereka menanggalkan dan meninggalkan kemewahan hidup dan status sosial yang tinggi, tetapi tidak lama kemudian dan hanya dalam hitungan delapan sampai sepuluh tahun mereka mendapatkan kemuliaan. Umat Islam berjaya, bendera Islam telah berkibar di angkasa dan kemudian terus menyebar ke seantero dunia. Dalam hal ini para sahabat (khususnya kaum Muhajirin) tercatat sebagai manusia–manusia mulia penyebar agama. Tidak hanya itu, mereka juga termasuk manusia–manusia yang bergelimang harta benda. 
  2. Nabi Ibrahim alaihissalam ketika Beliau menjauh dari ayah, keluarga dan kaumnya yang setia menyembah berhala maka Allah kemudian menentramkan hati Beliau dengan kehadiran Nabi Ismail dan Ishaq Alaihimassalaam serta anak keturunan keduanya sang sholeh.
  3. Nabi Yusuf alaihissalam yang teguh menahan godaan wanita dan lebih memilih tinggal di penjara untuk menghindari fitnah para wanita. Kelak di kemudian hari Allah memberikan anugerah. Nabi Yusuf mendapat jabatan sebagai menteri pangan dan kembali bisa berkumpul dengan ayah dan saudara yang selama ini terpisah. 
  4. Ashabul Kahfi; ketika mereka menjauh dari komunitas yang menyembah selain Allah maka Allah menganugerahkan rahmatNya dan menjadikan mereka sebagai sebab petunjuk bagi orang-orang yang tersesat.
  5. Maryam bin Imran, wanita mulia yang menjaga kehormatannya (kemaluannya) sehingga Allah memuliakannya untuk mengandung NabiNya, Isa alaihissalaam.

Baca Artikel Lainnya : "Memilih yang Jernih dan Meninggalkan yang Keruh"

Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah niscaya Allah akan memberikan ganti yang lebih baik juga berlaku dalam kisah Rojul Miski, seorang pemuda ganteng rupawan yang tubuhnya memancarkan bau wangi semerbak. Ini bermula ketika ia dengan tanpa risih melumuri tubuh dengan kotoran agar wanita yang memaksanya untuk berzina mengira dirinya sebagai orang gila. Juga terjadi dan dialami oleh seorang pandai besi (Haddaaad) yang dengan tangan telanjang memegang dan membolak-balik besi yang panas menyala. Ini bermula ketika ia mencintai dan menggoda seorang wanita dengan memberikan iming–iming uang. Wanita itu menolak dan mengatakan, “Aku sudah punya suami, aku tidak butuh uangmu“ Ketika suami si wanita meninggal, pandai besi itu datang melamar dan wanita itu tetap menolak dengan alasan tidak ingin menghinakan anak–anaknya. Perjalanan waktu akhirnya memberikan kesempatan. Wanita itu kesulitan uang dan akhirnya terpaksa meminta bantuan kepada pandai besi. Pandai besi pun tidak melewatkan kesempatan. Ia mau memberikan bantuan asal si wanita mau menuruti keinginannya. Merasa sudah tidak ada pilihan, si wanita pun terpaksa menerima syarat. Ketika keduanya sudah berada di suatu tempat sepi hanya berduaan, si wanita menangis terseduh. Pandai besi bertanya "kenapa engkau menangis?" Wanita itu menjawab: “Saya takut kepada Allah Dzat Maha Mendengar Maha Melihat” sampai di sini pandai besi segera meninggalkan si wanita. Wanita itu kemudian berdo’a: “Semoga Allah menyelamatkan engkau dari neraka“ mulai saat itulah tangan pandai besi itu tidak terbakar oleh panas dan ia berharap bisa selamat dari api neraka.

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment