Di Antara Jalan Terbesar Menuju Wushul

Di Antara Jalan Terbesar Menuju Wushul


Di antara jalan terbesar untuk bisa sampai, wushul kepada Allah ta’ala adalah menyibukkan diri dengan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Hal demikian karena berbagai alasan yang di antaranya :
  • Shalawat mengandung tawassul kepada Allah ta’ala dengan kekasih dan pilihan-Nya. Sungguh Allah ta’ala telah berfirman :
...وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ...
Nurul Haromain “...dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya...  “ dan kiranya tiada wasilah kepada Allah ta’ala yang lebih agung daripada Rasul-Nya yang mulia Saw.

  • Sesungguhnya Allah ta’ala memerintahkan dan mendorong kita agar bershalawat demi memuliakan, mengagungkan dan mengunggulkan Nabi Muhammad Saw. Ini berarti shalawat termasuk amalan paling manjur, kondisi paling unggul, pendekatan yang paling tepat serta berkah yang paling merata.
  • Shalawat mengandung ungkapan rasa syukur atas sarana (jalan) nikmat-nikmat Allah ta’ala  kepada kita yang memang diperintahkan untuk disyukuri.  Maka tiada nikmat yang telah lewat dan yang akan didapat berupa penciptaan dan uluran anugerah di dunia dan akhirat kecuali Rasulullah Muhammad Saw adalah sebab (sarana) sampai dan mengalirnya nikmat itu kepada kita. Jadi nikmat Rasulullah Saw  kepada kita adalah mengikuti nikmat-nikmat Allah ta’ala yang tidak bisa terhitung. Maka ada hak bagi beliau atas kita.  Dan dalam mensyukuri nikmat beliau, wajib bagi kita untuk tidak kendor bershalawat atasnya.
  • Sesungguhnya beliau Saw dicintai oleh Allah ta’ala  dan mulia derajat di sisi-Nya. Karena itulah wajib mencintai orang yang dicintai Allah ta’ala  dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala  dengan mencintai dan mengagungkannya. Dan tentunya wajib pula bershalawat atasnya serta mengikuti shalawat-Nya dan shalawat malaikat atasnya.
  • Segala yang warid (yang datang)  tentang keutamaan shalawat dan besarnya pahala yang dijanjikan karenanya serta sebutan yang mulia. Di antaranya adalah sabda beliau Saw :

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

“Barang siapa bershalawat kepadaku sekali shalawat maka Allah bershalawat atasnya sepuluh kali” 

Maksudnya Allah ta’ala menyambutnya dengan sepuluh rahmat, melebur darinya sepuluh kesalahan, dan mengangkatnya sepuluh derajat sebagaimana dalam hadits Anas ra dari riwayat Imam Ahmad di mana ini termasuk kategori tambahan dalam pahala sebab besarnya keutamaan shalawat. Dan karena Allah ta’ala tidak menjadikan balasan mengingat nabi-Nya kecuali berupa perhatian-Nya kepada orang yang mengingat nabi-Nya. Dan tentu perhatian Allah ta’ala kepada seorang hamba lebih agung dan lebih mulia serta memiliki keutamaan yang lebih merata dan lebih sempurna.

Dan karena di dalam shalawat ada sekian banyak hikmah tersebut maka shalawat menjadi sarana meraih ridlo Allah Maha Penyayang dan sarana mendapatkan keberuntungan. Shalawat menjadikan berkah-berkah menampak, do’a-do’a dikabulkan dan merupakan tangga menaiki derajat-derajat tinggi. Dengan shalawat keretakan hati bisa direkatkan lagi dan dosa-dosa pun bisa diampuni. Hal demikian sebagaimana diajarkan dalam hadits Ubayy bin Ka’ab: “Maka saya menjadikan seluruh waktuku hanya untuk bershalawat kepadamu” Nabi Saw bersabda :

إِذًا تُكْفَي هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ

“Jika demikian, maka kamu tercukupi keinginan (dunia akhiratmu) dan diampunkan bagimu, dosamu”

Dalam hadits ini ada ada jaminan kecukupan urusan dunia dan akhirat bagi orang yang menjadikan seluruh waktunya hanya untuk bershalawat kepada Rasulullah Saw. Dan karena hal demikian termasuk mengahadiahkan pahala amalan ini dalam lembar catatan amal beliau Saw.

Keutamaan shalawat yang demikian besar tersebut memunculkan sebuah ungkapan bahwa sesungguhnya shalawat mencukupi dan menempati posisi seorang guru murobbi di jalan akhirat. Sayyidi al Walid Abuya rahimahullah mengatakan :

إِنَّهَا تَكْفِى عَنِ الشَّيْخِ فِى الطَّرِيْقِ وَتَقُوْمُ مَقَامَهُ قَالَ سَيِّدِي الْوَالِدُ أَبُوْيَ رَحِمَهُ الله: كُلُّ إِنْسَانٍ يَحْتَاجُ إِلَى مُرْشِدٍ مُرَبٍّ قَائِدٍ وَهُوَ الَّذِى يُرَبِّى قَلْبَهُ وَيُهَذِّبُ أَخْلاَقَهُ وَيَأْتِى بِيَدِهِ إِلَى اللهِ  وَالَّذِى بِصُحْبَتِهِ اللهُ يَحْفَظُهُ مِنَ الشَّرِّ وَالْهَوَى وَالْمَعَاصِى, وَإِذَا لَمْ نَجِدْهُ مَاذَا نَصْنَعُ؟ الصَّلاَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْخُ مَنْ لاَ شَيْخَ لَهُ .

“Setiap orang membutuhkan pembimbing yang bisa mendidik dan mengarahkan. Ia yang mendidik hatinya, membersihkan akhlaknya dan menuntun tangannya menuju Allah ta’ala. Dialah figur dimana (berkah) bergaul akrab dengannya, Allah menjaga dia dari keburukan, hawa nafsu dan kemaksiatan. Apabila kita tidak ,menemukannya lantas apa yang kita lakukan? Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw adalah guru orang yang tidak memiliki guru”

Rujukan :

  1. .Ad Dzakha’ir al Muhammadiyyah Li Sayyidi al Walid Abuya 148-152
  2. Sebagian Taushiah di Malaysia
  3. Fathul Qarib al Mujib Lissayyid Alawi al Maliki hal 89-91
=وَاللهُ يَتَوَلَّى الـْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment