عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول " الدعاء سلاح المؤمن وعماد الدين ونور السموات والأرض"
Rasulullah bersabda: “Doa adalah senjata seorang mukmin,
pilar agama, dan cahaya langit dan bumi.”
Dalam Surat al-Mukmin ayat 60, Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Rabb-mu berfirman: 'Berdo'alah kepada-Ku,
niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina
dina'." – (QS.40:60)
![]() |
www.dream.co.id |
Semua ayat dalam al-Qur’an adalah firman
Allah, namun dalam ayat diatas justru dinyatakan dengan redaksi: “Waqola
robbukum”. Ini mengisayaratkan bahwa dalam doa ada hal yang perlu dipahami
secara detail. Kita lihat bahwa kalimat “Ud’uni”adalah sebuah kalimat perintah
dari Allah. Jika hal ini kita laksanakan berarti kita akan mendapatkan janji
pengkabulan dari Allah. Maka seseorang tak perlu risau dan galau, semua doa
pasti akan diterima. Tentu saja dengan syarat, adab, dan ketentuan yang berlaku.
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ
كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
"Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): 'Rabb-ku
tidak mengindahkan kalian, melainkan kalau ada doa kalian. (Tetapi bagaimana
kalian berdoa kepada-Nya), padahal kalian sungguh telah mendustakan-Nya, karena
itu kelak (azab) pasti (menimpa kalian)'." – (QS.25:77)
Dalam ayat ini, ada yang memaknai “dua’ukum” dengan makna
“doa kalian” (du’aukum). Sehingga memiliki makna bahwa seseorang akan
dipedulikan dan diindahkan oleh Allah dengan doanya. Meski memang ada pula yang
memaknai dengan makna yang lain, yakni: “ibadah kalian” (ibadatukum) dan “iman
kalian” (imanukum).
وَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (al-Baqarah 2:186).
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (al-Baqarah 2:186).
Pada ayat diatas, redaksi “Falyastajibuli” memiliki makna
bahwa doa mengandung aturan yang harus dipenuhi jika doa kita ingin diterima.
Yakni dikala berdoa kita harus mengekspresikan rasa butuh, merendahkan diri. (iftiqor).
Sebab dengan berdoa berarti kita meminta, dan dalam meminta kita semestinya
memperlihatkan ketundukan, serius, fokus, mengaktifkan dzauq, dan jangan
menunjukkan ekspresi kemalasan seperti tidak mengangkat tangan. Sementara
ungkapan “Wal yu’minu bi” mengisyaratkan bahwa dalam berdoa kita mesti yakin
bahwa doa yang kita panjatkan pasti dikabulkan, seperti yang pernah di
sampaikan Rasulillah:
عن أبى هريرة
قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: “ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة
واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه”،
Dari Abu Hurairah ra.
berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berdoalah kepada Allah, sedangkan
kalian yakin akan dikabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwa Allah tidak
mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (Imam Ahmad)
Doa ma’tsur dari Al-Qur’an atau al-Hadits meski barangkali kita
memanjatkannya dengan tanpa atau kurang fokus, tapi doa ma’tsur ibarat sebuah
keramat gandul.
Senjata itu mesti dipersiapkan. Dan doa merupakan
senjata. Sehingga seharusnya doa merupakan hal yang selalu membersamai usaha,
dipersiapkan semaksimal mungkin. Jangan hanya mengandalkan usaha tanpa doa, tak
menganggap doa sebagai suatu hal yang penting, atau menganggap doa sebuah hal
yang sekedarnya saja, tapi bagaimana usaha apapun mesti dibersamai dengan doa.
Doa adalah pilar agama, sehingga jika seseorang memiliki
sandaran, ia tak akan mudah stress dan galau. Doa juga cahaya langit dan bumi.
Cahaya doa melesat dari bumi, menuju langit, sampai ke kursi, tembus ke arsy,
bertolak ke sidratul muntaha, dan pada akhirnya sampai ke mustawa.
Ad-Dua huwal ibadah. Doa adalah barometer ibadah, sebab
pada waktu berdoa seseorang mesti menampakkan rasa butuh dan ketundukan pada
Allah, menampakkan bahwa manusia tak memiliki daya upaya, hanya Allah semata
yang punya. Bahkan jika perlu seseorang sampai menangis, berlinang air mata. Maka
Semestinya doa dijadikan sebuah barometer dalam mengerjakan setiap ibadah. Apa
yang terkandung dalam doa, kita bawa dikala mengerjakan ibadah yang lain. Semestinya
dalam ibadah seharusnya kita juga menampakkan rasa butuh dan ketundukan semacam
ini. Seperti dikala shalat dan wirid atau ibadah yang lain.
Doa merupakan ibadah teragung. Doa juga merupakan hakikat
ibadah. Ia bisa dilakukan dimana saja bahkan dikala kita akan masuk WC. Shalat
secara harfiah memang berarti doa, akan tetapi shalat memiliki ketentuan yang
wajib dilaksanakan yang membuat ia tak bisa dilakukan di segala kondisi.
Ad-Dua mukhul ibadah. Doa adalah inti ibadah. Sebab dalam
doa seseorang mengekspresikan rasa butuh hanya kepada Allah. Menunjukkan bahwa
yang memiliki daya upaya hanya Allah. Salah satu cara mengekspresikannya adalah
dengan cara mengangkat tangan. Mengangkat tangan disesuaikan dengan tempat dan
kondisinya. Dikala akan shalat mengangkat kedua tangan dan membukanya
tinggi-tinggi. Kala khutbah di mimbar jum’at dengan mengangkat jemari telunjuk
tangan kanan. Dikala doa meminta hujan dengan mengangkat kedua tangan dengan
posisi terbalik, telapak tangan ke arah bawah.
Dalam pengkabulan doa, Allah menerapkan berbagai model.
Ada yang langsung di berikan kala di dunia. Ada yang diakhirkan di akhirat. Ada
pula diganti dalam bentuk pengampunan dosa. Semua doa pasti dikabulkan hanya
saja tak boleh tergesa untuk segera diberikan, dan tak boleh berupa pemutusan
kekerabatan. Nabi Musa saja harus menunggu hingga 80 tahun baru selepas itu
doanya dikabulkan.
Blogger Comment
Facebook Comment