Memahami Tugas sebagai Khalifah

Memahami Tugas sebagai Khalifah

Allah azza wajalla berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي اْلأَرْضِ خَلِيْفَةً , قَالوُاْ أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ , قاَلَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”." (QS al Baqarah: 30)

Analisa Ayat

Nurul HaromainAyat ini masih terkait erat hubungannya dengan ayat sebelumnya, yaitu dalam rangka merespon pengingkaran yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap Ketuhanan Allah dan Kerasulan Nabi Muhammad Saw. Sebelumnya Allah berfirman: “Bagaimana kamu mengingkari Allah, padahal sebelumnya kamu dalam keadaan mati, kemudian Allah menghidupkan kalian…” (Al Baqarah: 28-29). Dalam ayat ini pula terkandung misi hiburan (Tasliyah) untuk Rasulullah Saw agar beliau tidak merasa susah menanggapi pengingkaran dan penolakan manusia (kafir) atas misi Risalah yang dibawa oleh beliau Saw. Sebab pada akhirnya nanti pengingkaran dan penolakan itu nanti pasti berhenti dan berganti menjadi penerimaan dan dukungan, sebagaimana yang terjadi dalam kisah penciptaan Nabi Adam as dan awal mula pengingkaran malaikat.

Jadi dalam memberikan Tasliyah kepada Rasulullah Saw, terkadang Alqur’an turun dengan bahasa kisah di mana kisah itu sendiri oleh Alqur’an juga ditegaskan sebagai salah satu metode pengajaran: “Sesungguhnya dalam kisah- kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (QS Yusuf: 111). Dari ayat ini bisa dimengerti bahwa tujuan utama dari pemaparan kisah adalah mentrasfer pesan yang terkandung di dalamnya. Imam Syibli berkata:  “Orang bodoh sibuk mengumpulkan kisah, sementara orang pandai sibuk memetik hikmah dari kisah”.

Dari ayat di atas ada hal yang mesti dimengerti bahwa ada dua tugas yang harus diselesaikan oleh manusia dalam menjalani kehidupan di alam fana ini; pertama: Tugas ber - Ibadah kepada Allah, “Dan tak Aku jadikan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembahKu” (QS adz Adzaariyaat: 56), kedua: Tugas sebagai Khalifah di bumi Allah. Selain ditegaskan dengan ayat di atas, tugas ini juga dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya: “Dan Dialah Yang menjadikan kamu penguasa -penguasa di bumi…” (QS al An’am: 165). “…dan Kami jadikan mereka pemegang kekuasaan…” (QS Yunus: 73). Sebagai penguasa, berarti semua yang ada di bumi ini menjadi hak manusia, Allah swt  menjelaskan: “Dan Dialah Yang menciptakan segalanya di bumi ini untuk kalian…” (QS al Baqarah: 29). Kendati demikian, tindakan semenah- menah dan sewenang-wenang tetap harus dijauhi, sementara keadilan di muka bumi ini harus berdiri, “Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu penguasa di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil…” (QS Shood: 26). Dari ayat-ayat ini, Imam al Qurthubi mengambil dalil (Istidlal) tentang kewajiban mengangkat Khalifah (Penguasa) dalam rangka memutuskan perbedaan, menghentikan pertikaian, memberikan hak kepada orang yang teraniaya, menegakkan hukuman serta melakukan upaya pencegahan kemungkaran serta hal-hal lain yang tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh penguasa. Sungguh seseutu yang mengantar pada kesempurnaan kewajiban juga wajib hukumnya. Utsman bin Affan ra berkata: “Sesungguhnya Allah menolak dengan penguasa apa yang tidak ditolak oleh Allah dengan Alqur’an”.

Ada beberapa hal yang bisa dicermati dari firman Allah kepada para malaikat, antara lain;

  • Bimbingan kepada hamba agar melakukan musyawarah dalam urusan-urusan mereka. Dalam hikmah dikatakan: "Orang yang paling pintar tidak bisa lepas dari meminta pendapat orang-orang yang berakal". “…dan bermusyawarohlah dengan mereka dalam urusan itu…” (QS Ali Imran: 159).
  • Masalah Adam sangat penting dan mulia sehingga para penghuni alam Malakat-Nya diberi kabar gembira tentang Adam. Di samping itu Adam juga telah mendapat gelar Khalifah sebelum dia tercipta (berkuasa),
  • Menampakkan keunggulan dan kelebihan Adam. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku mengerti apa yang tidak kalian mengerti”,
  • Penegasan bahwa sesuatu itu harus ada dan diwujudkan jika nilai positif sesuatu itu mendominasi atau lebih unggul daripada nilai negativ.
Baca Artikel Lainnya : "Tiga Pilihan Sulit"

Masih ada lagi yang bisa dicermati dari respon para malaikat saat mendengar akan diciptakannya Adam (dan anak keturunan), “…Mengapa Engkau hendak menciptakan di bumi itu orang yang akan menumpahkan darah…”. Ada beberapa uraian dari para ahli tafsir seputar respon malaikat ini, antara lain seperti disebutkan oleh Ibnu Katsir bahwa: “Respon tersebut tidak lepas dari pengamatan Malaikat terhadap materi atau bahan untuk menciptakan manusia yag tiada lain adalah dari tanah liat kering”. Imam al Qurthubi lain lagi, beliau menyatakan bahwa respon tersebut sangat terkait dengan realita yang pernah terjadi di bumi saat Jin menetap selama dua ribu tahun sebelumnya dan berbuat kehancuran serta mengalirkan darah. Akhirnya Allah mengutus para malaikat untuk memerangi dan mengusir mereka ke tangah lautan. Dan sebagian ulama mengatakan bahwa malaikat berkata demikian kepada Allah karena malaikat hanya memandang sebelah mata kepada diri Adam yang akan tercipta, yaitu dari sisi kekuatan syahwat (Quwwah Syahawiyyah) yang tertanam, sedang sisi kekuatan Aqliyyah mereka melupakannya.

= والله يتولي الجميع برعايته =

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment