Spektrum Fitnah

Spektrum Fitnah
Melekat dan Melilit Tubuh Umat Islam


Kehendak Allah telah memutuskan bahwa sebagai sunnah kehidupan yang harus dijalani oleh para hambaNya yang beriman adalah adanya fitnah, berbagai macam cobaan dan ujian-ujian keimanan. Dia Berfirman: 

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَـنُوْنَ 

“Apakah manusia menyangka akan dibiarkan (begitu saja) hanya karena berkata “Kami Beriman” lalu mereka tidak akan mendapatkan fitnah (ujian)” (QS al Ankabut:2).

Ujian-ujian keimanan sangat banyak macam dan warnanya. Meski begitu, ada model ujian keimanan yang secara khusus diberikan oleh Allah untuk umat Islam generasi pasca Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau berkhutbah “…dan sesungguhnya umat ini, Afiyah (keselamatan) dijadikan di awalnya dan sungguh akhir umat ini akan tertimpa bencana dan perkara-perkara yang kalian ingkari, lalu dari sanalah muncul fitnah…” (HR Abdurrazzaq dalam al Mushannaf: 38264). Ujian atau fitnah ini dimulai pasca Umar ra wafat, tepatnya pada masa-masa akhir Sayyidina Utsman ra. Jabir ra meriwayatkan bahwa suatu kali Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menuturkan Fitnah. Abu Bakar ra bertanya: “Apakah saya mendapatkannya?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Tidak” Umar ra bertanya: “Apakah saya mendapatkannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak” Utsman ra bertanya: “Apakah saya mendapatkannya?” Beliau bersabda: “Sebab kamu mereka mendapatkan ujian” (HR Bazzar). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepada Sayyidina Utsman ra: “Sungguh setelahku kamu akan mendapatkan ujian…” (HR Abu Ya’la).

Dalam hadits riwayat Umar ra disebutkan: "Kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau lalu menyebutkan banyak hal tentang fitnah sehingga Beliau menyebut Fitnatul Ahlaas. Seseorang lalu bertanya :

يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا فِتْـنَةُ اْلأَحْلاَسِ؟ قَالَ : "هَـرَبٌ وَحَرْبٌ, ثُمَّ فِتْـنَةُ السَّـرَّاءِ دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَزْعُمُ أَنَّهُ مِنِّي وَلَيْسَ مِنِّي وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِي الْمُتَّقُوْنَ ثُمَّ يَصْطَلِحُ النَّاسُ عَلَى رَجُلٍ كَوَرِكٍ عَلَى ضِلَعٍ , ثُمَّ فِتْـنَةُ الدُّهَيْمَاءِ لاَ تَدَعُ أَحَدًا مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ لَطَمَتْهُ لَطْمَةً فَإِذَا قِيْلَتْ انْقَضَتْ تَمَادَتْ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيْهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا حَتَّى يَصِيْرَ النَّاسُ إِلَى فُسْطَاطَيْنِِ فُسْطَاطُ إِيْمَانٍ لاَ نِفَاقَ فِيْهِ وَفُسْطَاطِ نِفَاقٍ لاَ إِيْمَانَ فِيْهِ فَإِذَا كَانَ ذَاكُمْ فَانْتَظِرُوا الدَّجَّالَ مِنْ يَوْمِهِ أَوْ مِنْ غَدِهِ

“Wahai Rasullah, apakah Fitnah  al Ahlaas itu? Beliau menjawab: “pelarian dan peperangan. Kemudian Fitnah As Sarraa’ yang asapnya berasal dari bawah kedua kaki seorang lelaki dari ahli baitku yang menyangka ia bagian dariku padahal kekasihku hanyalah orang-orang yang bertaqwa. Kemudian orang-orang berislah kepada seorang lelaki laksana pantat di atas tulang rusuk. Kemudian Fitnah Ad Duhaima’, yang tidak membiarkan siapapun kecuali pasti menamparnya, bila dikatakan telah berhenti maka justru  semakin parah sehingga di dalamnya seseorang di pagi hari mukmin dan di sore hari sudah menjadi kafir sehingga manusia menjadi (terkumpul) dalam dua tenda;  tenda keimanan yang sama sekali tidak ada nifaq di dalamnya dan tenda nifaq yang sama sekali tidak ada Iman di dalamnya. Bila sudah demikian maka tunggulah Dajjal pada hari itu atau esoknya” (HR Abu Dawud no 4242).

Hadits ini secara jelas menyebutkan bahwa Fitnah yang menimpa umat Islam memiliki empat tahapan;

1) Fitnah al Ahlaas.

Kata al Ahlas adalah bentuk jamak al Hils, yang artinya kain lapisan yang berada di bawah pelana kuda dan secara langsung bersentuhan dengan kulit punggung kuda. Disebut Fitnah al Ahlaas karena terus mendera, melekat dan melingkari tubuh umat Islam. Dimulai ketika Sayyidina Utsman bin Affan ra terbunuh yang kemudian memunculkan blok Sayyidina Ali ra dan Sayyidina Muawiyah ra. Pada bulan Dzul Hijjah tahun 36 H terjadi tragedi Shiffin, peperangan sengit antara dua kubu yang menelan korban 70.000 orang. Sungguh peperangan yang amat dahsyat antara dua kubu yang sama-sama memiliki jumlah besar. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah meramalkan:

 لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيْمَتَانِ وَتَكُوْنُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيْمَةٌ، وَدَعْوَاهُمَا وَاحِدَةٌ

“Kiamat tidak terjadi sampai ada dua kelompok besar bertikai dan di antara keduanya terjadi perang besar. Alasan mereka sama” (HR Bukhari no 7121 Kitabul Fitan Bab Khurujunnaar. Muslim Kitabul Fitan wa Asyraath As Saa’ah no 157)

Pasca Ali ra terbunuh, tragedi peperangan di tubuh umat Islam tidak berhenti. Setelah itu muncul pula sekian konflik antara sesama umat Islam sehingga darah terus mengalir begitu deras dari tubuh umat Islam. Selain Shiffin juga terjadi perang Nahrawan (antara kubu Ali ra dan Khawarij), perang Jamal, Perang di Makkah antara tentara Yazid dan Abdullah bin Yazid, terbunuhnya Sayyidina Husen di Karbala’ dan Ayyaamul Harrah. Kondisi fitnah pada masa tersebut telah dikabarkan dan diumpakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam laksana tetesan-tetesan hujan yang jatuh di sekeliling rumah umat Islam.Usamah bin Zaid ra bercerita:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menaiki salah satu benteng Madinah. Beliau bersabda: “Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?”  para sahabat menjawab: “Tidak” Beliau lalu bersabda:

فَإِنِّي َلأَرَى الْفِتَنَ تَقَعُ خِلاَلَ بُيُوْتِكُمْ كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ

"Sungguh aku benar-benar menyaksikan fitnah-fitnah jatuh di sela-sela rumah kalian laksana tempat-tempat jatuhnya hujan" (HR Bukhari no 7060. Muslim no 2885)]

mengomentari hadits ini, Imam Nawawi berkata : "Menyerupakan  Tasybiih dengan tempat-tempat jatuhnya hujan adalah dalam sama-sama banyak dan menyeluruh. Artinya Fitnah itu banyak dan merata kepada seluruh manusia dan tidak terbatas pada sekelompok tertentu. Ini adalah sinyalemen atau isyarat akan berkobarnya api peperangan  yang terjadi di antara mereka seperti perang Jamal, Shiffin al Harrah, terbunuhnya Utsman, terbunuh al Husen dll. Ini adalah mukjizat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam."

2) Fitnatussarra’

Fitnatussarraa’, fitnah kebaikan, kesenangan, kemakmuran, kekayaan dan kecukupan harta benda. Hanya saja kebaikan ini tidak murni karena telah tercampur dengan asap atau Dakhon.”… yang asapnya berasal dari bawah kedua kaki seorang lelaki dari ahli baitku…”dalam versi Imam Ibnu Hajar. Dakhon adalah kedengkian, comberan dan kekerasan hati. Ini memberikan isyarat bahwa kebaikan ini telah tercampur dengan kekeruhan. Secara real Dakhon ini menjelma dalam munculnya komunitas, “…Kaum yang memberikan petunjuk tanpa petunjuk, kamu mengenal mereka dan juga mengingkarinya…”(HR Bukhari 7084). Artinya ada amalan mereka yang kalian harus mengingkarinya karena melenceng dari kebenaran. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:

يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي

“…akan ada setelahku para imam yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak menjalankan sunnahku..”

يَارَسُوْلَ الله الْهُدْنَةُ عَلَى دَخَنٍ . مَا هِيَ ؟ قَالَ : " لاَ تَرْجِعُ قُلُوْبُ أَقْوَامٍ عَلَى الَّذِي كَانَتْ عَلَيْهِ "

(Hudzaifah ra bertanya:)“Perjanjian di atas asap (kekeruhan) apakah itu?" Beliau bersabda: “Hati orang-orang tidak akan kembali seperti dulu lagi”. (HR Abu Dawud/4246)

Nurul HaromainMemperhatikan teks hadits, “ … Sarraa’ yang asapnya berasal dari bawah kedua kaki seorang lelaki dari ahli baitku…  “ fikiran akan tertuju kepada era Daulah Umawiyyah dan Daulah Abbasiah. Pada masa dua Daulah ini, Islam dan kaum muslimin semakin berkembang luas. Masyarakat merasakan ketentraman dan kedamaian. Dalam segala bidang terlihat sekian banyak perkembangan. Meski begitu di sana juga terdapat hal-hal yang menjadikan kebaikan tersebut tidak murni lagi. Ada sekian hal yang mengotori putih kebaikan tersebut. Di antaranya adalah kemunculan para tokoh yang disebut oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai manusia yang berhati setan. Dalam daulah Umawiyyah kita mendapatkan tokoh seperti Marwan bin Hakam atau Hajjaj bin Yusuf At Tsaqofi, panglima perang era pemerintahan Abdul Malik bin Marwan (65-86 H) yang di tangannya terpenggal sekian banyak nyawa termasuk para ulama besar sekaliber Said bin Juber. Dalam Daulah Abbasiah juga demikian halnya. Daulah yang berkuasa cukup lama dalam rentang waktu antara  132-656 ini juga menorehkan catatan merah berupa pembunuhan dengan tokoh sentralnya yang dijuluki As Saffah al Mubiir.

Jika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyatakan bahwa pada era Fitnah Sarro’ ini hati manusia tidak bisa kembali seperti sebelumnya maka sungguh dalam era Daulah Umawiyyah dan Daulah Abbasiah ada sekian perjanjian damai. Formalitas penuh dengan tawa dan canda atau saling mengunjungi. Semua terlihat bersatu padu hidup dalam naungan negara Islam. Kendati begitu semuanya menyimpan bara dan siap membakar lawan dan semua pihak yang berseberangan. Lihatlah Daulah Umawayyah yang harus tersingkir oleh persekongkolan dari keluarga Abbasiah yang dibantu oleh kelompok Mawali.. Begitu pula Daulah Abbasiah yang jatuh tersungkur sebagai dampak dari perpecahan dari dalam sehingga mudah diadu domba dan terpecah belah yang pada akhirnya musnah oleh tentara Tartar dengan meninggalkan kisah paling memilukan sepanjang zaman. Selama usianya mungkin dunia tidak akan pernah menyaksikan tregedi pembantaian seperti yang dilakukan oleh 200.000 tentara bangsa China Mongolia pimpinan Hulagu. Semua orang islam yang ditemui mereka bunuh sehingga disebutkan ada sekitar kurang lebih 2 juta kaum muslimin yang menjadi korban pembantaian. Termasuk Khalifah terakhir Daulah Abbasiah, al Mus’tashim billah, seluruh ulama yang di antaranya adalah Syekh Ibnul Jauzi dan keluarga. Tidak hanya itu mereka juga membakar rumah, sekolah dan masjid. Buku-buku tulisan tangan para ulama kala itu semuanya dilemparkan ke sungai Dajlah (Tigris) sehingga disebutkan bahwa kuda bisa menyeberangi sungai dengan menjadikan buku-buku itu sebagai jembatan.

Baca Artikel Lainnya : "Nilai Diri Kita adalah Surga"

Kejadian ini tidak lepas dari peran seorang perdana menteri pengkhianat bernama Muayyiduddin al Alqami, seorang syiah yang bersekongkol dengan Hulagu. Disebutkan bahwa sebelum bangsa sipit China menyerang Baghdad, menteri Syiah ini melakukan pengurangan jumlah pasukan Islam secara ekstrem dari seratus ribu menjadi hanya tinggal sepuluh ribu sehingga dengan begitu mudah pasukan kafir bermata sipit itu masuk dan menghancurkan Baghdad, kota indah yang mulai dibangun oleh Khalifah al Manshur. Kisah ini seharusnya cukup menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak merasa aman dari bahaya kaum Syiah dan bangsa China. Sungguh semoga Allah tidak memaafkan manusia yang memberikan tempat dan ruang gerak luas dan bebas bagi bangsa China di negeri ini.

