Berdakwah itu Anugerah

Berdakwah itu Anugerah

Allah azza wajalla  berfirman :

قَالَ يَا مُوْسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِيْ  وَبِكَلاَمِيْ  فَخُذْ مَآءَاتَيْتُكَ وَكُنْ مِّنَ الشَّاكِرِيْنَ

“Allah berfirman, ‘Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku. Sebab itu, ambil-lah (berpegang teguhlah kepada) apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu menjadi termasuk orang-orang yang bersyukur.” QS Al A’raaf: 144

Analisa Ayat

Nurul HaromainKehendak Allah menggariskan adanya tingkat yang tidak sama dalam segala bentuk ciptaan-Nya. Ada orang miskin, orang kaya dan orang lebih kaya. Ada orang bodoh, orang pandai dan lebih pandai. Begitu seterusnya dalam semua dimensi kehidupan. Dalam status sebagai utusan Allah, para utusan pun memiliki tingkat keutamaan yang berbeda satu dibandingkan dengan yang lain.“Rasul-rasul itu  Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah (langsung) berfirman (kepadanya) dan sebagian Allah (meninggikannya) beberapa derajat“ .

Adalah Rasulullah Saw, beliau telah dikehendaki Allah sebagai utusan paling mulia, penghulu manusia terdahulu dan terakhir, penutup para nabi dan umatnya paling banyak melebihi umat-umat nabi lain. Urutan berikutnya adalah Nabi Ibrahim Khalilurrahman as, dan kemudian disusul Nabi Musa Kalimullah as.

Apapun, meskipun berada pada tingkat di bawah Nabi Muhammad Saw dan Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as tetaplah seorang figur yang dinyatakan oleh Allah seperti ayat di atas; “...Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku...”. Ia, Nabi Musa as mendapatkan kepercayaan dari Allah berupa mengemban misi risalah sekaligus mendapatkan firman secara langsung dari Allah.

Firman Allah ini sebagai jawaban ketika Nabi Musa as telah mendapatkan firman secara langsung, maka beliau kemudian memohon agar secara langsung pula dengan mata kepala bisa melihat Dzat Allah; “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhannya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau…” , sehingga Allah pun menegaskan kiranya risalah dan firman  secara langsung merupakan sebuah anugerah besar Allah yang harus disyukuri," “... Sebab itu, ambil-lah (berpegang teguhlah kepada) apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur” artinya tidak perlu meminta sesuatu yang tidak ada kekuatan untuk bisa menanggung bebannya.

Jika mengemban risalah dan firman secara langsung adalah anugerah besar Allah yang dituntut agar disyukuri oleh Nabi Musa as, maka demikian halnya dengan kita orang-orang yang diberikan kesempatan oleh Allah bisa secara aktif menjalani aktivitas sebagai pemikul dan penyebar dakwah, karena  dakwah tidak lain adalah misi risalah para utusan Allah. Itu artinya bagi seorang da’i juga harus melatih hati agar memahami bahwa bisa berdakwah adalah anugerah, dan agar bisa pula menghargai tinggi aktivitas dakwah yang dijalankan, sehingga aktivitas ini bukan dirasakan sebagai beban kewajiban, akan tetapi ini lebih pada usaha merasakan nikmat Allah.

Konsep-konsep seperti ini insya Allah bisa menjadi energi positif bagi da’i untuk bisa menjadi seorang da’i yang tangguh yang mampu memahami dan merasakan derita dalam berdakwah sebagai sebuah kenikmatan. Ibarat masakan, tantangan dan penderitaan adalah garam yang menyedapkan aktivitas dakwah. Tantangan dan penderitaan bukan dihindari tetapi justru dicari dan ingin dirasakan.

Sebagai sebuah anugerah yang mesti disyukuri, maka ucapan alhamdu lillah harus dilafazhkan khusus sebagai bentuk rasa syukur karena Allah telah  memilih kita sebagai orang-orang yang menyebarkan dan mengibarkan bendera dakwah islamiyyah. Dan seperti dalam aturan-aturan bersyukur maka agar nikmat bisa berdakwah ini langgeng dan bertambah, maka kita harus terus menggunakan nikmat ini sebagaimana semestinya. Dakwah bukan nikmat untuk mencari keindahan dunia, tetapi diberikan oleh Allah agar dijadikan sarana mencari pahala akhirat. Maknanya kita harus terus mengawal niat dan motto kita :

إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللهِ

“Tiada Upahku kecuali hanyalah dari Allah”

إِنْ أُرِيْدُ إِلَّا اْلإِصْلَاحَ مَا سْتَطَعْتُ

“…tiada aku mengharapkan kecuali melakukan perbaikan semampuku…”

Selain terus mengawal kejernihan niat yang dalam bahasa guru kami As Sayyid Muhammad Alawi al Maliki muncul istilah tahrirunniyyat,  untuk bersyukur supaya anugerah bisa berdakwah ini langgeng dan berkembang, maka marilah terus berusaha menyemangati hati agar bisa tetap fokus dan total terjun dalam aktivitas dakwah dan tidak terkena bujuk rayu harta benda, kedudukan dll. Meski pada hakikatnya sebuah anugerah, dakwah adalah bentuk ibadah di mana jika kita bisa secara penuh menjalaninya, maka kita termasuk dalam jaminan Rasulullah Saw:

مَنِ انْقَطَعَ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ كَفَاهُ اللهُ كُلَّ مَؤُوْنَةٍ وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنِ انْقَطَعَ إِلَى الدُّنْيَا وكَلَهُ اللهُ إِلَيْهَا

“Barang siapa secara total kepada Allah azza wajalla maka pasti Allah Mencukupinya segala biaya dan Memberinya rizki dengan cara yang tidak disangkanya. Dan barang siapa berfokus kepada dunia maka Allah pasti Menyerahkan (dirinya) kepada dunia”

Hal menarik yang perlu dicatat di sini adalah riwayat dari Imam Abu Syekh dari Ibnu Syaudzab yang artinya :

Allah Mewahyukan kepada Musa: “Apakah kamu mengerti kenapa Aku memilihmu, mengalahkan banyak manusia, dengan (membawa) risalah dan kalam-Ku?” Musa menjawab: “Tidak, wahai Tuhanku” Allah berfirman: “Sesungguhnya tidak pernah ada seorangpun yang merendah kepada-Ku seperti dirimu”.

Riwayat ini mengajarkan bahwa meski semua itu adalah kehendak Allah, akan tetapi ada kisah keshalehan di balik pilihan Allah kepada Nabi Musa as sebagai seorang pengemban misi risalah dan langsung mendapatkan firman-Nya. Ternyata adalah hati yang tawadhu’ kepada Allah.  Para da’i tulen penerus perjuangan para nabi pun jika dilihat kembali perjalanan hidup mereka ke belakang, meski barangkali memiliki catatan hitam, akan tetapi pasti ada catatan indah yang pernah ia tuliskan. Ia, pasti ada amal keshalehan yang ia lakukan dan mendapatkan penerimaan Allah sehingga ia mendapatkan kemuliaan dipilih oleh Allah menjadi figur-figur penyebar dakwah.Wallahu A’lam. Semoga Allah memberikan kekuatan kita untuk mensyukuri anugerah dakwah ini sehingga kelak kita dikumpulkan bersama para nabi.

=والله يتولي الجميع برعايته=


Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment