IDZHARUL FAROH...
Dalam kehidupan selalu ada problem yang di
antaranya adalah permusuhan dengan sesama ikhwan walau kadang dari hal yang
sepele. Kadang orang yang sedang bermusuhan mendapat musibah. Secara alamiyah
akan muncul rasa senang di hati kita. Ini termasuk bergembira di atas kesusahan
orang lain. Jangan sampai menampakkan kesenangan ini apalagi samapi selametan.
kalaupun kita disakiti, bolehlah kita membalas dengan sarat 1 vs 1, apabila
lebih dari itu maka disebut AL I'TIDA' maka disebut berlebihan. Lebih baiik lagi
kalau mengikuti ajaran Islam yaitu Memaafkan. Lebih Baik lagi kalau kita
berbuat baik padanya. Dalam hikmah disebutkan : A'ti man Haromak.
Perbuatan yang melampaui bats ini akan mendapat
sanksi langsung dari Alloh. Yang jadi masalah apakah kita merasa apa tidak.
Kiyai dirasani trus mbaca Hizib Nashor ? di jiwit
mbales menthung ??. Kalaupun ada ujian berat, cukup bacakan Hizib Bukhori saja,
jangan hizib Nashor yang berlevel tinggi. Pernah Syekh Ar Rifa'i membangun
Zawiyah untuk zawiyah di atas tanah yang tidak bertuan. Ketika sudah besar dan
ramai, tuan rumah memintanya. Beliau langsung memberikan pada empunya tanah.
dengan sikap ini membuat Alloh mengetuk pintu hatinya agar memberikan semua
bangunan pada Beliau.
Dulu di NH ada seorang TU yang memanipulasi data
sehingga kita dirugikan ratusan juta padahal kita sedang tidak punya uang.
xxxxx
Apalagi kalau semua tidak kembali pada Tauhid :
Hasbunalloh Wani'mal Wakil (Gampang unine, angel lakonane).
Sikap ini bisa jadi menjadikan alloh menolong
musuh kita kemudian mencoba kita karena
sikap "memunculkan senang itu". Amannya : Kalau senang, sedang-sedang
saja, kalau benci juga sedang-sedang saja kecuali pada Alloh dan Rosul-Nya
(yang boleh berlebih2an). Kita selalu meminta jika mendapat musibah janganlah
terlalu berat seperti yang diajarkan Rusululloh : "allohumma inni
A'udzubika min jahdil bala, wa darkisyaqo, wa suuilqodho , wa syamatatil
a'adaa". Doa ini harus selalu diulang-ulang agar muncullah "Bi takrir
Yahsulu taqrir, wa bitaqrir yah shulut tanwir".
Jahdil bala (Bala yang berat) wa darkisyaqo
(jangan salah baca = syiqo) berasal dari kata "Paling dalamnya
Sesuatu atau Selalu siaal melulu) =
Hidup yang berat dan sulit,
ALjannatu Darojat (Selalu ada kesenangan) Wannaru
Darokat/Darkat (berisi siksaan yang bertingkat-tingkat)
MAKANYA.... SELALU BACA DOA QUNUT
wa suulqodho wa syamatatil a'adaa (Buruknya
qodho').
Kalau
ingin selesai dari bala ya masuk surga saja. Imam Ahmad bilang : Idza Wadhota xxxx irtahta".
Hidu
INTINYA : Gak boleh mertelakno seneng iki.
"kapok kon... kualat aku, mati ae kon...".
Dari segi hadis yang bersumber dari
"MAKHUL" ada beberapa pendapat yaitu :
1. MAKHUL Assyami yang tergoleng Tabi'in Shoghir
yang hannya mendengar dari 3 orang (Wasilah bin Asqo', Anas, Abi Hindin),
2. MAkhul Al Azdi (Al Bashri) yang terkenal
"Shoduuq"/Sangat kredibel. LEbih kuat hujahnya.
Tamim bin 'Athiyyah berkata : Makhul Assyami
ketika ditanyai sering menjawab "Nudanim" yang artinya "LA
ADRI" yang menunjukkan keamanahan ilmu beliau. Inilah cara para ulama Hadits
dalam membahas suatu hadits, bila dibandingkan dengan kita ya... jauuuuhhhh.
============
Seorang Syekh mendengar dari Rosululloh (secara
periwayatan "shohabat" yang mubham / tidak jelas, maka tidak
mempengaruhi kedudukan Hadits karena mereka mendapat predikat "Udull"
samgat adil. Sangat berbeda dengan
golongan yang mengaku cinta nabi tapi benci Shohabat atau benci Istri-istri
baliau. Abuya Sangat marah kalau ada yang bilang suka beliau tetapi membenci
santri-santri beliau). Rasululloh SAW dawuh :"Seorang muslim manakala
bercampur dengan masyarakat kemudian ia bersabar atas gangguan mereka adalah
lebih baik dibandingkan yang
Dalam Al Qur'an disebutkan : "Ya
Ayyuhalladzina Amanusbiru, washoobiru waroobitu wattaqulloha la'allakum
tuflihuun".
Ketika seseorang diberi kemampuan untuk ngomong
sebenarnya adalah cobaan baginya apalagi "almuslimu man salima min
lisaanih wa yadih". Repot/sulit ngomong (Iyyullisan) biasanya lebih
selamat karena berasal dari hati. Apalagi sekarang ada ilmu Publik Speaking
yang bisa "mengolah kata" sehingga menjadi sangat manis.
Dakwahnya luarbiasa tapi tidak menyentuh.
"Ma khoroja minal qolb washolla ila qolb, wa ma khoroja minal lisan kaana
haddu...
Seuah keterbalikan fakta yang begitu dahsyat.
Semua kembali pada Sabat dan Rabit yang bisa diperolah dari keteguhan hati yang
selamat. Bagaimana Hati selamat kalau
makanannya tidak Halal ?. Maka di Akhir zaman sangatlah langka : 1. Rizki yang
halal, 2. Mengaji dan 3. Persaudaraan karena Alloh. Adapun mausia diluar kata
Sayyidina Ali "Annasu Hamaj" (Manusia itu tidak bisa diatur bagaikan
hidup di rimba raya, yang kuat menang. Banyak yang "Ngoyo woro")
(Mukholathoh/Mu'asyaroh vs 'Uzlah)
Bab Uzlah dan keutamaanya dibahas oleh Imam
Ghozali dalam penjelasan yang panjang lebar. Sedangkan dalam hadits ini
Mukholatoh lebih utama, maka mana yang lebih utama ?? Abuya : "Kullun 'ala
hasaabi halih walikullihalin maqool". Boleh beruzlah dengan niat 1. bukan
untuk menghindari kerusakan orang (Saya orang terbaik) tetapi agar ia tidak menyakita
orang lain. 2. Bukan Iktu-ikutan (Immaa'ah). Abuya menyoal orang2 yang
menyoroti kiyai yang belanja ke Mall. Ada apa ini ? mereka lebih tahu kebutuhan
masing2, bukankah Nabi juga belanja ke pasar ?. Ke Mall pakai sarung, ada orang
ngomong macem-macem yaa nocomment.
Syek Amin Qutbi (guru Abuya) pernah beruzlah yang dalam Uzlahnya mengarang
syi'ir2 yang dahsyat dan dikaji orang2 setelahnya.
Kesimpilannya : setiap pilihan ini tidak bisa
dikritisi. Jangan sampai kita kritisi agar tidak termasuk orang2 yang lambe
luwih. Beda lagi kalu mengarahkan.
Ex ; Haji Berkali2. Dalam hadits disebutkan
"Hijjajun tatro wa umarun nasqo tunfi faqro wa maitatas suuk",
"Hijjajun tatro (haji yang
berulang-ulang) wa umarun nasqo (wan uroh yang beruntun) tunfi faqro (Bisa menghilangkan
kefakiran) wa maitatas suuk (dan kematian yang buruk)"
Blogger Comment
Facebook Comment