Pesan Ramadhan Untuk Pemimpin
Bulan Ramadhan adalah bulan di mana umat islam diwajibkan berpuasa pada siang hari dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Meski demikian, ada orang-orang yang justru dilarang berpuasa seperti wanita yang sedang haid atau nifas. Dan ada pula yang diperbolehkan tidak berpuasa karena dalam kondisi sakit atau sedang dalam perjalanan (safar).
...وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ , يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ...
“...dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan maka bisa menggantinya pada hari-hari yang lain. Allah berkehendak memudahkan kalian dan Dia tidak berkehendak menyulitkan kalian…”
Prinsip memberikan kemudahan dan tidak menyulitkan ini benar-benar dipegang teguh dan dijalankan secara utuh oleh Rasulullah Saw dalam kehidupan yang penuh perjuangan dalam berdakwah membina umat supaya mengenal Allah sebagaimana fakta berikut ini:
Meski sebenarnya bersiwak itu sangat penting dan memiliki manfaat dunia dan akhirat, akan tetapi Rasulullah Saw tidak mewajibkan kepada umat untuk bersiwak setiap kali hendak shalat karena khawatir memberatkan mereka .
Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan mengadu: “Sesungguhnya saya sengaja berangkat telat saat shalat subuh karena seseorang (imam) yang memperpanjang shalat kami”. Abu Mas’ud ra, perowi hadits ini mengatakan: “Maka aku tidak pernah menyaksikan Nabi Saw marah dalam memberikan nasehat seperti kemarahan beliau saat itu". Beliau bersabda: “ Sesungguhnya ada di antara kalian yang membuat orang-orang lari. Siapapun di antara kalian yang menjadi imam maka hendaknya memperpendek karena sesungguhnya di belakangnya (yaitu makmum) ada orang yang sudah tua, orang lemah atau orang yang memiliki hajat”
Pemimpin adalah khalifah Allah di muka bumi ini. Ia mendapatkan amanat dari Allah untuk memegang kepemimpinan, “Katakanlah: Wahai Tuhan yang memiliki kekuasaan, Engkau memberikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau mencabut kekuasaan itu dari orang yang Engkau kehendaki…” . Oleh karena itu seorang pemimpin yang baik yang dalam hatinya tumbuh keimanan kepada Allah dan Rasulullah Saw tentu sangat perlu mengerti akan hal tersebut bahwa Allah dan Rasulullah Saw senantiasa memudahkan umat manusia, sehingga iapun berusaha memberikan kemudahan kepada rakyat dalam segala sektor kehidupan. Mudah mendapatkan pekerjaan, memperoleh pendidikan yang layak, mudah mendapatkan layanan kesehatan yang baik dan berbagai bentuk kemudahan-kemudahan lain sehingga sang pemimpin termasuk figur yang disayang oleh Allah dan pasti akan banyak mendapatkan simpati dari masyarakat. Dengan tekad dan usaha maksimal untuk bisa memberikan kemudahan kepada masyarakat, maka akan banyak sekali problem yang terselesaikan sehingga pemimpin masuk dalam kategori figur yang disabdakan Rasulullah Saw:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ...
“Barang siapa yang melepaskan dari seorang beriman satu kesusahan dari berbagai kesusahan dunia maka Allah pasti akan melepaskan darinya satu kesusahan dari berbagai kesusahan akhirat. Barang siapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesusahan maka Allah pasti memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat…”
Selain berpuasa dan melakukan Qiyam ramadhan, pada bulan ini seorang muslim juga diajarkan supaya memperbanyak sedekah sebagaimana hadits-hadits berikut ini:
Anas bin Malik ra berkata: “Ditanyakan kepada Rasulullah Saw tentang puasa apakah yang paling utama setelah Ramadhan?” Beliau bersabda: “Sya’ban untuk memuliakan Ramadhan” “Lalu sedekah manakah yang paling utama?” beliau bersabda:
صَدَقَةٌ فِى رَمَضَانَ
“Sedekah di bulan Ramadhan”
Nabi Saw bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barang siapa memberikan buka puasa kepada orang yang berpuasa maka baginya seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang yang berpuasa”
Artinya dengan berpuasa sekaligus bersedekah kita diajarkan supaya menumbuhkan jiwa kedermawanan dalam diri kita. Khusus bagi seorang pemimpin, jiwa dermawan mutlak dibutuhkan karena jiwa yang dermawan menjadi modal untuk bisa memiliki hati yang peduli dan semangat untuk melayani masyarakat. Hanya dengan jiwa yang dermawan, seorang pemimpin akan betul-betul bisa menjadi sosok pelayan masyarakat. Rasulullah Saw bersabda:

سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ
“Pemimpin suatu bangsa adalah pelayan mereka” (HR al Khathib dari Ibnu Abbas)
Sayang sekali dalam sejarah dunia, sedikit sekali pemimpin yang bisa memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat. Kepemimpinan justru menjadi jalan mulus bagi sang pemimpin untuk memuaskan nafsu dan ego pribadinya sehingga karena itu ada sekian banyak kehancuran. Allah azza wajalla telah memberikan peringatan akan bahaya kemimpinan yang dijadikan sebagai sarana pemuas keserakahan. Dia berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوْا فِى اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوْا أَرْحَامَكُمْ. أُولئِكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَي أَبْصَارضهُمْ
“Maka apakah kiranya jika kalian berkuasa, kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah dan ditulikan telinganya serta dibutakan penglihatannya”
Seorang pemimpin baru bisa memberikan kemudahan dan solusi yang tepat jika telah mengetahui kesulitan atau memberikan pelayanan yang sesuai jika mengerti akan kebutuhan masyarakat yang dipimpin. Hal ini menuntut seorang pemimpin untuk secara langsung terjun ke bawah guna melihat dan mendengar keluhan masyarakat. Hal seperti inilah yang telah dilakukan oleh para pemimpin adil dan sukses seperti Sayyidina Umar ra sebagaimana ketika beliau berkeliling di tengah malam sehingga mendapatkan seorang ibu yang sedang sibuk memasak batu sekedar untuk menenangkan puterinya yang menangis karena lapar. Atau juga mendapatkan seorang wanita yang sedang gelisah karena kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi. Keesokan hari, Umar ra pun bertanya dan mendapatkan informasi bahwa suami wanita tersebut telah lama bergabung dengan pasukan islam yang sedang berjuang menaklukkan Iraq. Umar ra pun terus menggali informasi sehingga akhirnya memutuskan untuk menarik kembali pasukan yang telah bertugas selama empat bulan.
Dengan memberikan kemudahan dan pelayanan kepada rakyat berarti seorang pemimpin telah membuktikan diri sebagai seorang figur yang menginginkan masyarakat yang dipimpinnya mendapatkan kebaikan. Ini berarti ia terlepas dari ancaman Rasulullah Saw:
مَا مِنْ أَمِيْرٍ يَلِي أَمْرَ الْمُسْلِمِيْنَ ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنْصَحُ إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ
“Tiada seorang pemimpin yang menguasai urusan kaum muslimin kemudian ia tidak berusaha keras demi mereka dan bermaksud baik (untuk mereka) kecuali ia tidak akan pernah masuk surga bersama mereka”
Bulan puasa memberikan kesempatan kepada umat islam, termasuk para pemimpinnya agar berlatih menjadi manusia yang jujur dalam berkata-kata, karena dalam puasa kita diancam kehilangan pahala jika berkata bohong. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Puasa adalah tameng sebagaimana tameng salah seorang dari kalian selama tidak merobeknya dengan kebohongan dan menggunjing” (HR Ahmad).
Mengapa harus berkata jujur? karena berkata jujur menjadi modal lurusnya perilaku. Sebaliknya kata-kata bohong menyebabkan seseorang susah berbuat baik dan justru terseret melakukan tindakan jahat. Rasulullah Saw bersabda: : “Tetapilah oleh kalian kejujuran, sebab kejujuran menuntun kepada bisa berbuat kebaikan…Waspadailah oleh kalian kebohongan, sebab kebohongan menuntun kepada perbuatan nista…” Muttafaq alaih.
Dan di antara posisi atau kesempatan yang berpeluang mendorong kepada kebohongan adalah posisi sebagai seorang pemimpin. Oleh karena itu pemimpin harus betul-betul berusaha menjadi manusia yang jujur dalam berbicara, jangan pernah berbohong kepada rakyatanya. Rasulullah Saw memberikan peringatan:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tiada seorang hamba yang diberikan oleh Allah wewenang memimpin rakyat, kemudian saat hari meninggalnya, ia meninggal dalam keadaan berbohong kepada rakyat kecuali Allah mengharamkan surga atasnya”
Blogger Comment
Facebook Comment