Pasca runtuhnya Daulah Abbasiah, sebenarnya Islam masih tetap eksis karena masih ada pemerintahan Islam di Andalusia dan Mesir. Akan tetapi seperti disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa setelah itu manusia islah pada seseorang yang laksana pantat di atas tulang iga. Ini sebagai bahasa kiasan dari adanya pemerintahan Islam tetapi lemah, mudah dipecah belah dan dihancurkan.  Ini terbukti bahwa pada akhirnya pemerintahan itupun akhirnya hilang dari peredaran, termasuk yang paling akhir Daulah Turki Utsmaniyyah pada tahun 1924. Dengan keruntuhan Turki Utsmani, kaum muslimin memasuki era baru yang semakin suram bagi kehidupan beragama.

3) Fitnah Duhaima’

Duhama’ memiliki arti hitam. Ini karena jika pada era sebelumnya manusia hanya tidak peduli halal dan haram terkait nyawa dan harta benda, maka pada era ini manusia sudah tidak memperdulikan nyawa, harta benda dan kemaluan. Artinya begitu mudah membunuh, menghalalkan segala cara guna mendapatkan harta, dan perbuatan zina telah mendapatkan legalitasnya. Secara singkat fitnah ini adalah fitnah fenomena kerusakan moral yang harus dihadapi oleh kaum muslimin sebagai salah satu ujian keimanan. Imran bin Hushen ra berkata: "Akan ada empat fitnah; 1) di dalamnya darah dihalalkan, 2) di dalamnya darah dan harta dihalalkan, 3) di dalamnya darah, harta dan kemaluan dihalalkan, 4) Dajjal" (Diriwayatkan oleh Imam Thabarani). Pada inilah muncul budaya perzinaan, mabuk-mabukkan, riba, para wanita berpakaian tapi telanjang, manusia mencari dunia dengan alat agama dan segala macam kerusakan moral yang lain. Semua orang beriman tidak ada yang bisa menghindar dari sergapan fitnah ini. Semuanya pasti terkena dan mencicipinya. “..tidak membiarkan siapapun kecuali pasti menamparnya...” .

Bila ada yang mengatakan bahwa fitnah ini telah berhenti. Kerusakan moral telah berhasil ditekan maka sungguh kerusakan moral ini terus berlanjut, “…bila dikatakan telah berhenti maka justru semakin parah… “. Bila ada pertanyaan siapa dibalik semuanya ini tentu jawabannya adalah Yahudi. Siapakah yang dijadikan alat tentu jawabannya adalah para aktor dan para artis atau selebritis. Kelompok inilah ikon kerusakan moral. Gaya hidup mereka setiap hari setiap saat dijejalkan di depan mata kita, anak-anak kita semua kaum muslimin, kaum yang masih mayakini ada kehidupan abadi setelah kehidupan ini sehingga mereka begitu diidolakan. Konser mereka dibanjiri, dan gaya hidup mereka yang berupa pergaulan bebas dan mabukkan pun diteladani. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Akan ada Khasaf (dibenamkan ke dalam tanah) dan Masakh (disalin rupa) terjadi pada umat ini?" Para sahabat bertanya: “Kapankah itu?” Beliau bersabda:

إِذَا ظَهَرَتِ الْقِيْنَاتُ وَالْمَعَازِفُ وَشُرِبَتِ الْخُمُوْرُ

“Ketika para penyanyi (selebriti) menampak (digemari) dan alat-alat muski (konser digandrungi) serta arak diminum” (HR Abu Dawud).

Dalam hadits lain disebutkan yang artinya: “Umatku akhir zaman akan dirubah wajahnya menjadi kera dan babi” orang-orang bertanya: “Wahai Rasulullah, mereka bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau utusan Allah dan mereka juga berpuasa?” Beliau bersabda: “Ia” . “Lantas apa kesalahan mereka?” Beliau bersabda: “Mereka membuat alat-alat musik, para biduanita, dufuf, mereka meminum aneka macam minuman (arak). Semalaman mereka dalam minuman dan kesenangan sehingga pada pagi harinya rupa mereka telah dirubah menjadi kera dan babi” HR Abu Nuaim. (Lihat At Tadzkirah al Qurthubi no 648 bab Idzaa Fa’alat Hadzihil Ummah  Khamsa Asyrata Khashlah)

Dalam suasana kerusakan moral ini, jangan bertanya tentang bagaimanakah shalat seseorang? Apakah sudah lengkap lima waktu, dikerjakan secara sendiri atau berjamaah, apakah dilengkapi dengan shalat-shalat sunnah dan seterusnya. Cukuplah dalam kondiri kerusakan yang parah ini ketika seseorang telah mau menikah secara sah. “Barang siapa yang menikah maka sungguh telah menyempurnakan separuh agamanya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam sebagian yang lain”.

Fenomena kerusakan moral ini juga diperparah dengan kemunculan para ulama buruk. Ulama yang menjual ilmunya dengan barang dunia. Ulama yang secara ilmu memang berbeda tetapi secara prilaku sama saja dengan mayoritas manusia. “Akan ada di akhir zaman para ahli ibadah yang goblok dan para pembaca (orang pandai) yang fasik (ndablek.jawa)”(HR Abu Nuaim dari Anas ra).

Fitnah Duhaima’ , fitnah seperti gelap malam yang semakin malam semakin gulita ini  akan terus berkembang dan bergelombang laksana ombak lautan sehingga akan terjadi kenyataan kebanyakan manusia tuli dan buta. Enggan mendengar dan memperhatikan saran dan nasehat serta ditambah dengan kemunculan para penyeru di pintu-pintu neraka. “Fitnah yang tuli dan buta yang di atasnya ada para penyeru di pintu-pintu neraka”(HR Abu Dawud no 4246).Kondisi ini kelak akan memunculkan seseorang di pagi hari beriman dan di sore hari menjadi kafir. Di sore hari masih beriman dan di pagi hari sudah kafir.naudzu billah. (lihat Abu Dawud 4262). Dalam situasi seperti inilah Dajjal akan muncul, sesuatu yang disebut oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai  seburuk-buruknya perkara yang dinantikan. Dalam situasi ini pula kelak akan ada sesuatu hal yang sangat menghebohkan seperti disebutkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

يَكُوْنُ فِى أُمَّتِي فَزْعَةٌ فَيَصِيْرُ النَّاسُ إِلَى عُلَمَائِهِمْ فَإِذَاهُمْ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ

“Akan ada sesuatu yang sangat menggegerkan hingga manusia datang kepada para ulama mereka. Ternyata mereka (para ulama) telah dirubah rupa menjadi kera-kera dan babi-babi"(HR al Hakim At Turmudzi dari Abu Umamah ra)

Mengomentari hadits ini Imam al Qurthubi berkata: "Para berilmu itu dirubah bentuknya atas kesalahan mereka merubah kebenaran dari arah aslinya, memalingkan teks-teks (al Kalim) dari tempat-tempatnya (makna aslinya yang benar) di mana hal ini mereka sebenarnya telah merubah (memalingkan) pandangan mata dan hati manusia dari melihat kebenaran yang karena itulah Allah merubah bentuk mereka sebagaimana mereka telah merubah perkara hak menjadi bathil".

Kerusakan moral yang begitu parah yang membuat keburukan hampir tidak bisa dibedakan dengan kebaikan menjadi salah satu alasan Rasulullah shallalahu alaihi wasallam mengumpamakan sebagian orang yang masih jeli dan teliti serta tetap berpegang teguh dengan agama sebagai laksana memegang bara api. Jika tetap dipegang maka resiko begitu berat tetapi bila dilepaskan maka bara api itu pasti mati yang karenanya barang siapa dalam kondisi yang sangat memperihatinkan tersebut mampu meneguhkan diri, tidak hanyut oleh suasana serta masih tetap istiqamah beribadah kepada Allah maka ia layak mendapatkan bonus besar seperti dijanjikan Rasulullaka shallallahu alaihi wasallam:

الْعِبَادَةُ فِى الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

“Ibadah pada masa campur baur (globalisasi) seperti berhijrah kepadaku” (HR Muslim).

4) Fitnah Dajjal

Dajjal, ikut wazan Fa’al berasal dari akar kata Dajl yang artinya menutupi yang karena itulah seorang pembohong ( Kadzdzab ) juga bisa disebut dengan Dajjal karena ia telah menutup kebenaran dengan kebatilan. Dajjal juga bermakna cairan emas yang digunakan untuk menyepuh sesuatu sehingga dari luar tampak emas meski sebenarnya adalah tembikar (Khozaf )( Lihat At Tadzkiroh Lil Qurthubi  no 659)

Jadi secara umum Dajjal adalah para pembohong yang memiliki kebiasaan memutarbalikkan fakta. Membuat hal penting menjadi tidak penting dan merubah hal besar menjadi hal kecil atau memperkecil hal yang semestinya besar. Dari pemahaman ini, siapapun baik pribadi atau instansi yang biasa menutupi kebenaran maka boleh disebut sebagai Dajjal. Fenomena menutupi kebenaran sehingga yang salah dikatakan benar dan benar dikatakan salah yang pelakunya disebutkan sebagai Dajjal ini merupakan salah satu tanda kiamat yang pernah dikabarkan oleh Rosululloh Shallallahu alaihi wasallam.

وَإِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِى أُمَّتِى كَذَّابُوْنَ ثَلاَثُوْنَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِى

“ Sesungguhnya akan ada 30 pembohong di kalangan umatku. Semuanya mengaku menjadi nabi padahal akulah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelahku" ( HR Abu Dawud 4 - 98 atau Turmudzi 9 – 63 dari Tsauban Maula Rosulillah SAW )

Dari Samurah bin Jundab ra sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:  “Tidak akan kiamat sebelum keluar tiga puluh pembohong yang akhirnya adalah Dajjal al A’war “ ( HR Ahmad – Bazzar ). Dari Hudzaifah ra Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya, “ Akan ada di kalangan umatku 27 pembohong  Dajjal. Di antara mereka ada empat wanita. Sesungguhnya aku penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku “ ( HR Ahmad ). Mengenai perbedaan angka ini Ibnu Hajar al Asqolani berkata:  "Sesungguhnya angka 30 disebut oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam hanya sebagai penggenapan bilangan yang pecah. Artinya angka 27 inilah yang lebih kuat seperti hadits riwayat Abu Hurairah ra yang artinya, “ Tidak akan kiamat sebelum dibangkitkan Dajjal para pembohong yang mendekati 30 yang semuanya mengaku sebagai nabi “ ( HR Bukhori Muslim )

Dajjal al A’war (buta sebelah) yang merupakan penutup Para Dajjal juga disebut oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan Masihudh Dhalalah untuk membedakannya dengan Isa al Masih. Penyematan al Masih untuk Dajjal karena sebelah matanya tidak bisa melihat (karena buta sebelah atau A’war) atau karena dalam waktu sebentar ia sudah bisa merambah (mengusap) bumi. Sungguh tiada seorang pun nabi kecuali  pasti memperingatkan umatnya akan bahaya Dajjal.

Demikianlah tahapan-tahapan dan jenis-jenis (Spektrum) fitnah keimanan di mana masing-masing memiliki bobot yang berbeda dan secara jelas juga disebutkan  dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

تَكُوْنُ فِى هَذِهِ اْلأُمَّةِ أَرْبَعُ فِتَنٍ فِى آخِرِهَا الْفَـنَاءُ

“Akan ada empat fitnah di umat ini yang pada akhirnya adalaj kiamat”( HR Abu Dawud/4241 dari Ibnu Mas’ud ra).

Hudzaifah ra berkata:

تَكُوْنُ ثَلاَثُ فِتَنٍ, الرَّابِعَةُ تَسُوْقُهُمُ الدَّجَّالُ الَّتِى تَرْمِي بِالنَّشَفِ وَالَّتِى تَرْمِي بِالرَّضْفِ وَالْمُظْلِمَةُ الَّتِي تَمُوْجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ

"Akan ada tiga fitnah dan yang keempat  akan menggiring mereka kepada Dajjal; yaitu fitnah yang melempar mereka dengan Nasyaf, fitnah yang melempar dengan Radhf dan fitnah yang gelap gulita yang  bergelombang laksana ombak lautan" (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf hadits no:38287)

Ya Allah lindungilah diriku, keluargaku dan seluruh saudaraku dari fitnah yang menampak dan yang terselubung. Amiin.


Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment