Kembalinya sistem khilafah Islamiyah

TA’LIM SHOHIH BUKHORI 29-3-2016
(Bab  Alamatun Nubuwah fil Islam/ Kitabul Manaqib)
Hadist ke 3628
Rasululloh bepergian dalam keadaan sakit yang beliau meninggal karenanya dengan menggunakan selimut  dan sorban (blebetan) berwarna hitam di kepala.  Beliau duduk di atas mimbar kemudian membaca Alhamdulillah dan memuji  Alloh. Beliau kemudian bersabda “ Amma Ba’du, sesungguhnya Manusia (pengikut Islam) akan menjadi banyak tetapi sedikit (yang mau menjadi) Anshor.  Mereka (Anshor) bagaikan garam dalam makanan.  Barang siapa menguasai kepemimpinan dari mereka, ?????????????? tetapi ada juga yang memberikan kemanfaatan pada mereka. Ini  adalah majelis terahir yang dihadiri oleh Rosululloh SAW.
Mereka (Anshor) bagaikan garam dalam makanan. Kalimat ini mengandung makna :
1.       Fil islahi Fil Qolil (Mempunyai peran yang sangat penting walaupun jumlahnya sangat sedikit).
2.       Kaunuhu qoliilan bi nisbati ila saa iri ajzaaihit tho’am (sangat sedikit jumlah perbandingannya maka mereka tidak memberikan pengaruh yang kuat).
Jumlah manusia (Muslimin) memang banyak namun kualitasnya berkurang.  Maka sebagai wali, yang baik-baik harus diterima sedang yang buruk harus dimaafkan kecuali masalah Hudud. Barang siapa memegang kekuasaan diantara kalian maka harus dengan sistem bijak karena tidak sepeti dahulu. Pemahaman masyarakat sudah berbeda.
Kembalinya sistem khilafah Islamiyah
www.fiqhmenjawab.net

