Kepribadian Seorang Muslim

Kepribadian Seorang Muslim


Apa yang terbayang di benak kita ketika berbicara mengenai kepribadian seorang muslim   ? Mungkin ada yang menjawab: Kepribadian seorang muslim itu tercermin pada orang yang rajin melaksanakan islam dari aspek ritual seperti sholat dan puasa, ada yang mengatakan Kepribadian seorang muslim itu terlihat dari sikap dermawan dan suka menolong orang lain atau aspek sosial, mungkin ada yang berpendapat Kepribadian seorang muslim itu terlihat dari penampilan yang kalem dan baik hati.
Nurul Haromain

Jawaban di atas hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim, oleh karna itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-quran dan sunnah merupakan sesuatu yang harus di rumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.

Ada beberapa karakteristik yang yang harus di penuhi seseorang sehingga ia dapat di sebut berkepribadian muslim, yaitu :

  • Salimul ‘aqidah (‘aqidah yang lurus atau selamat)

Salimul ‘aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap orang muslim. Dengan ‘aqidah yang lurus, seseorang bisa memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT., yang tidak akan menyimpang dari serta ketentuan-ketentuan-Nya, dengan kelurusan dan kemantapan ‘aqidah seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya :" .....Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam".

Karena ‘aqidah yang lurus/selamat merupakan dasar ajaran tauhid, maka dalam awal da’wahnya kepada para shohabat di mekkah, Rosulullah SAW. Mengutamakan pembinaan ‘aqidah, iman dan tauhid.

  • Shohihul ibadah (ibadah yang bener)


Shohihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW. Yang penting, dalam salah satu haditsnya beliau bersabda: “sholatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku sholat”. Maka dapat di simpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk/mengikuti sunnah Rosulullah SAW.

  • Matinul khuluq (akhlaq yang kokoh)


Matinul khuluq adalah merupakan sifat dan prilaku yang harus di miliki oleh setiap orang muslim, baik dalam hubungannya dengan Allah ataupun dengan makhluk-makhluk-Nya, dengan akhlak yang mulia manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat, karena akhlak yang mulia begitu penting bagi manusia, maka salah satu tugas di utusnya Rosulullah adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, dimana beliau sendiri yang langsung mencontohkan kepada kita bagaimana keagungan akhlaknya sehingga di abadikan oleh allah SWT. Di dalam Al quran, sesuai dengan firman-Nya : “ dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung ”

  • Mutsaqqoful Fikri (wawasan yg luas)


Mutsaqqoful fikri wajib dipunyai oleh pribadi muslim. Karena itu salah satu sifat Rasulullah SAW adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”.(QS al-Baqarah [2]:219)

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Untuk mencapai wawasan yg luas maka manusia dituntut utk mencari atau menuntut ilmu, seperti apa yg disabdakan beliau SAW : “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim”.(Muttafaqun ‘alaihi).Dan menuntut ilmu yg paling baik adalah melalui majelis-majelis ilmu seperti yang digambarkan Allah SWT dlm firman-Nya:“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".(QS. al-Mujadilaah [58]: 11).Oleh karena itu Allah SWT mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(QS. az-Zumar [39]:9).

  • Qowiyyul Jismi (jasmani yg kuat)


Seorang muslim haruslah memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Bahkan Rasulullah SAW menekankan pentingnya kekuatan jasmani seorang muslim seperti sabda beliau yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim).

  • Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)


Hal ini penting bagi seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)”. (HR. Hakim).

  • Harishun Ala Waqtihi (disiplin menggunakan waktu)


Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk disiplin mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

  • Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)


Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Dimana segala suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.

  • Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)


Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

  • Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)


Manfaat yang dimaksud disini adalah manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.Ini berarti setiap muslim itu harus selalu mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. (HR. Qudhy dari Jabir).

Untuk meraih kreteria Pribadi Muslim di atas membutuhkan mujahadah dan mulazamah atau kesungguhan dan kesinambungan. Allah swt berjanji akan memudahkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh meraih keridloan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut : 69). 

Allahu A’lam

Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment