Hidupkan Hati Dengan Menghidupkan Sunnah

Sebuah hal yang pernah dilakukan oleh Rasulillah, jika kita niatkan untuk mengikuti Rasulillah, maka kita akan mendapatkan pahala. Biniyyatin sholihah tanqolibul adah ibadah.
Sunnah memang perlu dihidup-hidupkan. Tersebab seseorang yang menghidupkannya dianggap telah mencintai Nabi, dan dengan cinta inilah kita akan dibersamakan dengan beliau kelak di surga. Dengan menghidupkan sunnah seseorang akan menggapai puncak iman tertinggi dan hati kita akan senantiasa hidup. Maka kita perlu mengasah kepekaan kita terhadap sunnah dan seruan yang digelorakan oleh Nabi.
_Ya hayyu ya Qoyyum 
Ahyil qulub tahya
Washlih lanal a'mal
Fiddini waddunya_
*Rasulullah Duduk Bersila*
“Suatu Hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dikala lepas shalat shubuh, beliau duduk sila di tempatnya hingga mentari terbit berpendaran putih.”
menghidupkan sunah
Doc. AnNuha Production

Hal ini adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan Rasulullah. Ada sisi penting untuk duduk selepas shalat, apalagi setelah shalat shubuh. Disamping hal itu mencakup ittiba' dengan cara duduk Rasulillah, kita juga akan didoakan Malaikat. Allahummaghfirlahu Allahummarhamhu. Beginilah manhaj yang diterapkan Abuya, menyenandungkan wirid-wirid selepas shubuh sampai terbit mentari.
Di dalam shalat memang dikenal dengan sekian model duduk. Di madzhab Syafii dikenal duduk iftirosy dan tawaruk. Akan tetapi ada kemudahan di dalam Islam, yakni di saat seseorang melakukan shalat sunnah dengan banyak rakaat, ia lebih di sarankan untuk duduk iftirosy meski dikala Tahiyyat, untuk lebih meringankan dan memudahkannya meneruskan shalat yang selanjutnya.
*Rasulullah Melarang Dua Orang Berbisik*
Dalam kesempatan lain Rasulillah juga menekankan: “Jangan berbisik dua orang mengabaikan orang ketiga. Sebab hal itu menyinggung dirinya.”
Jika ada tiga orang kemudian dua orang ingin berbisik. Seharusnya meminta izin terlebih dahulu dengan orang ketiga. Agar ia tidak merasa tersinggung.
Akan tetapi jika orangnya berjumlah empat maka tiada masalah. Sebab masih ada teman lain yang mendampinginya.
Ini sama kasusnya dengan dikala kita bertamu. Jika ada panggilan masuk, sementara kita sedang ditemui tuan rumah, seharusnya kita tidak menerimanya, kecuali meminta izin keluar terlebih dahulu dan memang dalam kondisi mendesak. Sebab hal itu mengurangi adab dan menyinggung perasaan tuan rumah.
Ponsel sebuah benda teknologi yang akhir-akhir ini berhasil membuat orang-orang mengabaikan karibnya, membuat mereka tak memiliki adab.
*Pemilik Majlis Lebih Berhak Dengan Majlisnya*
Rasulullah pernah juga menyampaikan: “Dikala seseorang hendak beranjak dari tempat duduknya kemudian ia kembali lagi ke majlis itu, maka ia lebih berhak untuk duduk ditempatnya semula.”
Namun Rasulullah mengajarkan, jika seseorang hendak kembali ke majlisnya, supaya ia meletakkan apa yang ia bawa sebagai sebuah tanda.
Kaab bin Al Iyady menuturkan, bahwa ia seringkali bolak balik mengunjungi Abu Darda'. Suatu saat Abu Darda' menceritakan: Rasulullah dikala duduk dan kami duduk di sisinya, lantas beliau beranjak, jika beliau hendak kembali ia akan melepaskan sandal atau apa saja yang beliau bawa untuk ditinggal di majlis itu. Para sahabat mengerti tentang isyarat semacam itu sehingga membuat mereka tidak bubar.
Hal ini juga isyarat bagaimana seorang murid semestinya tidak meninggalkan majlis sebelum guru beranjak terlebih dahulu. Ini yang akan membuahkan keberkahan majlis. Sebab didalam majlis ada doa yang dirapalkan malaikat yang akan sempurna kita dapatkan jika kita duduk sampai majlis selesai.
*Mengharumkan Majlis Dengan Dzikir*
“Tiada kaum yang beranjak dari majlis yang mereka tiada dzikir kepada Allah didalamnya, kecuali meraka beranjak layaknya seonggok bangkai keledai (dalam bau busuk dan kotornya), Dan majlis itu bagi mereka menyebabkan penyesalan.”
Sekarang kita memasuki era dimana banyak orang masuk sebuah kafe untuk hanya memesan kopi seharga Rp. 2000 akan tetapi duduk cangkruknya 5 jam.
Seharusnya kita berusaha menghidupkan majlis dengan dzikir kepada Allah. Bukan obrolan yang tak mengandung faidah atau justru merupakan sebuah dosa seperti berghibah ria. Sebab semua hal yang terucap akan direkam dengan sempurna oleh Malaikat yang esok hari akan dimintakan pertanggung jawaban. Pada saat itulah seseorang baru merasakan penyesalan dengan apa yang ia lakukan.
Tidak hanya itu, bahwa dikala hendak duduk, atau akan berbaring seharusnya seseorang membukanya dengan berdzikir kepada Allah. Atau bahkan setiap sesuatu yang mengandung sisi penting seharusnya diawali dengan basmalah. Agar muncul keberkahan. Ilmu yang cukup sederhana, mengawali semuanya dengan basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah.
Semoga kita dimudahkan dalam menjalani sunnah dan apa-apa yang digelorakan Rasulullah. Sehingga membuat hati kita senantiasa hidup dan kita akan meraih puncak iman tertinggi. Amin Allahumma amin.
_Wallahu ta'ala a'lam_
Semoga bermanfaat.

Share on Google Plus

About Ma'had Al Inshof Al Islami

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment