Nguwongno Uwong
Siapapun “diuwongno” dengan cara yang berbeda-beda. Ada Hak Ahlul Ilmi wal Fadli karena ilmu dan keutamaanya yang berbeda dengan orang lain. Semua harus “diuwongno” walaupun itu pembantu ataupun murid. Nabi Bersabda :
إِخْوَانُكُم خَوَلُكُم
"Orang-rang yang membantumu adalah keluargamu". Karena dengan Khobar muqoddam maka ada tekanan makna…. Iku ngono dulurmuyo , pembantu-pembantumu. Dalam praktenya raosululloh mengajarkan agar kita mengusahakan pembantu makan bersama kita. Karena jasanya semua pekerjaan kita bisa terselesaikan. Bukan masalah seberapa uang atau upah yang kita berikan tetapi cara kita nguwono uwong. Dengan ini terdapat anjuran untuk merendahkan hati yang kaitannya dengan Surat Mujadilah ayat 9.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
"Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan."
Abuya kalau tidak nguwongno uwong, ora bakal nyukupi segala kebutuhan santri mulai dari berangkat, makan, minum, ilmu, jajan yang tidak hanya 1 atau 2 tahun. Sekarang malah sampai 15 tahun . Bukan dilihat dari sisi tukang sapunya malainkan dilihat dari sisi Khidmahnya yang sudah tentu telah melewati fase hilang egonya yang mana hanya tersisa ketawadhuannya. Kiyai ikut kerja bakti (nungguni) tapi santrine pulang dulu, ada apa ndak ?. Kiyaine nyiram eeknya, daripada repot panggil-panggil ya di siram sendiri. Bukan ego yang keluar. Inilah salah satu sisi praktek Ngewongno Uwong.

Saidina Fudail Bin Iyyab berkata “Banyak orang menjadi wali karena Sakhowatun Nafsi, salamatusshodri (ora duwe ati rii), Rohmah bil Ummah”.
Dalam Hadits ini adalah ringkasan yang menjadi pokok bahasan adalah “Anzilin Nasi manazilahum”. Beliau (Abu Dawud) tidak komentar tentang Hadits ini sampai level munqoti yang bisa digunakan sebagai motivasi atau untuk menakut-nakuti.
Contoh lain ngewongno uwong adalah ketika kita bertemu dengan “orang gendeng” yang tidak ada ciptaan Alloh itu sia-sia. Dalam hati kita harus mayakini bahwa mereka bebas dari hisab. Ketika melihat anjing, muncul di hati kita “hewan lebih enak, karena setelah qisos dilakukan, merekan akan menjadi lebune surga” sedangkan kita belum tentu masuk surga, bagaimana kalo kita malah masuk neraka ?. Bukankan kecelakaan bagi kita manakala kita merasa berbangga diri dan meremehkan orang yang sudah bertaubat ?.
Ibnu Shilah berpendapat :
قال ابن الصلاح : ادرك هو المغيرة بن شعبة ومات المغيرة قبل عائشة
“Beliau (Maimun ) bertemu dengan Mughiroh bin Syu’bah (yang temasuk Shohabat) dan Mughiroh meninggal sebelum ‘Aisyah”. Salah satu adab seseorang adalah tidak mendahului orang tua yang berjalan di depannya seperti yang dilakukan oleh Sayyidina Ali yang tidak mendahuli seorang Yahudi saat berjalan di depannya. Sesampainya di Masjid beliau masih menemukan Rosululloh masih Rukuk.
Fenomena Akhir Zaman : Al-qur'an hanya dilidah.
Seorang yang hafal Al Qur’an disebut Hamilulqur’an (memikul beratnya Al Qur’an), jadi kalau sudah hafal Al Qur’an jangan senang karena yang sulih adalah menjaganya. Ia adalah kalamulloh yang harus ditafsiri dengan kedalaman ilmu dan keahlian ilmu agama. Bila ia ditafsiri dengan fikiran sendiri maka harus “siap-siap mengkafling neraka” karena ia termasuk orang yang “al Gholifiddin wal jaafi anhu ” orang-orang keterlaluan atau berlebihan. Dari sisi ia selalu membaca tetapi hati mereka jauh dari memahaminya dalam kalbu.
NGEWONGNO UWONG
Kalo kita berbeda dalam menjamu seseorang maka ditakutkan akan melukai seseorang. Memang ini berat untuk dilakukan yang memerlukan tazkiyatunnafsi sehingga kita perlu berproses untuk ini. Dalam kaitanya dengan memulaikan seseorang yang mempunyai keutamaan, Alloh berfirman dalam surat AL Mujadillah:
Asbabun Nuzul : saat Rosululloh akan memulai majelis ilmu, orang-orang sudah menunggu dan berdesak-desakan. Keti ta’lim sudah dimulai, datanglah Alhu Badr (AHlulfdl) sedangkan majelis sudah berjejalan. Rasululloh mempersilahkan mereka mendekat. Shohabat yang disekitar Rosululloh enggan untuk pindah karena saking cintanya pada Nabi. Beberapa orang disuruh berdiri namun pada enggan.
Kalau seseorang mau “ngewongno uwong” maka “yafsahillahu lau” apalagi mau mengalah (terlebih bagi mereka yang berilmu ) maka “yarfaillahu lahu darojaat”. Sooo… NGEWONGNO UWONG DADI SEBABE MENDAPATKAN KELAPANGAN HIDUP, NGALAH IKU DADI SEBAB DIANGKAT DERAJATE.
Imam Rifa’i (termasuk Sholihin wal Auliya) membangun pondok dan majelis ilmu di suatu lahan mati . Jadilah lokasi itu ramai. Tiba-tiba datang seseorang yang marah-marah karena tanahnya dimanfaatkan. Ia ngomel-ngomel tetapi hanya ditanggapi Imam Rifa’i dengan diam. Ketika selesai marah-marah, beliau menjawab “silahkan ambil kembali tanahmu beserta bangunan di atasnya”. Karena sikap ini luluhlah hati pemilik tanah sehingga ia menyerahkan tanah itu pada Imam Rifa’i
ORA NGGELAKNO
“Ojo dilungguhi antarane wong 2 kecuali ono ijine wang 2 iku”. Agar jangan sampai membuat sesama muslim “Gelo”. Sebuah harga diri yang dimiliki setiap insan, bila dibuat kecewa maka muncul “sungune”.
Blogger Comment
Facebook Comment