Agar Alloh Peduli
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّيْ لَوْلاَ دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْـتُمْ فَسَوْفَ يَكُوْنُ لِزَامًا
“Katakanlah: “Tuhanku tidak akan mengindahkan kalian jika bukan karena ada do’a kalian”, padahal kamu telah mendustakanNya, karena itu kelak azab pasti menimpa (kalian).” (QS al Furqan: 77)
Tiada orang yang bisa memungkiri bahwa dalam kehidupan secara pribadi, keluarga, bermasyarakat dan bernegara selalu saja ada masalah, senantiasa terjadi silih berganti peristiwa-peristiwa yang menyesakkan dada. Dan juga tak ketinggalan kemelut-kemelutpun terkadang menghimpit perasaan. Atau bisa pula dikatakan kehidupan ini berjalan dari satu masalah, satu peristiwa dan satu kemelut kepada masalah, peristiwa dan kemelut yang lain. Memang kenyataan ini tidak lepas dari tujuan kehidupan dunia itu sendiri, yaitu untuk menguji siapa di antara manusia yang paling baik berlaku dan beramal. Allah azza wajalla berfirman:
...وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْـخَيْرِ فِتْنَةً...
“…dan Kami Menguji kalian dengan kebaikan dan keburukan sebagai ujian…”
Jadi memang keberadaan masalah, peristiwa dan kemelut itu harus direspon secara positif sebagai sebuah ujian dari Allah untuk menguji apakah manusia lulus ataukah tidak. Yang berarti manusia harus mengerahkan segala potensi diri untuk bisa lulus dalam ujian ini. Kendati demikian manusia tidak boleh melupakan bahwa dalam menggapai kelulusan, dirinya harus menghadirkan Allah Swt. Ia tidak boleh lupa diri dengan mengesampingkan Allah serta terlalu percaya dengan kemampuannya sebagai manusia yang sangat lemah. Jika sampai Allah dikesampingkan dan tidak dihadirkan maka jangan berharap manusia bisa lepas dan keluar dari masalah yang ia hadapi. Justru masalah, peritiwa atau kemelut tersebut akan semakin hebat menghimpit.
Untuk dapat menghadirkan dan memperoleh kepedulian Allah, maka memerlukan adanya do’a di mana oleh para ahli tafsir kalimat do’a pada ayat di atas memiliki tiga arti:
Keimanan
Artinya Allah sedikitpun tidak membutuhkan kekafiran, karena itu Dia menyatakan sama sekali tidak memberi penghargaan atas kebaikan orang-orang kafir:“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”
“Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka (dan kufur terhadap) perjumpaan (dengan) Dia, maka musnahlah amal-amal mereka dan Kami tidak mengadakan penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat”
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapati sesuatu apapun…”
Sebaliknya Allah sangat menghargai dan sangat peduli dengan keimanan, hingga Dia memberi jaminan pasti akan menyelamatkan orang yang beriman dari kesusahan yang paling besar yaitu keluar dari siksaan neraka kendati sama sekali iman itu tidak terhiasi amal shaleh. Rasulullah Saw bersabda: “Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan “Tiada Tuhan selain Allah”selama dalam hatinya masih tersisa iman seberat atom” HR Bukhari
“Tiada hamba yang berkata “Tiada Tuhan selain Allah” kemudian dia meninggal dalam keadaan itu kecuali Allah pasti memasukkannya ke surga” Aku (Abu Dzar) bertanya: "Meski dia berzina, meski dia mencuri?" Beliau Saw menjawab: “Meski dia berzina dan meski dia mencuri”
Selain selamat dari Khulud Finnaar atau abadi di neraka, Iman juga menjadi penyebab seorang yang beriman meraih kepedulian Alloh lain yang tak terbilang dan tak terhitung jumlahnya, antara lain Syafaat dengan berbagai macam modelnya, Terleburnya dosa (Takfiirudz Dzunuub), terampuninya dosa (Ghufron Dzunuub), kenaikan derajat (Rof’ud Darojaat) dll. Bahkan Alloh mengajarkan kepada manusia supaya peduli dan perhatian kepada orang-orang yang beriman yang telah berpulang ke haribaan-Nya, salah satu bentuknya adalah mendo’akan mereka: “…ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah terlebih dahulu beriman, dan jangan tumbuhkan di hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman…” (QS al Hasyr: 10)
Dari sini dapat dimengerti ketiadaan guna membiarkan rasa dengki terus menghinggapi, padahal kita disuruh agar berdo’a supaya kedengkian itu dihilangkan.
Baca Artikel Lainnya : Wasilah dengan Surat Ash-Sholah
Ibadah
Harus disadari bahwa manusia berbeda dan lebih mulia dari makhluk yang lain karena dia memiliki Makrifatulloh dan ketaatan kepada-Nya, ini artinya manusia akan dipandang mulia dan mendapat kepedulian Alloh jika dia mau beribadah kepada-Nya. Sebaliknya dia akan sama saja dengan makhluk lain serta tidak akan dipedulikan oleh Alloh jika jauh dari ibadah kepada-Nya. Imam Zajjaj seperti dilansir dalam Tafsir Tanwiirul Adzhaan mengatakan: Jika kalian tidak beribadah, lantas ukuran dan timbangan apa yang kalian miliki di sisi Alloh, padahal Dia menciptakan kalian untuk beribadah kepadaNya: ”dan tak Aku jadikan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu” (QS adz Dzaariyaat: 56)
Kendati ibadah sebagai prasyarat Alloh memandang (Mahal Nazhorillah), memperhatikan dan mempedulikan seorang hamba, seorang yang beribadah (Aabid) seharusnya tetap di bawah kesadaran (Intibaah) serta mengarahkan kesadaran itu untuk melihat kepada Alloh al Ma’buud, artinya tidak layak bagi Aabid melihat kepada ibadah yang ia lakukan, sebab ibadah itu tak lebih hanya sebagai bentuk kemuliaan yang dinisbatkan kepadanya serta menjadi sarana penghubung (Wushlah) antara diri dan Tuhannya. Pesan ini dengan jelas termuat dalam ayat yang selalu dan sering kali serta berulang-ulang terbaca dalam sholat maupun di luar sholat “Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan”.
Di samping bernilai ibadah, efektifitas do’a juga terlihat saat do’a mampu menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang mampu melindungi pemiliknya (orang yang berdo’a) dari segala bahaya, menyelamatkan pemiliknya dari berbagai kesulitan sebesar apapun kesulitan tersebut. Do’a juga bisa dipergunakan dan difungsikan sebagai senjata yang sangat ampuh untuk menangkal bahaya: “Do’a adalah senjata orang yang beriman” HR Hakim. Selain do’a juga mampu menjadi penolak kepastian Alloh (Roddul Qodho’) baik yang Mubrom maupun Muallaq “Kewaspadaan tiada bermanfaat dari kepastian (Qodar), tetapi do’a bermanfaat dari hal yang sudah terjadi dan dari sesuatu yang belum terjadi, karena itu tetapilah do’a oleh kalian wahai para hamba Alloh!” HR Ahmad-Thobaroni.
Sesuatu yang secara logika sangat sulit terjadi, dengan do’a akan berubah menjadi mudah sekali terjadi, ingatlah ketika Nabi Ibrohim as berdo’a: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau yang mulia, ya Tuhan kami, supaya mereka mendirikan sholat…dan berilah mereka rizki dari buah-buahan…” (QS Ibrohim:37).
Makkah yang dahulu hanyalah hamparan luas lautan pasir dan kini menjadi seperti sekarang, semua ini tidak lepas dari do’a Nabi Ibrohim as. Di sini kita tidak berbicara Do’a seorang nabi pasti terpenuhi, tetapi kita ingin menegaskan bahwa ini semua menunjukkan kekuatan sebuah do’a.
Kekuatan dan kedahsyatan do’a semakin nyata bagi kita ketika ada seorang lelaki yang berkulit hitam legam dan bau tubuhnya tidak enak, lelaki itu lalu tanpa rasa bosan ber do’a: “Ya Alloh, putihkanlah kulitku dan wangikanlah bau tubuhku!”, semua orang yang mendengar do’a lelaki ini tertawa dan ada kesan mereka menyepelekan dan menganggap bahwa lelaki ini sungguh keterlaluan, ia meminta sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Memang selama hidupnya sepertinya do’a ini mustahil dikabulkan, tetapi semua orang terpana keheranan saat lelaki itu meninggal dunia, tiba-tiba kulitnya berubah warna menjadi putih dan baunya terasa semerbak mewangi. Allohu Akbar.
Masih tentang do’a, terkadang ada rasa bahwa do’a kita tidak diterima, perasaan ini harus ditepiskan, sebab jaminan penerimaan do’a sudah banyak sekali dijelaskan baik oleh Alqur’an maupun Sunnah, hanya saja perlu juga dimengerti bahwa peneremiaan do’a ada berbagai macam dan warna, Rosululloh Saw bersabda: “Tiada seorang lelaki yang berdo’a kecuali dikabulkan untuknya, ada kalanya disegerakan untuknya di dunia, diakhirnya baginya di akhirat atau dihapus darinya dosa-dosa sesuai kadar do’anya…”HR Turmudzi. Sebenarnya masih banyak yang harus dimengerti mengenai do’a, tetapi sedikit tulisan tentang do’a ini kiranya cukup menyadarkan kita akan perlunya berdo’a dan bahwa do’a adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh seorang hamba untuk meraih kepedulian Alloh. Dalam Syairnya, Imam Syafi’i berkata:
أَتَهْزَأُ بِالدُّعَاءِ وَتَزْدَرِيْهِ فَمَاتَدْرِىْ بِمَا صَنَعَ الدُّعَاءُ
Apakah kamu menertawakan dan menyepelekan do’a, kamu tidak mengerti apa yang bisa dilakukan oleh do’a. Tiga tawaran solusi lepas dari himpitan masalah (dunia akhirat) di atas difahami oleh para ulama hanya dari satu ayat dalam satu lafazh Du’aakum, dalam QS al Furqoon: 77, di mana Du’aa di sini bisa diartikan iman, ibadah, dan permintaan kepada Dzat Maha Mulia. Jika ketiga hal ini tidak dilakukan berarti manusia mendustakan Alloh, dia sombong, maka dia harus membayar kesombongan itu dengan bertubi-tubinya siksaan Alloh kepadanya, “…sungguh kalian telah mendustakan, maka kelak azabNya pasti menimpa”.
Blogger Comment
Facebook Comment