Dari Abi Hurairah
rodliyallohuanhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: (sesungguhnya kalian tidak bisa memberikan pemberian secara merata
pada manusia dengan harta benda kalian, tetapi hendaknya wajah yang
berseri-seri dan perangai yang baik dari kalian bisa merata lebih dari sekedar
cukup bagi mereka.
Hidup ini butuh
orang lain yang kita senangkan, sehingga semuanya bisa menjadi baik,
bermuamalah berjalan dengan baik. Meski memang keridloan seluruh manusia adalah
tujuan yang takkan tercapai. Paling tidak ada usaha yang kita lakukan, dengan
berakhlaq dengan akhlaq Allah, berusaha untuk menyenangkan mereka.
Alsinatul kholqi
aqlamul haq. Untuk menilai seseorang secara umum adalah dengan penilaian orang
banyak kepadanya. Jika banyak orang menilainya sebagai orang sholeh maka dia
memang sholeh, dan jika banyak orang menganggap dia orang jelek, maka bisa
dipastikan bahwa ia orang yang jelek. Dari sini pentingnya menanam kebaikan
kepada orang lain.
Seseorang takkan
bisa menyenangkan seluruh orang dengan memakai modal harta benda. Barangkali
suatu saat ketika ia diberi ia akan senang, akan tetapi tidak lama hal itu akan
dilupakan. Tapi menyenangkan seseorang melalui wajah yang cerah dan akhlaq yang
baik kita bisa mengambil simpati mereka. Maka kita harus berusaha berwajah
ceria berhiaskan senyum ditambah akhlaq yang baik untuk mengambil hati mereka.
Di mulai dengan
perkataan yang baik, bagaimana berusaha memproses lisan untuk bicara yang baik.
Jika tidak bisa maka lebih baik diam. Karena ada saja lisan yang tidak bisa
bicara kecuali yang keluar adalah perkataan yang menyakitkan. Tapi sebaliknya
ada pula lisan yang banyak bicara akan tetapi mampu membuat orang lain senang
dan bersimpati.
Al Baqarah :83
Tiga hal yang
semestinya kita proses dalam menghadapi orang lain: Berwajah ceria (basthul
wajhi), memberikan kemurahan (Badzlunnada), dan tidak menyakitkan (Kafful adza).
Ittaqullah walau
bisyiqqi tamroh fain lam tajidu fabikalimatin thoyyibah
Menyenangkan
orang lain dengan wajah dan akhlaq yang baik diusahakan semaksimal mungkin,
tidak hanya sekedarnya saja. “idza bada’tum bil makarim fa atimmuha”, jika kau
memulai sebuah kemuliaan maka selesaikan hal itu.
www.ummi-online.com |
Seorang akan
mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah dengan perangainya yang baik, dan
ini tidak bisa didapatkan dengan harta bendanya. Seorang hamba akan sampai pada
derajat yang tinggi disurga karena perangai yang baik padahal dia bukan seorang
ahli ibadah, dan seorang ahli ibadah bisa sampai derajat terendah di neraka
jahannam sebab perangainya yang buruk (Anas bin Malik).
Dalam sebuah
hadits diterangkan: Inna afdlola ma yudlou fil mizan husnul khuluq. ( HR. Abu
Dawud)
Al-Quran telah
mengarahkan cara berperangai baik. Allah ta’ala berfirman:
Khudzil afwa
wa’mur bil urfi ….(al-A’raf:199)
Kita lihat betapa
Rasulillah memiliki akhlaq yang demikian agung. Kita cermati bagaimana
Rasulullah bergaul. Kita lihat Rasulillah seorang Sayyidul Mursalin dikala
bersama cucunya Hasan dan Husain, mereka berdua naik di punggung Nabi, bermain
onta-ontaan bersama Nabi. Rasulillah ketika meminum minuman yang dibuatkan
Sayyidah Aisyah, ternyata rasa minuman itu asin, beliau salah memasukkan garam
disana, akan tetapi Rasulillah tak marah, justru berkata, minuman paling enak
adalah hari ini.
Syaqiq al Balkhi
seorang yang memiliki istri berperangai jelek, akan tetapi ketika ditanya
kenapa tidak menceraikan istrinya itu saja, ia jawab: “Jika dia berperangai
jelek, maka aku harus berperangai baik. Dan jika saja mungkin aku ceraikan,
barangkali dia justru akan mendapatkan suami yang berperangai lebih jelek
darinya.”
Islam dan
pengamalannya yang terpenting adalah akhlaq yang baik, sebab di Allah
berfirman, wainnaka laala khuqil azhim,…
Khudzil afwa
selain berarti memberikan maaf kepada seseorang yang melakukan kesalahan dan
kekhilafan, berarti pula menjadi pribadi yang gampangan, berarti pula memilih
sesuatu yang terbaik, berarti pula menjadi pribadi yang pemurah. Dikala
dihadapkan dengan perkara yang ruwet dengan seseorang yang berkaitan dengan hak
kita, kita ucapkan: “sudah biarkan saja, ga papa”. Jika kita meminta tolong
seseorang untuk membelikan sesuatu seharga 15 ribu sementara uangnya 20 ribu,
kita katakan: “Kembaliannya buat kamu aja”. Jika seorang sopir mengantarkan ke
sebuah tempat akan tetapi ia salah jalan, katakan saja: “ Ga papa, itung-itung
rekreasi”. Jangan mudah menjadi panitia pen’cacat’an.
La tahqiranna
minal ma’ruf syaian
Jika kita
mendengar sebuah hal yang menyakitkan, biarkan saja orang itu, anggap seorang
kita tidak mendengarnya, dan orang itu tidak mengatakannya. Jika kita
memikirkannya, justru kita yang akan galau dan susah sendiri. Manusia memang
ada yang sensitive sekali, gampang tersinggung dengan omongan orang lain,
padahal orang itu terkadang tidak memiliki niat menyinggung perasaan. Maka
sebaiknya orang seperti ini berlatih untuk mengabaikan omangan jelek orang
lain, anggap seakan telinga tuli tidak mendengarnya. “Idza khothobahumul
jahiluna qolu salama”.
Berdakwah harus
membangun simpati dengan akhlaq yang baik. Meski keridloan seluruh orang takkan
pernah diraih. Ingat kembali cerita Sayyidina Luqman dikala mengajari anaknya
dengan praktek langsung dilapangan dengan membawa seekor keledai. Paling tidak
kita terus berusaha “ngewongno wong, nyenengno wong, ora nggelakke”,
memanusiakan orang, menyenangkan orang, tidak mengecewakannya.
Blogger Comment
Facebook Comment