Kekuatan Penolakan dari Allah Ta’ala

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
(قُوَّةُ الدَّفْعِ مِنْ عِنْدِ اللهِ تَعَالَى)

قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : وَلَوْلَا دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وِلكِنَّ اللهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِيْنَ  البقرة:251
مَعْنَي الْآيَةِ
إِنَّهُ لَوْلَا وُقُوْعُ دَفْعِ بَعْضِ النَّاسِ بَعْضًا آخَرَ عَنِ الـْحَقِّ وَالْمَصْلَحَةِ بِتَكْوِيْنِ اللهِ وَإِبْدَاعِهِ قُوَّةَ الدَّفْعِ وَبَوَاعِثَهُ فِى الدَّافِعِ هُوَ الْمَانِعُ مِنْ فَسَادِ الْأَرْضِ اي هُوَ سَبَبُ بَقَاءِ الـْحَقِّ وَبَقَاءِ الصَّلَاحِ . وَإِنـَّمَا أُسْنِدَ إِلَى اللهِ تَعَالي لِأَنَّهُ هُوَ الَّذِي قَدَّرَهُ وَقَدَّرَ أَسْبَابَهُ مِنْ بَابِ: [وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلكِنَّ اللهَ رَمَي]الأنفال:17. وَذلِكَ لِأَنَّ اللهَ خَالِقَ هذِهِ الْأَكْوَانِ لَا يُحِبُّ فَسَادَهَا وَقَدْ تَقَدَّمَ تَفْسِيْرُ قَوْلِهِ تَعَالى:[وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ] البقرة:205. فَأَوْدَعَ فِى أَفْرَادِهَا سُنَنًا دَلَّتْ عَلَى أَنَّ مُرَادَ اللهِ بَقَاؤُهَا إِلَى أَمَدٍ أَرَادَهُ . وَمِنْهَا دَفْعُ النَّاسِ بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَهُوَ الْمُعَبَّرُ عَنْهُ: (بِنَظَرِيَّةِ تَنَازُعِ الْبَقَاءِ) وَإِلَى هذَا يُشِيْرُ اللهُ تَعَالى بِقَوْلِه:[... فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ] الرعد:17. اي إِنَّ سُنَّةَ اللهِ أَنْ يَقْذِفَ زَبَدَ الْبَاطِلِ الضَّارِّ بِالْمُجْتَمَعِ وَيَـمْحُوَهُ مِنَ الْوُجُوْدِ وَيُبْقِيَ الـْحَقَّ النَّافِعَ الَّذِي يَنْمُوْ فِيْهِ عُمْرَانُ الْحَيَاةِ وَيُحْفَظُ بِهِ الـْخَلْقُ مِنْ عَنَاصِرِ الظُّلْمِ وَالْفَسَادِ حَتّي يَتَغَلَّبَ الـْخَيْرُ عَلَى الشَّرِّ وَالـْحَقُّ عَلَى الْبَاطِلِ وَلَا يَزَالُ هَذا سُنَّةَ الْوُجُوْدِ مَا بَقِيَ الْإِنْسَانُ عَلَى ظَهْرِ الْبَسِيْطَةِ .
وَالْآيَةُ مَسُوْقَةٌ مَسَاقَ الْإِمْتِنَانِ فَلِذلِكَ قَالَ: (لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ) لِأَنَّا لَا نُحِبُّ فَسَادَ الْأَرْضِ إِذْ فِى فَسَادِهَا بِمَعْني فَسَادِ مَا عَلَيْهَا اخْتِلَالُ نِظَامِنَا وَذَهَابُ أَسْبَابِ سَعَادَتِنَا وَلِذلِكَ عَقَّبَهُ بِقَوْلِه: [وِلكِنَّ اللهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِيْنَ] حَيْثُ يُسَلِّطُ عَلَى الظَّالـِمِ مَنْ يُبِيْدُهُ وَيُهْلِكُهُ فَإِذَا نَبَتَ ظَالـِمٌ آخَرُ أَرْسَلَ لَهُ مَنْ يَفْتِكُ بِهِ وَهكَذَا يَنْصُرُ اللهُ رُسُلَهُ بِالْغَيْبِ .
وَأَعْظَمُ مَظَاهِرِ هذَا الدَّفْعِ هُوَ الـْحُرُوْبُ فَبِالْـحـَرْبِ الْجـَائِرَةِ يَطْلُبُ الْمُحَارِبُ غَصْبَ مَنَافِعِ غَيْرِهِ وَبِالـْحَرْبِ الْعَادِلَةِ يَنْتَصِفُ الْمُحِقُّ مِنَ الْمُبْطِلِ وَلِأَجْلِهَا تَتَأَلَّفُ الْعَصَبِيَّاتُ وَالدَّعَوَاتُ إِلَى الـْحَقِّ وَالْإِنْحَاءِ عَلَى الظَّالِمِيْنَ وَهَزْمِ الْكَافِرِيْنَ وَالـْحَرْبُ سِجَالٌ يَوْمٌ لَنَا وَيَوْمٌ عَلَيْنَا حَتَّي يَقْضِيَ اللهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا[وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا] – الإسراء:81.
وَمِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى الَّتِي تَتَعَلَّقُ بـِهذَا الْبَابِ: الْمُقْسِطُ بـِمَعْنَي الْعَادِلِ فِى الْحُكْمِ وَالْمُنْصِفِ لِلْمَظْلُوْمِيْنَ .  وَهُنَاكَ تَفْسِيْرٌ آخَرُ لـِهذِهِ الْآيَةِ لَا بَأْسَ بِتَذْيِيْلِهِ كَالتَّالِي:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنَّ للهِ مَلَائِكَةً تُنَادِيْ كُلَّ يَوْمٍ لَوْلَا عِبَادٌ رُكَّعٌ وَأَطْفَالٌ رُضَّعٌ وَبـَهَائِمُ رُتَّعٌ لَصُبَّ عَلَيْكُمُ الْعَذَابُ صَبًّا) خَرَّجَهُ أَبُوْ بَكْرٍ الْخَطِيْبُ .
أَخَذَ بَعْضُهُمْ هذا الْمَعْني فَقَالَ:
لَوْلَا عِبَادٌ لِلْإِلهِ رُكَّعُ وَصِبْيَةٌ مِنَ الْيَتَامي رُضَّعُ
وَمُهْمَلاَتٌ فِى الْفَلَاةِ رُتَّعُ صُبَّ عَلَيْكُمُ الْعَذَابُ الْأَوْجَعُ
رَوَي جَابِرٌ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
(إِنَّ اللهَ لَيُصْلِحُ بِصَلَاحِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ وَلَدَهُ وَوَلَدَ وَلَدِهِ وَأَهْلَ دُوَيْرَتِهِ وَدُوَيْرَاتٍ حَوْلَهُ فَلَا يَزَالُوْنَ فِى حِفْظِ اللهِ مَا دَامَ فِيْهِمْ)
قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (إِنَّ اللهَ لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ الصَّالـِحِ عن مِائَةٍ أَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِهِ الْبَلَاءَ)
وَحَكَي مَكِّيٌّ أَنَّ أَكْثَرَ الْمُفَسِّرِيْنَ عَلَى أَنَّ الْمَعْنَي:
لَوْلَا أَنَّ اللهَ يَدْفَعُ بـِمَنْ يُصَلِّى عَمَّنْ لَا يُصَلِّى وَبِمَنْ يَتَّقِي عَمَّنْ لَا يَتَّقِي لَأَهْلَكَ النَّاسَ بِذُنُوْبِهِمْ . وَكَذا ذَكَرَ النَّحَّاسُ وَالثَّعْلَبِي أَيْضًا .
وَقِيْلَ هذَا الدَّفْعُ بـِمَا شُرِعَ عَلَى أَلْسِنَةِ الرُّسُلِ مِنَ الشَّرَائِعِ وَلَوْلَا ذلِكَ لَتَسَالَبَ النَّاسُ وَتَنَاهَبُوْا وَهَلَكُوْا . وَهذَا قَوْلٌ حَسَنٌ فَإِنَّهُ عُمُوْمٌ فِى الْكَفِّ وَالدَّفْعِ وَغَيْرِ ذلِكَ .

=وَاللهُ يَتَوَلَّي الْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=

  :مراجع التفاسير
التحرير والتنوير لابن عاشور
تفسير المراغي
التفسير الواضح لمحمد محمود حجازي
تفسير القرطبي
تفسير المنار لرشيد رضا



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Kekuatan Penolakan dari Allah Ta’ala


Allah tabaaraka wata’aala berfirman : “Andai bukan karena penolakan Allah atas  sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai anugerah (yang dicurahkan) atas semesta alam” (QS al Baqarah:251)

Makna Ayat

Sesungguhnya jika tidak terjadi penolakan sebagian manusia atas sebagian yang lain demi kebenaran dan  kebaikan dengan menggunakan kekuatan dan dorongan-dorongan penolakan yang diciptakan oleh Allah ta’ala dalam diri orang yang melakukan penolakan (niscaya bumi akan rusak). Hal itulah yang mencegah terjadinya kerusakan bumi. Artinya hal itulah yang menjadi sebab kebenaran dan kebaikan lestari.

Penolakan disandarkan kepada Allah ta’ala karena sesungguhnya Dia-lah Dzat yang mentakdirkannya serta mentakdirkan sebab-sebabnya, sebagaimana dalam firmanNya: “...dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar ...“ (QS al Anfaal:17)

Hal demikian karena Allah Sang Pencipta tidak suka apabila alam raya ini mengalami kebinasaan, sebagaimana dalam tafsir ayat terdahulu; “Dan apabila ia berkuasa, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan“ (QS al Baqarah:205), maka Dia pun menciptakan aturan-aturan (sunnah-sunnah) yang menunjukkan sesungguhnya kehendak Allah ta’ala adalah lestarinya alam raya sampai pada suatu garis masa yang dikehendaki oleh-Nya. Di antara aturan itu adalah penolakan sebagian manusia atas sebagian yang lain. Inilah yang disebut dengan, “Cara Pandang Saling Berebut untuk Mempertahankan Eksistensi” yang diisyaratkan oleh Allah ta’ala dalam firmanNya:  “...Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan“ (QS Ar ra’d:17)

Maksudnya bahwa sesungguhnya sunnah Allah ta’ala adalah menyingkirkan dan menghapus buih kebatilan yang berbahaya bagi masyarakat serta menetapkan  kebenaran yang bermanfaat sebagai dasar peningkatan kesejahteraan alam, sekaligus sebagai perlindungan bagi makhluk dari segala unsur kezaliman dan kerusakan, sehingga kebaikan bisa menang atas keburukan dan kebenaran bisa mengalahkan kebatilan. Inilah sunnah kehidupan yang senantiasa akan berjalan selama manusia masih berada di muka bumi.

Ayat di atas dimunculkan sebagai penggugah kesadaran akan adanya sebuah anugerah. Oleh sebab itulah Allah ta’ala berfirman : “…pasti rusaklah bumi ini…”, karena sesungguhnya kita tidak menginginkan kerusakan bumi, sebab jika bumi atau apa yang ada di muka bumi rusak maka terjadilah kesemrawutan sebagai ganti keteraturan dan hilang pula sarana-sarana kesejahteraan kita. Inilah hikmah ayat di atas diakhiri dengan  firman-Nya: “…Tetapi Allah mempunyai anugerah (yang dicurahkan) atas semesta alam”, yaitu Dia memberikan kekuasaan kepada seseorang untuk melumat dan menghancurkan orang zhalim. Jika muncul kembali satu orang zhalim maka Dia pun mengutus lagi orang yang akan menghentikannya. Demikianlah Allah ta’ala menolong para utusan-Nya secara gaib.

Bentuk terbesar dari penolakan ini adalah peperangan-peperangan. Dengan peperangan yang menyimpang seseorang berperang untuk merampas kebaikan-kebaikan yang dimiliki orang lain. Sementara dengan peperangan yang benar orang yang benar berperang demi menuntut keadilan kepada orang yang salah. Demi ini semua terajutlah fanatisme dan seruan-seruan kepada kebenaran, menyingkirkan orang-orang zhalim serta mengusir orang-orang kafir. Perang silih berganti, hari ini kita menang dan pada hari lain kita kalah sampai Allah ta’ala melaksanakan urusan yang mesti dilaksanakan.”Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”(QS al Isra’:81)

Di antara nama-nama Allah ta’ala yang terkait dengan masalah ini adalah al Muqsith yang artinya adil dalam memutuskan dan memberikan kesadaran untuk menolong orang-orang yang teraniaya.

Ayat di atas juga memiliki tafsiran lain yang kiranya tidak masalah dicantumkan di sini sebagaimana berikut ini :

  • Dari Nabi Saw. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang menyeru setiap hari; “Andai tidak ada para hamba yang ruku’, bocah-bocah yang menyusu dan binatang-binatang ternak yang merumput, niscaya adzab ditimpakan atas kalian secara bertubi-tubi” (HR Abu Bakar al Khathib)

Terinspirasi hadits ini, sebagian ulama menggubah syair:

Andai bukan karena hamba-hamba yang ruku’ kepada Allah,
bocah-bocah yatim yang menyusu,
dan hewan-hewan ternak yang dibiarkan merumput di tanah lapang,
niscaya ditimpakan atas kalian siksaan yang sangat menyakitkan

  • Jabir ra meriwayatkan sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya sebab keshalehan seseorang, Allah ta’ala memperbaiki kondisi anaknya, cucunya, anggota keluarganya dan (para penghuni) rumah-rumah di sekitarnya. Mereka senantiasa dalam perlindungan Allah selama orang tersebut berada di antara mereka”
  • Ibnu Umar ra berkata. Nabi Saw bersabda : “Sebab satu orang muslim yang shaleh, sesungguhnya Allah benar-benar akan menolak bencana dari 100 keluarga dari para tetangganya”
  • Imam Makkiyy meriwayatkan bahwa mayoritas ahli tafsir memberi makna ayat di atas : “Andai saja Allah ta’ala tidak menolak bencana dari orang yang tidak shalat sebab masih ada orang yang shalat, dan dari orang yang tidak bertakwa sebab masih ada orang yang bertakwa, niscaya Dia akan membinasakan manusia sebab dosa-dosa mereka” Demikianlah sebagaimana disebutkan pula oleh Imam An Nahhas dan Imam At Tsa’labi.
  • Dikatakan bahwa maksud penolakan ini sebab adanya syariat-syariat yang disyariatkan melalui lisan para utusan . Andai bukan karena hal itu niscaya manusia akan saling merampas dan saling merampok  sehingga merekapun mengalami kehancuran.

Ini adalah penjelasan yang baik yang memang bersifat umum mencakup pencegahan, penolakan dan sebagainya.


=وَاللهُ يَتَوَلَّي الْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=



Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment