Al-Kayyis secara
etimologi memiliki beberapa arti:
1.
Seorang yang berakal (al-Aqil)
2.
Tidak gegabah, baik berhati-hati dalam segala
urusan ( husnutta’anny fil umur)
Seorang yang
kayyis dalam dirinya maton dalam pemahaman apa saja dan mesti memberikan
manfaat. Ia adalah seorang yang cerdas dan didukung sekian karakter yang
melengkapi dirinya.
Seorang yang
cerdas menurut Rasul adalah orang yang dana nafsahu:
1.
Da-aba nafsahu alattho’ah
Ad-Din : ad-da’bu alatthoah
Hal ini tidak bisa begitu saja bisa dilakukan, kecuali ada proses yang kita
lakukan. Proses yang tak sebentar dan terus berkesinambungan. Sehingga hal ini kemudian
menjadi sebuah kebiasaan. Ketaatan bisa kita proses dengan senantiasa berdzikir
dimulai melalui dzikir lisan. Dengan pengulangan, agar terwujud kekokohan,
sehingga timbul cahaya. Wirid dan doa seharusnya terus konsisten dibaca tidak
perlu gonta-ganti ibarat menggali sumur, maka perlu terus menerus, tidak
pindah-pindah tempat sehingga pada akhirnya bisa mengeluarkan air.
www.merdeka.com |
2.
Intropeksi diri (Haasaba Nafsahu)
Seorang sholeh melakukan muhasabah sampai mencatat seluruh apa yang
dikatakan dan dilakukan disepanjang hari. Jika itu kesalahan maka ia segera
minta ampun dan bertaubat. Jika harus disyukuri maka ia akan bersyukur. Ia
tidak akan bisa tidur sebelum muhasabah ini ia lakukan. Seorang shaleh bahkan
mengevaluasi bukan hanya dalam masalah perkataan dan perbuatan, akan tetapi
sampai pada lintasan-lintasan hati. Abuya melakukan muhasabah tiap hari, tiap
pagi Abuya akan memikirkan apa yang akan dibutuhkan dan dllakukan pada hari
itu.
Mbah Ma’shum Lasem, Mbah Baidlowi, dan para ulama yang lain pada suatu saat
kum. Mbah Ma’shum Lasem memiliki sabuk besar, dikala ada orang bertamu ingin
memberi uang. Mbah Ma’shum akan bertanya ini untuk yang kanan apa yang kiri,
yang kanan untuk saya, yang kiri untuk pondok.
3.
Menghinakan nafsu (adzallaha), membuatnya sebagai
budak (ista’badaha), dan mengalahkannya (qoharoha).
Seorang diciptakan dengan berbekal nafsu ammaroh, nafsu yang selalu
perintah kepada kejelekan. Akan tetapi kita harus terus mengawal nafsu agar
bisa sesuai antara perkataan dan perbuatan sehingga menjadi nafsu lawwamah,
kemudian jika ini berlangsung terus menerus, nafsu pada akhirnya akan menjadi
muthmainnah. Cara menundukkan nafsu sehingga bisa menjadi nafsu lawwamah adalah
senantiasa takut kepada Allah yang memiliki sifat kebesaran (jalal) seperti Maha
Memaksa, Amat pedih siksanya.
Faman khofa maqomarobihi
Dan kemudian mengingat firman Allah
Ya ayyatuhannafsul muthmainah…
4.
As-Syariah. Seseorang mesti terikat dengan
syariat, sehingga sampai disebut sebagai mukallaf. Syariat ibarat sebuah
pondasi yang demikian penting dalam sebuah bangunan. Meski memang pondasi
sering kali tak menjadi perhatian orang yang melihat.
Orang yang
cerdas, Bukan hanya seorang doktor profesor akan tetapi lebih dari itu, ia
adalah orang yang memiliki sekian kriteria di atas, bukan sekedar cerdas secara
akal pikiran belaka.
Orang yang cerdas
juga mesti beramal untuk kepentingan selepas mati. Sebab seseorang pasti pada
akhirnya akan mati. Siapapun itu. Jika ini disadari sepenuhnya,maka orang yang
cerdas semestinya menyiapkannya karena kehidupan ini akan berakhir disalah satu
tempat jika tidak surga berarti neraka. Manusia secara umum ibarat sedang
terlelap, kematian yang akan membangunkannya, menyadarkannya. An-Nas niyam
waidza matu intabahu.
Seseorang akan
mati, disana ia akan melewati sebuah kehidupan yang amat berbeda. Debu kini
menjadi tempat tidurnya, ulat menjadi temannya, kuburan menjadi kediamannya,
perut bumi menjadi tempat menetapnya, kiamat menjadi tempat kembalinya.
Seseorang yang cerdas seharusnya memikirkan hal ini, menyiapkannya semaksimal
mungkin, tidak menjuruskan perhatian kecuali dalam hal ini. Bagaimana berusaha
menjadikan surga sebagai tempat kembali.
Kematian adalah
sebuah hal yang pasti terjadi, maka ia adalah hal yang amat dekat sekali. Sebuah
hal yang jauh hanyalah hal yang tidak akan datang.
Allahumma habbib
ilaynal iman…..
Hati sebenarnya
amat dekat sekali dengan Allah. Akan tetapi hati akan jauh dari Allah jika
didaLamnya terdapat hijab hati. Hijab hati yang dimiliki seorang mukmin adalah
mencintai dunia dan takut mati.
Seseorang yang mengidap penyakit ini telah terserang virus yang bernama wahn.
Sehingga banyak dijumpai orang yang tega menjual agama demi kesenangan dunia.
Dan seorang yang
bodoh, al Safih. -Akan tetapi Rasulillah menggunakan bahasa santun yakni
al-Ajiz (orang yang lemah)- .Mereka demikian gegabah dalam segala urusan.
memperturuti nafsunya, tak menganggap dosa sebagai sebuah dosa, tak mau
mempersiapkan dirinya, tak mau bertaubat, akan tetapi ia masih menganggap bahwa
Allah itu Maha pengampun. Mereka masih berkhayal masuk surga. Mereka hanya
mengandalkan Syahadat untuk meraih surga. Ya barangkali mereka akan dimasukkan
surga. Akan tetapi selepas dibersihkan dulu di neraka. Surga tidak gratis saudara, dan dunia bukan
gurauan belaka.
Seorang yang
hidup berperang dalam dirinya. Factor agama, factor hawa nafsu, factor akal
pikiran. Ditambah peran setan dan iblis seringkali menelusup masuk. Peperangan
ini kadang dimenangkan agama, kadang dimenangkan oleh hawa nafsu.
Blogger Comment
Facebook Comment