Wasilah dengan Surat Ash-Sholah

Wasilah dengan Surat Ash-Sholah




يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَآمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَابْتَغُوْآ إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِى سَبِيْلِهِى لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al Maaidah: 35).

أُوْلَـئِكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ اِلىَ رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُوْنَ رَحْمَتَهُو وَيَخَافُوْنَ عَذَابَهُو إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كاَنَ مَحْذُوْرًا

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Alloh) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al Israa’: 57).

Menurut para mufassir (ahli tafsir), yang dimaksud dengan wasilah dalam Al-Qur’an adalah amal saleh, jalan atau sarana yang dipakai oleh seseorang yang dipakai untuk dekat kepada Alloh SWT. Jalan atau sarana tersebut antara lain, berupa usaha perorangan dengan memperbanyak ibadah, berbuat kebajikan, menegakkan budi pekerti yang tinggi, dan belas kasihan kepada sesama manusia. Wasilah juga berarti permintaan tolong kepada orang yang dipandang dekat kepada Alloh SWT. untuk mendoakan dan memohon sesuatu kepada-Nya.

Amal saleh yang dimiliki oleh seseorang adalah amal yang diperoleh dari ibadah mahdloh atau ghoiru mahdloh, dilakukannya berulangkali sebagai bentuk rutinitas atau sebagai puncak ibadah terbaik yang pernah diamalkan. Termasuk amal saleh yang sebenarnya tajam menembus hijab antara seorang hamba dan Alloh Swt. namun jarang disadari oelh kita adalah surat Ash-Sholah, yakni surat Al-Fatihah. Alloh SWT. berfirman:

وَلَقَدْ ءَآتَيْنَـكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِى وَالْقُرْءَآنَ الْعَظِيْمَ

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung.” (QS. Al Hijr: 87).

Wasilah dengan Surat Ash-Sholah
Surat Al-Fatihah juga disebut dengan surat Ash-Sholah karena surat tersebut identik dengan keabsahan sholat itu sendiri. Tidak ada satupun surat yang berulangkali kita baca dalam sholat selain Al-Fatihah. Karena sholat tanpa membaca surat Al-Fatihah adalah kurang, tidak sempurna, dan batal. Disampaikan oleh beberapa perawi hadits, bahwa Nabi SAW. bersabda: “Tidak (diangap) sholat orang yang tidak membaca Fatihah Al-Kitab.” 


Dalam sabda yang lain: “Fatihah Al-Kitab di dalamnya terdapat obat penawar bagi setiap penyakit.” (HR. Baihaqi).

Bila surat Al-Fatihah telah mendapatkan tempat tersendiri dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, teragungkan dan mulia. Tentu tepat bila seorang mukmin menjadikannya sebagai wasilah amal saleh yang sangat ampuh dan istijabah. Terlebih lagi Alloh SWT. akan menjawab sendiri ucapan seorang hamba melalui surat Al-Fatihah yang dibacanya. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairoh ra. ia berkata, aku mendengar Rosululloh SAW. bersabda, Alloh Ta’ala berfirman (dalam sebuah hadits qudsi): "Aku membagi sholat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan untuk hamba-Ku terserah apa yang ia minta." Jika seorang hamba berkata: “Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin” (segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam). Alloh Ta’ala menjawab: “Hamidanii ‘abdii” (hamba-Ku memuji-Ku). Jika seorang hamba berkata: “Ar-Rohmaanir Rohiim” (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Alloh Ta’ala menjawab: “Atsnaa ‘alayya ‘abdii” (hamba-Ku berterimakasih kepada-Ku). Jika seorang hamba berkata: “Maaliki yaumiddiin” (Yang menguasai hari pembalasan). Alloh Ta’ala menjawab: “Majjadanii ‘abdii” (hamba-Ku menyanjung-Ku). Kemudian Dia berfirman sekali lagi: “Fawwadlo ilayya ‘abdii” (hamba-Ku berserah diri kepada-Ku). Jika seorang hamba berkata: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin” (hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan). Alloh Ta’ala menjawab: “Haadza bainii wa baina ‘abdii wa li ‘abdii maa sa-ala” (ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia pinta). Jika seorang hamba berkata: “Ihdinash shiroothol mustaqiim shiroothol ladziina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdluubi ‘alaihim wa ladldloolliin” (tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat).  Alloh Ta’ala menjawab: “haadza li ‘abdii wa li ‘abdii maa sa-ala” (ini untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia pinta).

Baca Artikel Lainnya : Ambisi yang Mulia

Bila di depan kita ada seutas tali untuk berpegang teguh di arus sungai yang deras, atau bila di depan kita ada tongkat kokoh untuk menopang beban diri yang berat, atau bila di depan kita ada lentera terang untuk memberi cahaya di kegelapan malam yang gulita, mengapa tidak kita ambil saja. Dan berwasilah dengan surat Al-Fatihah itu sesungguhnya laksana berpegang teguh dengan seutas tali, menopang beban diri dengan tongkat kokoh, atau memberi cahaya dengan lentera untuk hidup yang dipenuhi masalah mengalir deras bagaikan sungai, berat bagaikan beban, dan gelap gulita bagaikan malam. Allohumma istajib lana, amiin...
Share on Google Plus

About tdmenha pujon

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment