Hidup itu antara Syukur dan Sabar

Hidup itu antara Syukur dan Sabar


Dikatakan Syukur dan syukur manakala : Ia melihat orang yang lebih alim dari segi agama sehingga ia mau mengikutinya dan Ia melihat orang yang lebih rendah hartanya agar ia bersyukur Sedangkan orang yang tidak Syukur dan Sabar adalah Ia melihat orang yang lebih rendah ilmunya dari segi agama dan melihat orang yang lebih tinggi hartanya sehingga selalu susah.

Intinya, Kita harus pandai-pandai bersyukur. Kalau melihat “warofa’na ba’dhokum Fauqo ba’dhin” berarti semua kekayaan adalah kehendak Alloh. Hanya Alloh yang berhak menambah dan mengurangi rizki seseorang. Kalaupun ada kelebihan pada kita, tidak boleh kita sombong sebab semua atas kehendak Alloh. Andai kita berlebihan, nyatanya kita juga butuh mereka sebab punya kelebihan.  Kita butuh tukang sapu atau pembantu. Jadi jangan memandang remeh seseorang tapi lihatlah butuhnya kita pada keahlian yang mereka miliki. Ini menunjukkan dia lebih dari kira dari sisi lain.

Sayyidina Ali berkata : “Qimatul mar’i mayuhsinuh", dengan sikap tersebut seseorang akan merasa optimis dan tidak minder sebab setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Orang tulipun punya kelebihan apalagi cuma masalah “tukang sapu atau tukang bangunan”. Jangan minder kalau punya kekurangan.

Nurul HaromainSedangkan di sisi Alloh, baik tidaknya adalah dari segi ketaqwaannya. Bisa jadi seorang pembantu di dunia yang mendapat derajat rendah bisa jadi akan mendapat derajat lebih tinggi dari pada majikannya  kelak di akhirat.

Seorang kiyai juga bisa sombong (suka ngelokkno) sedangkan santri yang ketika nyantri sangat goblok (pancene goblok) tetapi karena ia mbetahi, ora benci gurune dan tetap ingin khidmah makanya ketika muleh…. Dadi kiyai. Secara kejiwaan santri mungkin sekali minder, Bisa jadi karena digoblokkan itu ia masuk pada golongan orang dalam ayat “wa asaa antakrohu syaian wa huwa khoirollakum”. Abuya : Kiyai yang selalu menyenangkan santrinya, Makan, minum, biaya hidup, sangu semuanya ditangung.

Semua Sudah Ada Catatannya

Kenapa kita harus Susah atau kecewa pada hal yang belum bisa kita dapatkan ? Toh Alloh jauh-jauh hari telah berfirman :

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ   لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور

"Tiada suatu bencanapun  yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira  terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."(Al Hadid 22-23).

Semua macam musibah di dunia ini semunya telah ditulis di lauhil mahfudz. Sudah ada catatannya yang erat kaitannya dengan “مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ …. Fabima kasabat Aidinnas ”. lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim?. ya sudah ditulis, tinggal menjalani saja, opo jarene Alloh. Kalau sudah tahu seperti itu,yang muncul : Innalillahi wa inna ilaihi roojiun. Gak usah susah-susah gelisah  (wong sudah ada catatane),

Kalaupun ada kenikmatan atau kesenangan, maka tidak menjadi sombong, berbangga diri dan meremehkan orang lain, sebab di akhir ayat disebutkan “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”, toh semua sudah ada catatannya. Di ayat lain ada larangan “fabi dzalika fal yafrohu..” “Bergembiralah dengan anugrah Alloh karena anda bisa mensyukuri." .

Bagaimana cara mensyukurinya ?

Cara bersyukur adalah dengan mau berbagi. Dapat uang 1 M, mau berbagi dengan ngundang selametan atau bagi uang sepuluh ribulah. Kalau punya ilmu ya ditularkan ilmunya. Bisa juga dengan jabatan untuk mengasihi orang lemah. Bahkan nyenengno uwong lewat wajah yang sumeh atau berseri-seri dan menyapa adalah berbagi. Memaafkan orang juga berbagi karena orang menjadi senang. Kesimpulannya, kalau anda ingin hidup senang dan tenang ? Senanglah Berbagilah. Tenang ini bisa tercipta karena lancar dan barokah.

Lihatlah pada orang yang di bawah kamu , dan jangan melihat orang yang di atas kamu (untuk urusan dunia) karena hal itu lebih layak dilakukan. Jangan sampai meremahkan Nikmat Alloh walaupun itu nasi (karak = nasi yang sudah dijemur).

Itulah mengapa kita harus mengeleti tangan setelah makan sebagai wujud syukur kita pada makanan yang nempel di tangan. Dari sulitnya mencari rizki, tahu-tahu membuangnya percuma. Kecuali kalau sambelnya ada madhorot di dalamnya. Kalau tersisa, jangan langsung dibuang, tahan dulu hingga jadi aking (karak) entah dimakan atau tidak atau nunggu basi dulu baru dibuang. Kalau punya Warung makan ? Ia harus imbang antara gampang membuang dengan gampang berinfaq agar berkah.

Formulasi Syukur

Syukur itu terajut dari 3 hal :

  1. Ilmu, Tahu bahwa nikmat itu dari Alloh. Tidak beda antara dapat nikmat 1.000 atau 100.000 semua dari Alloh sehingga harus disyukuri.
  2. Hal atau kondisi kita ketika mendapatkan kenikmatan, tersebut harus gembira pada nikmat yang didapat, alhamdulillah, barange tidak hilang. Kalaupun sampai hilang : Al Hamdulillah shodaqoh tanpo memberi. Pasti ada gantinya. Kita itu tidak ada apa-apa sudah dicukupi Alloh, apalagi kalau kita diuji ? Pasti akan ada apa-apa yang akan kita terima. Syaratnya : Pasrah kembali pada Allah.
  3. Beramal, melakukan sesuatu yang menjadi tujuan alloh memberikan kenikmatan itu.
Jangan Tabdzir, Isrof, undat-undat, medit sebab Alloh gak seneng.


Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment