Promosi Kebaikan
Allah azza wajalla berfirman:
وَرَفَعْــــنَا لَكَ ذِكْرَكَ
“Dan sesungguhnya Kami telah meninggikan untukmu sebutanmu” (QS Alam Nasyrah: 4)
Analisa Ayat

Dikatakan pula bahwa bahwa maksud ayat ini adalah: "Kami meninggikan sebutanmu di kalangan malaikat yang berada di langit, di kalangan kaum beriman di bumi dan Kami meninggikan sebutanmu di akhirat dengan maqam mahmud dan derajat-derajat mulia yang Kami berikan"
Di antara tafsiran dari ayat ini lagi adalah bahwa Allah meninggikan sebutan Rasulullah Saw dengan menyebutkan beliau dalam kitab-kitab terdahulu yang pernah diturunkan kepada para nabi sebelumnya. Allah berfirman:
...الَّذِى يَجِدُوْنَهُ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ...
“...yang (nama dan ciri-cirinya) mereka dapati tertulis dalam taurat dan injil...”
Terkait nama beliau dalam Taurat dan Injil maka seperti disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Namaku dalam Alqur’an adalah Muhammad, dalam Injil adalah Ahmad dan dalam Taurat adalah Ahid”.
Adapun ciri-ciri beliau dalam Taurat maka seperti diriwayatkan Atha’ bin Abi Yasar: "Aku bertemu dengan Amar bin Ash ra dan meminta: “Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasulullah Saw dalam Taurat!” Amar ra berkata: “Ia, demi Allah sesungguhnya beliau disifati dalam Taurat seperti sebagian sifat beliau dalam Alqur’an, “Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan...” , sebagai gedung simpanan bagi umat yang ummi, engkau adalah hambaKu dan utusanKu, Aku menamakanmu Mutawakkil...”."
Rasulullah Saw sebagaimana para nabi lain alaihimussalaam adalah manusia yang diutus oleh Allah untuk mengemban misi risalah, berdakwah mengajak manusia menyembah Allah. Selain sebagai manusia yang memang diproduk khusus oleh Allah dengan segala macam keistimewaan yang tidak pernah dimiliki oleh manusia biasa yang lain, Allah azza wajalla, jauh sebelum beliau dilahirkan, telah mengenalkan beliau kepada para malaikat, kepada Nabi Adam as dan seluruh nabi sehingga tidak ada dari para nabi kecuali pasti menyebutkan kepada umatnya bahwa kelak di akhir zaman akan muncul seorang nabi penutup para nabi yang dilahirkan di Makkah dan berhijrah ke Madinah.
Jadi dalam bahasa bisnis, Rasulullah Muhammad Saw adalah ibarat produk unggulan yang sangat istimewa yang kemudian dikenalkan kepada publik dengan promosi besar-besaran dan iklan terus menerus sehingga produk ini dikenal secara luas dan mendunia. Hal tersebut sangat dimaklumi karena memang Rasulullah Muhammad Saw bukan sekedar diutus kepada golongan tertentu, tetapi diutus kepada seluruh umat manusia; arab dan non arab.
Tugas para nabi adalah dakwah maka bagi kita yang sudah bertekad mengisi kehidupan dengan mengikuti jejak langkah mereka harus pula memahami bagaimana dakwah yang mereka lakukan bisa sukses. Jika para nabi adalah manusia yang diproduk secara khusus, maka seorang da’i semestinya juga memperoleh pembinaan secara khusus. Diperlukan sebuah instansi yang bisa melatih, membina dan mencetak figur seorang da’i. Banyak sekali contoh yang bisa diungkapkan betapa ketika dakwah dilakukan oleh seorang da’i yang tidak terlatih maka dakwah tersebut menemui kegagalan. Jika Rasulullah Saw saja dipromosikan oleh Allah dalam rentang waktu yang begitu panjang maka kita para da’i juga harus dilengkapi dengan promosi agar dakwah kita diimani oleh umat. Ketika mendengar keluhan kami yang sudah mulai muncul sedikit kelelahan karena telah melewatkan waktu delapan tahun berkeliling dari satu kota ke kota lain untuk mengajar maka guru kami Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki mengatakan: “Ini adalah sesuatu yang harus dilakukan, periode mengenalkan dakwah, sehingga sampai sepuluh tahun”
Berbagai macam promosi bisa kita peroleh yang salah satunya adalah bergabung dengan jamaah dakwah. Berdasarkan hal inilah sebuah tanggung jawab bagi semua anggota jamaah adalah mengenalkan dan mempromosikan dakwah dan da’i yang bergabung dalam jamaah, karena kebesaran dakwah dan da’i akan lebih mudah terwujud dengan adanya promosi. Tentu saja promosi ini dilakukan bukan karena tujuan mencari popularitas sebuah jamaah dakwah dan da’inya. Akan tetapi, sekali lagi, agar umat mengenal dan beriman kepada dakwah.
Meski demikian, hal yang perlu untuk selalu diingat adalah bahwa kharisma yang muncul karena promosi tidak lebih hanyalah kekuatan nisbi (kulit) yang apabila promosi berhenti maka kharisma itupun akan pudar. Oleh karena itu seorang da’i dan sebuah jamaah dakwah harus memiliki kharisma yang hakiki yang tidak lain adalah kekuatan hubungan dengan Allah. Melalui kekuatan hubungan dengan Allah, seorang da’i dan dakwahnya pasti akan dipromosikan sendiri oleh Allah azza wajalla sebagaimana dalam firmanNya:
...سِيْمَاهُمْ فِى وُجُوْهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُوْدِ...
=والله يتولي الجميع برعايته=
Blogger Comment
Facebook Comment