Sholawat Masyisyiyah

Sholawat telah ditentukan bacaannya oleh Nabi saw. ada banyak teks yang diajarkan beliau, namun di antara para sahabat dan salafus saleh ada yang mengarang rangkaian bacaan sholawat tersendiri yang tidak warid dari Rosululloh. Hal itu tidak menjadi masalah dalam mengamalkannya selama tidak menyimpang dari makna sholawat itu sendiri, tentu juga terlepas dari masalah keutamaan (afdloliyah), sebab membaca sholawat yang warid dari beliau adalah awlaa wa afdlol, lebih didahulukan dan utama.
Sholawat Masyisyiyah merupakan bacaan sholawat seperti yang lainnya, dikarang oleh Imam Abdussalam Al Masyisyi. Keunikan sholawat ini terletak pada kalimat-kalimat yang disusun oleh pengarangnya mewakili perasaan seseorang yang sedang mabuk cinta kepada manusia pilihan, baginda Rosululloh saw. Dan bila pembaca menghayatinya maka akan terhanyut dalam suasana perasaan yang terbangun dari kekuatan cinta sang pengarang kepada baginda Rosululloh saw.
Baca Artikel Lainnya : "Manaqib Sayyidina Hasan dan Bilal bin Rabbah"
Di antara kaum muslimin ada yang menilai bahwa sholawat Masyisyiyah termasuk bacaan sholawat yang berlebih-lebihan terhadap baginda nabi Muhammad saw. namun bila kita memahami makna dari sholawat tersebut, sama sekali kita tidak akan menemukan bentuk bacaan yang berlebih-lebihan di dalamnya. Kita akan tahu batasan Kholik dan makhluk, tanpa harus menjadi syirik di saat membacanya. Berikut bacaan sholawat tersebut.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ مِنْهُ انْشَقَّتِ اْلاَسْرَارُ, وَانْفَلَقَتِ اْلاَنْوَارُ, وَفِيْهِ ارْتَقَتِ الْحَقَائِقُ, وَتَنَزَّلَتْ عُلُوْمُ أدَمَ فَأَعْجَزَ الْخَلاَئِق وَلَهُ تَضَآءَلَتِ الْفُهُوْمُ فَلَمْ يُدْرِكْهُ مِنَّا سَابِقٌ وَلاَ لاَحِقٌ, فَرِيَاضُ الْمَلَكُوْتِ بِزَهْرِ جَمَالِهِ مُوْنِقَةٌ , وَحِيَاضُ الْجَبَرُوْتِ بِفَيْضِ أنْوَارِهِ مُتَدَفِّقَةٌ , وَلاَ شَيْءَ إلاَّ وَهُوَ بِهِ مَنُوْطٌ إذْ لَوْلاَ الْوَاسِطَةُ لَذَهَبَ كَمَا قِيْلَ الْمَوْسُوْطُ , صَلاَةً تَلِيْقُ بِكَ مِنْكَ إلَيْهِ كَمَا هُوَ أهْلُهُ, أللَّهُمَّ إنَّهُ سِرُّكَ الْجَامِعُ الدَّالُّ عَلَيْكَ, وَحِجَابُكَ اْلاَعْظَمُ الْقَائِمُ بَيْنَ يَدَيْكَ , اَللَّهُمَّ ألْحِقْنِى بِنَسَبِهِ, وَحَقِّقْنِى بِحَسَبِهِ, وَعَرِّفْنِى إيَّاهُ مَعْرِفَةً أسْلَمُ بِهَا مِنْ مَوَارِدِ الْجَهْلِ, وَأكْرَعُ بِهَا مِنْ مَوَارِدِ الْفَضْلِ, وَاَحْمِلْنِى عَلَى سَبِيْلِهِ اِلَى حَضْرَتِكَ حَمْلاً مَحْفُوْفًا بِنُصْرَتِكَ, وَاقْذِفْ بِى عَلَى الْبَاطِلِ فَأدْمَغَهُ, وَزُجَّ بِى فِى بِحَارِ اْلاَحَدِيَّةْ, وَانْشُلْنِى مِنْ أوْحَالِ التَّوْحِِيْدِ, وَأغْرِقْنِى فِى عَيْنِ بَحْرِ الْوَحْدَةَ, حَتَّى لاَ أرَى وَلاَ أسْمَعَ وَلاَ أجِدَ وَلاَ أُحِسَّ إلاَََّ بِهَا, وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ الْحِجَابَ اْلاَعْظَمَ حَيَاةَ رُوْحِى وَرُوْحَهُ سِرَّ حَقِيْقَتِى وَحَقِيْقََتَهُ جَامِعَ عَوَالِمِى بِتَحْقِيْقِ الْحَقِّ اْلاَوَّلِ , يَا أوَّلُ، يَا أخِر،ُ يَاظَاهِرُ، يَابَاطِنُ, إسْمَعْ نِدَائِى بِمَا سَمِعْتَ بِهِ نِدَآءَ عَبْدِكَ زَكَرِيَّا , وَانْصُرْنِى بِكَ لَكَ وَأيِّدْنِى بِكَ لَكَ, وَاجْمَعْ بَيْنِى وَبَيْنَكَ وَحُلْ بَيْنِى وَبَيْنَ غَيْرِكَ ألله ...ألله...ألله.
"Ya Alloh, anugerahkanlah kesejahteraan atas seseorang (nabi Muhammad saw.) yang darinya menjadi tersingkap setiap rahasia, menjadi terbit setiap cahaya. Dan padanya menjadi naik setiap hakikat, menjadi turun bertahap setiap ilmu Adam as., membuat tak kuasa setiap makhluk. Dan untuknya dijadikan kecil setiap pengetahuan hingga tak ada satupun orang yang mengejar dan menyusul dari kita yang mampu mencapainya. Taman-taman malakut menjadi indah dengan pesona bunga ketampanannya. Telaga-telaga jabarut menjadi tumpah ruah dengan limpahan cahayanya. Tak ada sesuatupun kecuali ia bergantung kepadanya. Bila tanpa wasithah (perantara) niscaya ia hilang laksana runtuhnya tembok penjaga. (Ya Alloh, anugerahkanlah kesejahteraan atasnya) kesejahteraan yang sesuai dengan-Mu, yang datang dari-Mu untuk dianugerahkan kepadanya sebagaimana ia pantas menyandangnya. Ya Alloh, sesungguhnya ia adalah rahasiamu yang mencakup (segala sesuatu), yang menunjukkan (jalan) menuju Engkau, dan ia adalah hijab-Mu yang teramat agung, yang berdiri lurus di hadapan-Mu. Ya Alloh, sertakanlah aku dengan menisbatkan diri kepadanya, nyatakanlah aku dengan kemuliaan leluhurnya, kenalkanlah aku kepadanya dengan pengetahuan yang menyelamatkanku dari sumber ketidaktahuan dan mendekatkanku kepada sumber keutamaan, bawalah aku diatas jalannya menuju ke hadlirat-Mu dengan penyertaan yang penuh harap terhadap pertolongan-Mu, lepaskanlah aku atas kebatilan hingga dapat melenyapkannya, lemparkanlah aku dalam samudera ahadiyah, angkatlah aku dari lumpur tauhid, tenggelamkanlah aku dalam lautan wahdah hingga aku tak melihat, tak mendengar, tak menemukan, dan tak merasakan apapun kecuali dengannya (wahdah). Jadikanlah ya Alloh, hijab yang teramat agung itu menjadi kehidupan ruhku, dan ruhnya menjadi rahasia hakikatku, kemudian hakikatnya menjadi cakupan alamku dengan menyatakan Al Haq (Yang Maha Benar) Al Awwal (Yang Maha Terdahulu). Wahai Yang Maha Terdahulu, wahai Yang Maha Akhir, wahai Yang Maha Tampak, wahai Yang Maha Tersembunyi, dengarkanlah seruanku dengan seruan yang Engkau pernah mendengarnya dari seruan hamba-Mu Zakaria as., tolonglah aku dengan (izin)-Mu untuk (taat) kepada-Mu dan kuatkanlah aku dengan (izin)-Mu untuk (taat) kepada-Mu, pertemukanlah aku dengan Engkau dan pisahkanlah aku dengan selain-Mu. Alloh… Alloh… Alloh…"
Blogger Comment
Facebook Comment