_Syabib Ibn Al Ghorqodah berkata: Aku mendengar banyak
orang dari Bani al Bariqy menceritakan, dari Urwah bin al Ja'd al Bariqy,
seorang Qodhi perdana di negeri Kufah. Bahwa Rasulullah memberinya satu dinar,
agar ia membelikan seekor kambing untuk beliau. Maka ia pun membelikan dua ekor
kambing untuk beliau. Lalu ia berinisiatif untuk menjual salah satu kambing itu
dengan harga satu dinar. Sehingga ia datang menemui Rasulullah dengan membawa
seekor kambing dan plus uang satu dinar. Tersebab merasa senang dengan apa yang
ia kerjakan, Rasulullah seketika mendoakan keberkahan dalam jual belinya. Dan
konon setelah itu, jika ia semisal menjual debu saja, ia pasti akan mendapatkan
laba._ *3642*
Bagaimana kita melihat seorang Urwah mendapatkan doa
Rasulullah tanpa meminta terlebih dahulu. Dan kemudian ia merasakan betapa
memang doakan keberkahan beliau benar-benar diijabah oleh Allah. Dalam satu
kesempatan, Urwah pernah bercerita, “Aku masuk pasar Kufah untuk berdagang,
maka aku mendapatkan laba 40.000 dirham.” Padahal pada waktu itu uang 8 dirham
sudah sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Maka sebagai seorang santri, kita harus berusaha
menyuguhkan khidmah terbaik sehingga bisa membuat guru atau orang yang kita
khidmahi merasa senang. Munculkan ide-ide cemerlang yang bisa membuat senang.
Dan jangan hanya menunggu perintah.
Abi Ihya’ ketika masih menjadi santri, di kala Abuya
al Maliki di Thoif, Abuya ingin untuk qodlil hajah. Maka beliau bergegas
mengecek WC terlebih dahulu, ternyata WC yang ada dipenuhi dengan kotoran.
Tanpa pikir panjang beliau langsung membersihkannya memakai tangan. Selepas
selesai, ternyata Abuya tahu tentang apa yang dikerjakan santrinya itu.
Sehingga beliau langsung mendoakan: “Barokallohu fik, Barokallohu fik,
barokallohu fik.”
Seharusnya seseorang dikala mendapatkan hal yang
menyenangkan dari orang lain, ia menyambutnya dengan mendoakan orang itu dengan
kebaikan. Barokallohu fik.
Selain itu, doa adalah sebuah hal yang selayaknya
dimintakan kepada seorang shalih. Sebab hanya doa sebuah hal yang paling layak
dan pas untuk dimintakan kepada mereka. Meski barangkali mereka menawarkan
kepada kita untuk meminta kebutuhan apa saja. Akan tetapi doa mereka lebih
penting untuk kita mintakan daripada harta benda atau yang lainnya.
Abi Ihya’ memiliki tugas khidmah menjaga telefon dari
Abuya disetiap malam sabtu di kantor As-Shofwah Surabaya. Di setiap akhir
percakapan dengan Abuya, Abuya pasti menawarkan kepada Abi: “Isy lak hajah?”,
“Kau pengin apa?”. Dan disetiap itu pula Abi selalu menjawab: “Ad-da'awat
Abuya”, “Cukup doa Abuya”.
Sayyidina Anas juga mendapatkan doa Rasulullah yang
berupa tiga hal, panjang umur, keberkahan rizqi, dan banyak anak. Dan lihat ia
diberi umur panjang lebih dari seratus tahun, rizqi yang ia dapat dari ladang
sukses besar bahkan bisa dipanen lebih banyak dari kebanyakan orang, dan anak
turunnya beliau lebih dari 500 anak cucu.
Dalam hadits di atas. Urwah memang menjual sebuah
kambing yang bukan miliknya. Akan tetapi karena tujuannya tiada lain adalah
untuk menyenangkan Rasulullah, menurut Qoul Qadim hal ini diperbolehkan. Namun
menurut Qoul jadid hal ini tidak diperbolehkan sebab ada hadits Hakim bin Hazm
yang menyatakan: “La tabi' ma laisa ‘indak!”, Jangan kau jual apa yang bukan
milikmu.
Imam Rifa'i seorang Penggagas Thoriqoh Rifaiyyah
pernah menghidupkan tanah tak bertuan (Ihya' al Mawat) di Mesir. Sehingga
tempat itu menjadi ramai dengan kegiatan keagamaan. Di suatu hari ia didatangi
seorang yang mengaku sebagai pemilik tanah. Tanpa pikir lagi, beliau langsung
mempersilahkan orang itu jika ingin mengambil alih kepemilikan tempat tersebut.
Hal ini memberikan pelajaran yang teramat besar. Jika
suatu saat ada hak yang kita miliki dirampas oleh orang, kita harus belajar
untuk bersikap legawa. Yakinkan dalam diri bahwa Allah akan mendatangkan sebuah
ganti yang lebih besar dan agung untuk kita. Sebuah hal yang mudah sekali
diucapkan, tidak demikian dalam ranah pengamalan.
_Wallahu ta'ala a'lam_
Blogger Comment
Facebook Comment