Walau kita sudah lemah dalam kekuatan tapi Rasululloh berpesan harus ada “man waliyya minkum”  (barang siapa yang memegang kekuasaan di antara kalian), harus ada sistem pemerintahan islam yang menjadi satpamnya. Sistem Islam telah tumbang sejak 1924 hingga sekarang (92 Tahun), kita tidak punya kekuatan.
Indonesia yang Islamnya menjadi  mayoritas, Ibu kotanya sudah bisa dibaca siapa pemimpinnya. Saking tidak adanya power, kita digiring untuk  mengikuti tokoh mereka. Seperti  Partai Perindo yang menguasai semua lapisan hingga santri-santri ikut dalam jargon-jargon mereka.
Sistem ekonomi kita sudah lumpuh. Yang awalnya dikuasai oleh para Dai, sekarang dikuasai oleh para cukong. Pesisir Utara, Jakarta hingga Semarang sudah mereka kuasai. Islam yang sebesar ini tidak memiliki pemimpin, andai bukan dari Alloh  maka sudah hancur sejak dulu.
Islam sendiri  masuk hingga relung hati setiap pemeluknya sehingga walau sistem sudah hancur, tetap saja masih eksis. Nabi menggambarkan : “kalian akan melepas tali-tali (kancing-kancing)  agama (sedikit-demi sedikit). Permulaanya adalah melepas hukum (sistem pemerintahan)  dan pada akhirnya adalah sholat” hingga benar-benar telanjang.
Wali 9 yang hidup dengan sistem ini berjalan hingga berhasil mengangkat Raden Patah sebagai pemimpin. Sistem Wali songo ini menjadi pembanding “babahan songo” yang menjadi sistem Hindu. Dalam rentan waktu 30 tahun dengan sistem kasih sayangnya, Wali 9 berhasil mengajak masyarakat lokal yang percaya pada monoteisme (percaya pada satu Tuhan) yang biasa disebut “Kapitayan “ dengan falsafah “Pengeran kang murbeng dumadi” sebagai mayoritas pemuluk Islam.  
Tapi kemudian runtuh dilanjutkan Pemerintahan  Pajang.  Pasca runtuhnya Pajang,  Mataram Islam yang awalnya dipimpin oleh Sultan Agung yang bercorak Islami muncul. Tetapi penerusnya lebih berpihak pada Belanda yang akhirnya pecah menjadi kerajaan Jogja dan Solo kerena Perjanjian Giyanti yang diselenggarakan VOC. Dikebirilah sistem Islam yang asli hingga para wanita menjadi kembenen maneh. Sejarah Islam Wali Songo dalam Babad Tanah Jawa telah terbukukan tidak dikenal  lagi karena naskah aslinya dibawa belanda ke Leiden Belanda. Orang Eropa hingga kini begitu takut akan kembalinya kekuatan Sistem Pemerintahan Islam sehingga mereka sangat getol untuk memangkas keberlangsungan Islam. Ordogan, mulai menata lagi sistem pemerintahan Turki yang sudah tumbang mulai terlihat. Geliat ekonomi sudah mulai tumbuh dengan digalakkannya “sholat Shubuh berjama’ah”. 
Di Masa kemerdekaan kita juga dikalahkan oleh 2 wakil non-Islam (dalam rapat Panitia 9) sehingga piagam Jakarta yang berisi “menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” tidak disahkan.  Berbeda dengan Malaysia yang kecil namun dengan sistem Islam begitu tertata rapi. Penegakan Hukum Islam terlaksana.
Islam dalam kemelutnya hingga terjadi perang antara Muawiyah dan Sayyidina Ali. Kalangan shohabat yang tidak mau berpiihak lebih memilih keluar dari pusat Islam dengan berdakwah ke wilayah-wilayah baru.
Hadis ini memang berhubungan dengan Khilafah Islamiyyah. Imam Ghozalipun yang sangat bertasawuf sangat memberikan perhatiannya pada sistem pemerintahan islam dan Syariatnya. Ia Ibarat 2 anak kembar yang tidak bisa dipisahkan.
Jumlah umat islam begitu banyak namun dari sisi kualitas keagamaanya sangat jauh. Ditambah lagi dengan Virus wahan (CINTA  DUNIA DAN BENCI MAUT/JIHAD). Orang-orang Yahudi mulai berani mericuh ketenangan Masjidil Aqsho yang menjadi simbol keagungan Islam. Dalam Isyarat Nabi, kelak Islam akan memenangkan perang melawan Kristen dan Yahudi  yang kemudian menyatu dengan Dajjal. Kaum Kristen yang sangat menantikan Nabi Isa, ketika Beliau turun ke bumi, malah memecah salib seluruh dunia. Berjayalah Islam tanpa perlawanan Yahudi dan Kristen. Setelah  7 tahunan, datanglah angin laiyyinah yang mengambil ruh setiap kaum muslim sehingga tersisalah orang-orang  jeleknya dimuka bumi hingga datang hari Qiyamat.
Kekuatan  Hawariyin yang telah dibangun oleh Nabi Isa sangat kuat. Nabi Isa masih bertanya : “man Anshori Ilalloh ?”(Siapa yang akan menolongku kepada Alloh?). Mereka menjawab : “Kamilah (hawariyun) anshorulloh”. Ini merupakan suatu Baiat (Ikrar) kesetiaan pada pemimpin. Baiat ini menjadi salah satu sistem dan menjadi bagian kehidupan mereka. Setiap ada kholifah meninggal, 3 hari kemudian harus ada bait masal sebagai janji setia pada Sistem pemerintahan.
Orang  cerdas/pintar itu yang paham Isyarat. Al alim Fahim. Khilafah adalah isyarat dari rosululloh.  Ex : Sapulah…!!. Seorang santri yang cerdas akan mencari alat-alat yang bisa menyempurnakan tugasnya.

Hadist ke 3629 (BAB  Alamatun Nubuwah fil Islam/ Kitabul Manaqib)
Suatu saat Nabi membawa  Hasan ke atas mimbar. “anakku ini adalah Sayyid, kafahu syarofan bitasmiyatihi sayyidan”. Ia akan menjadi pendamai  antara 2 golongan muslimin yang bertikai.
Dalam menghukumi  2 golongan ini, kita tidak seperti  Khowarij yang mengkafirkan 2 fihak (Muawiyah dan Ali). Bukan karena kelemahan, saidina  Hasan dengan kekuatan yang luar biasa. 40.000 orang berbaiat  mati demi membela Beliau dalam melawan Mu’awiyah. Dengan jumlah  ini maka sudah cukup beliau menjadi kholifah yang sah. Akan tetapi karena kewaro’annya, lebih memilih meniggalkan kekuasaan karena lebih menyukai (kemuliaan) di sisi Alloh. Bukan karena apa-apa, hanya untuk mencari ridho dari Alloh.
Kejadian ini bisa menjadi celah untuk mencela shohabat sehingga para ulama lebih memilih netral dalam urusan ini. Hal ini adalah hasil dari ijtihad para shohabat yang mempunyai kapasitas untuk itu. Mereka dengan gelar “Rodhiyallohu anhum” sangat jauh dengan kita sehingga bukan kapasitas kita untuk mengomentari hal ini. Kita tidak terlibat dalam itu, maka jangan sampai mengotori mulut kita dengan ikut berkomentar dalam masalah ini.
Wama jaro baina shohabati naskutu anhu. Wa ajrul ijtihadi nusbitu.

(dan terhadap hal yang terjadi di antara shohabat kita diam, dan kita yakin akan tetapnya pahala dari ijtihad mereka)
Share on Google Plus

About Ma'had Al Inshof Al Islami

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment